Demo tolak Donald Trump tak kunjung berhenti, kini masuk hari kelima

Demonstran memadati Hollywood 101 Freeway memprotes terpilihmya Donald Trump dari partai Republik sebagai Presiden Amerika Serikat di Los Angeles, California, Kamis (10/11/2016). (REUTERS/Mario Anzuoni )
New York (Metrobali.com)-
Demonstran di seluruh penjuru Amerika Serikat membanjiri jalan di kota-kota negeri ini pada hari kelima unjuk rasa Minggu waktu setempat demi memprotes Presiden terpilih Donald Trump, sementara itu manajer kampanye Trump meminta Presiden Barack Obama dan Hillary Clinton mesti mendukung transisi damai kekuasaan.

Unjuk rasa berlangsung di Kota New York dan Oakland, California. Sejak hasil Pemilu diketahui, ribuan orang turun ke jalan di berbagai kota di AS demi menolak Trump yang menang dalam suara elektoral, tetapi kalah pada suara total pemilih.

Para demonstran yang sebagian besar damai itu mengecam janji kampanye Trump untuk membatasi imigrasi dan mendata warga muslim, selain tuduhan pelecehan seksual oleh bekas bintang reality-show itu. Beberapa orang ditangkap, sedangkan beberapa polisi cedera.

Dengan meneriakkan “bukan presiden saya” dan “ganti kebencian dengan cinta”, orang-orang berunjuk rasa di New York, Los Angeles, Chicago dan di mana-mana, dengan menyebut Trump mengancam hak sipil dan HAM mereka.

Menurut Reuters, kelompok-kelompok hak sipil telah memonitor kekerasan terhadap kaum minoritas AS sejak Trump menang dengan mengutipkan laporan serangan terhadap wanita-wanita berjilbab, grafiti rasis dan mem-bully anak-anak imigran. Mereka menyeru Trump untuk mengecam serangan rasis itu.

Kellyanne Conway, manajer kampanye Trump, berkata kepada Fox News bahwa dia yakin para demonstran adalah orang-orang profesional bayaran, kendati dia tidak memiliki bukti untuk tuduhannya ini.  Sebaliknya Ketua DPR Paul Ryan yang juga orang Republik berkata kepada CNN bahwa unjuk rasa dilindungi oleh Amandemen Pertama sepanjang berjalan damai.

Sementara itu baik Obama maupun Hillary tidak menyerukan demonstrasi diakhiri. Namun Hillary berkata di New York bahwa “Donald Trump akan menjadi presiden kita. Kita mesti berbesar hati untuk dia dan peluang untuk memimpin.” Ant