Foto: Anggota Komisi VI DPR RI Dapil Bali, Gde Sumarjaya Linggih yang akrab disapa Demer menegaskan urgensi pembangunan Bandara Bali Utara dengan berbagai insiden dan risiko gangguan operasional di Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai.

Denpasar (Metrobali.com)-

Anggota Komisi VI DPR RI Dapil Bali, Gde Sumarjaya Linggih yang akrab disapa Demer menanggapi insiden Pesawat Airfast yang mengalami kendala teknis saat mendarat di Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai pada Sabtu 8 Maret 2025 yang mengakibatkan total 31 penerbangan domestik maupun internasional terdampak.

Akibat kendala teknis ini, pesawat sempat berada di runway sehingga untuk alasan keselamatan dan keamanan operasional penerbangan, runway Bandara Ngurah Rai tidak dapat digunakan untuk mendarat ataupun lepas landas.

Demer menilai insiden pesawat Airfast di Bandara Ngurah Rai tersebut mempertegas urgensi pembangunan Bandara Bali Utara. Menurut Anggota Fraksi Golkar DPR RI itu Bandara Ngurah Rai sudah menunjukkan potensi masalah dalam beberapa tahun terakhir, terutama karena kapasitas penumpang yang hampir penuh dan risiko gangguan operasional akibat bencana alam, seperti erupsi Gunung Agung yang pernah memaksa penutupan bandara tersebut.

Demer yang sudah lima periode mengbadi di DPR RI memperjuangkan kepentingan Bali menekankan bahwa pembangunan bandara baru di Bali Utara bukan hanya tentang penambahan infrastruktur, tetapi juga bagian dari transformasi ekonomi dan pariwisata Bali. Bandara baru diharapkan dapat mendukung pertumbuhan ekonomi, memajukan sektor pariwisata, dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat Bali. Jangan sampai pariwisata dan ekonomi Bali lumpuh ketika hanya bergantung pada satu bandara dan bandara tersebut kerap mengalami gangguan operasional.

“Jadi, mau tidak mau, suka tidak suka, kita harus terbuka kepada yang namanya perubahan. Airport adalah perubahan. Merubah sistem perekonomian kita juga, merubah pariwisata kita lebih maju, kemudian menambah kesejahteraan masyarakat,” kata Demer saat ditemui Minggu 8 Maret 2025.

Demer menekankan bahwa kesejahteraan masyarakat saat ini lebih baik dibandingkan masa lalu, sehingga peluang investasi dari pihak swasta untuk membangun bandara baru di Bali Utara seharusnya disambut positif. Menurutnya, jika ada investor swasta yang berminat, pemerintah sebaiknya segera memberikan izin, terutama jika anggaran pemerintah tengah difokuskan pada proyek lain.

Lebih lanjut Demer menilai pembangunan bandara baru akan menjadi solusi strategis untuk mengatasi berbagai kendala operasional di Bandara Ngurah Rai. Dengan adanya bandara alternatif, dampak gangguan akibat bencana alam, seperti erupsi gunung berapi, atau insiden di landasan pacu tidak akan lagi menghambat kedatangan wisatawan ke Bali.

“Nah, ini yang menjadi harapan saya. Kalau swasta mau, pemerintah lagi konsentrasi ke tempat lain untuk pendanaannya, ya sebaiknya ijinnya segera diberikan. Sehingga kendala-kendala seperti halnya nanti gunung meletus, kemudian ada kecelakaan di landasan runway, itu tidak jadi persoalan ke depannya yang menghambat kedatangan turis itu,” kata politisi Golkar asal Desa Tajun, Kecamatan Kubutambahan, Kabupaten Buleleng itu.

Wakil rakyat berlatar belakang pengusaha sukses dan mantan Ketua Umum Kadin Bali itu menegaskan bahwa Bali sangat bergantung pada sektor pariwisata, sehingga penguatan infrastruktur, khususnya bandara baru, menjadi hal yang krusial. Menurutnya, di era pariwisata ini, bandara memiliki peran yang sama pentingnya dengan air pada era budaya pertanian. Bandara menjadi pintu masuk utama bagi wisatawan dan menentukan arus kunjungan wisatawan ke Bali.

Demer juga menyoroti tantangan yang dihadapi destinasi wisata lain di Indonesia, seperti Labuan Bajo, Danau Toba, dan Manado, yang mengalami penurunan jumlah wisatawan akibat sulitnya akses penerbangan. Hal ini menunjukkan pentingnya keberadaan bandara yang memadai untuk mendukung perkembangan pariwisata dan mendorong pertumbuhan ekonomi daerah.

“Makanya banyak keluhan, wah Bajo gimana, yang lain gimana, Danau Toba gimana, terus apa di daerah Manado sana gimana, karena memang susah dijangkau oleh penerbangan ya otomatis akan berkurang wisatawannya,” pungkasnya. (wid)