Foto: Anggota Komisi VI DPR RI Dapil Bali Gde Sumarjaya Linggih yang akrab disapa Demer (tengah) saat Rapat Kerja bersama Menteri BUMN serta jajarannya, Kamis, 31 Agustus 2023.

Jakarta (Metrobali.com)-

Anggota Komisi VI DPR RI Dapil Bali Gde Sumarjaya Linggih yang akrab disapa Demer menyoroti perusahaan BUMN yang banyak punya anak perusahaan yang kemudian malah pekerjaan kecil yang sebenarnya menjadi ranah pelaku UMKM. Hal itu disampaikan Demer dalam Rapat Kerja bersama Menteri BUMN serta jajarannya pada Kamis, 31 Agustus 2023.

Anggota Fraksi Golkar DPR RI itu kemudian mengungkapkan bahwa dirinya mendapatkan informasi jika di Bali terkait bertambahnya anak perusahaan di PLN, terutama mengambil kerjaan-kerjaan kecil, seperti parkir dan layanan kebersihan. Demer berharap kerjaan-kerjaan kecil tersebut diambil oleh pihak swasta agar lebih efisien.

“Ada masuk dari teman-teman di Bali ini, pengusaha-pengusaha kecil ini tentang mulai bertambahnya anak perusahaan di PLN, terutama mengambil kerjaan-kerjaan kecil, katanya. Parkir, terus layanan kebersihan, kalau bisa kalau memang bisa swastakan, swastakan lah itu. Jadi yang kecil-kecil yang bisa dikerjakan oleh swasta dan saya yakin akan lebih efisien kalau mereka yang mengerjakan, karena biasanya BUMN ini terlalu berat dan tidak efisien,” kata wakil rakyat yang sudah empat periode mengabdi di DPR RI memperjuangkan kepentingan Bali ini.

“Saya mohon itu karena barusan ada masuk sampai ke yang sangat detail yang bisa dikerjakan oleh rakyat kebanyakan ini diambil karena PLN mendirikan lagi anak-anak perusahaan lagi, bahkan cucu-cucu perusahaan,” sambung wakil rakyat berlatar belakang pengusaha sukses dan mantan Ketua Umum Kadin Bali itu.

Sebelumnya Demer juga meyoroti persoalan kenyamanan pariwisata Bali yang mulai terganggu karena kemacetan hingga kondisi bandara I Gusti Ngurah Rai Denpasar yang  cukup berat karena sudah tidak memadai sehingga perlu dibangun bandara baru di Buleleng, Bali Utara.

Dia memaparkan kondisi Airport I Gusti Ngurah Rai Bali saat ini sudah cukup berat, mengingat kondisi Bali sekarang ini sudah pulih 80 persen. Demer bahkan mengaku mengalami sendiri beratnya kondisi di Airport I Gusti Ngurah Rai saat adanya event olahraga My Bank Run di Bali belum lama ini. Demer mengatakan ia bahkan harus menunggu sampai satu setengah jam untuk bisa keluar dari bandara.

“Mumpung ini suasananya suasana pemilu jadi harus berbicara tentang kondisi BUMN di daerah pemilihan. Jumat kemarin waktu ada My Bank Run, itu saya datang ke luar dari airport itu satu setengah jam. Satu setengah jam keluar dari airport itu. Saya coba tanyakan sejauh mana sekarang pulihnya kondisi Bali. Rupanya udah hampir 80% sekarang dan kapasitas daripada airport Ngurah Rai ini sudah cukup berat,” papar Demer.

Demer mengatakan lebih lanjut, saat ini diperkirakan sudah ada 21 juta penumpang yang masuk ke Bali melalui Bandara I Gusti Ngurah Rai, sementara kondisi maksimal airport tersebut kurang lebih sekitar 27 juta. Dengan kenaikan biasanya di waktu normal mencapai 9 persen. Ini artinya 2 hingga 3 tahun kedepan kondisi di Bandara I Gusti Ngurah Rai cukup berat dan tidak memadai lagi menampung pesawat dan wisatawan yang datang ke Bali.

Dampak daripada cukup beratnya airport I Gusti Ngurah Rai tentu akan berdampak kepada perekonomian Bali itu sendiri, sehingga dikawatirkan akan terjadi perang tarif hotel di Bali. “Karena masuknya susah, hotelnya terus dibangun gitu karena setiap orang mempunyai kesempatan untuk bangun hotel atau mempunyai kesempatan pasar mereka akan membangun hotel,” tegas Demer.

Oleh karena itu politisi Golkar asal Desa Tajun, Kecamatan Kubutambahan, Kabupaten Buleleng itu mendorong agar segera dibangun bandara baru di Bali Utara untuk mengatasi beratnya kondisi di bandara I Gusti Ngurah Rai saat ini. Demer berharap pentingnya dibangun Bandara baru di Buleleng bisa menjadi perhatian serius pemerintah pusat dan bisa segera dibahas dalam rapat-rapat di kabinet Presiden Jokowi.

“Ini akan terjadi sebentar lagi ketika kapasitas daripada airport Ngurah Rai ini tidak bisa dimaksimumkan lagi ataupun tidak ada airport baru yang akan bisa di bangun lagi. Nah ini menjadi pertimbangan khusus. Mungkin perbincangan yang lebih teliti. Barang kali mungkin sampai ke kabinet, rapat-rapat kabinet,” pungkas Demer. (wid)