Karangasem, (Metrobali.com) –

Calon Gubernur dan Wakil Gubernur Bali nomor urut 1, Wayan Koster-Tjok Oka Artha Ardhana Sukawati (Koster-Ace) menggelar kampanye di sejumlah titik di Kabupaten Karangasem. Salah satunya adalah menggelar simakrama dengan ratusan warga di Banjar Bengkel, Desa Antiga, Kecamatan Manggis.

Sejumlah program kerja disampaikan oleh Koster. Salah satunya di bidang kependudukan. Calon gubernur yang diusung PDI Perjuangan, Hanura, PAN, PPP, PKB dan PKPI itu menggagas agar program Keluarga Berencana (KB) yang merupakan program pusat dimodifikasi dalam penerapannya di Bali.

Dalam praktiknya, program KB mewajibkan kepada penduduk Indonesia untuk membatasi keluarga hanya memiliki dua anak. Namun, program itu ternyata berbenturan dengan adat, kultur dan budaya Bali.

Program KB dua anak pada akhirnya memutus generasi Bali yang sudah sekian lama ada secara turun temurun. Pada pelaksanaannya, program KB memutus generasi Nyoman dan Ketut yang akhirnya hilang. Ya, struktur anak dalam satu keluarga di Bali memang terdiri dari empat orang. Anak pertama biasa diberi nama Gede, Putu atau Wayan. Anak kedua Made atau Kadek. Sementara anak ketiga Nyoman atau Komang. Sedangkan anak keempat Ketut.

“Kalau program KB dua anak, berarti ada generasi Bali yang hilang yakni Nyoman (atau Komang) dan Ketut. Bali kehilangan kultur dan budaya,” kata Koster, Rabu 14 Maret 2018. Selama ini, kata Koster, masyarakat Bali adalah warga yang paling patuh terhadap program KB. Tetapi, tak ada imbal balik apapun yang setimpal atas kepatuhan tersebut.

Ke depan, Koster ingin agar program KB khusus di Bali dimodifikasi dari dua anak menjadi empat anak. Tujuannya agar tak ada generasi Bali yang hilang. “Saya ingin KB minimum empat anak agar kultur dan budaya kita tidak hilang. Sekian lama generasi kita hilang karena program KB dua anak,” kata dia.

Selain hilangnya generasi, ada pula kerugian Bali dalam bidang penganggaran. Sebagai wakil rakyat asal Bali yang duduk di Badan Anggaran DPR RI, Koster faham betul bagaimana dana dikucurkan kepada daerah. “Semua itu dihitung pada jumlah manusia. Misalnya dana BOS, itu dihitungnya berdasarkan jumlah komposisi penduduk di satu wilayah,” ujarnya.

“Jadi, semakin sedikit jumlah orang, semakin sedikit pula bantuan yang didapat,” papar dia. Koster menilai kebijakan KB dua anak tak tepat diterapkan di Bali. Ke depan, ia akan melobi pemerintah pusat agar Bali bisa diberikan kekhususan untuk melaksanakan program KB empat anak.

Menurutnya, tak ada yang perlu ditakutkan dengan program KB empat anak yang digagasnya. Sebab, saat ini semua sudah ditanggung oleh pemerintah. “Tidak ada lagi alasan banyak anak akan miskin, karena semua sudah dilayani, ditanggung oleh pemerintah. Sekolah dibiayai negara, kesehatan dan perumahan juga. Lalu, apalagi alasannya?” tanya Koster.

Untuk memperjuangkan idenya jika disetujui oleh rakyat Bali, Koster siap pasang badan. “Saya akan pasang badan. Kalau tidak berani ambil risiko,  tidur saja di rumah. Gubernur itu mengurusi rakyat. Saya siap ngayah total sekala dan niskala. Saya akan membangun Bali setulus-tulusnya, selurus-lurusnya, agar Bali lebih baik dengan konsep Nangun Sat Kerthi Loka Bali. Tidak ada ragu-ragu, saya sudah siap,” tegas dia.

Sementara itu, tokoh masyarakat Banjar Bengkel, Wayan Suwita Ariana mendukung penuh gagasan Koster. Ia bersama warga siap mendukung, memenangkan dan memilih Koster-Ace pada Pemilihan Gubernur (Pilgub) Bali 27 Juni. “Program kerja beliau sudah terealisasi jauh sebelum beliau mencalonkan diri menjadi gubernur. Sudah konkret. Kami siap mendukung, memenangkan dan memilih Koster-Ace,” ujarnya. RED-MB