Foto: Anggota Komisi VI DPR RI dari Fraksi Golkar Dapil Bali, Gde Sumarjaya Linggih yang akrab disapa Demer (paling kiri) di sela-sela menghadiri acara pelantikan pengurus BPD Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI) Provinsi Bali di Art Center Denpasar pada Senin 18 November 2024.

Denpasar (Metrobali.com)-

Anggota Komisi VI DPR RI dari Fraksi Golkar Dapil Bali, Gde Sumarjaya Linggih yang akrab disapa Demer dengan tegas menyatakan dukungannya kepada Pasangan Calon Gubernur dan Wakil Gubernur Bali Nomor Urut 1, Made Muliawan Arya dan Putu Agus Suradnyana (Mulia-PAS), dalam Pilgub Bali 2024. Dukungan ini datang dari seorang Demer yang dikenal tak pernah lelah memperjuangkan kesejahteraan masyarakat Bali, dengan fokus pada pemerataan ekonomi dan pemerataan pembangunan di seluruh penjuru Pulau Dewata.

“Saya mendukung penuh pasangan ini karena komitmennya untuk pemerataan di Bali,” tegas Demer ditemui usai menghadiri acara pelantikan pengurus BPD Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI) Provinsi Bali di Art Center Denpasar pada Senin 18 November 2024.

Sebagai wakil rakyat yang selama ini dikenal konsisten dalam perjuangannya untuk memajukan Bali, Demer merasa seiring sejalan dengan visi Mulia-PAS. Dalam berbagai kesempatan, Demer selalu menekankan pentingnya pemerataan ekonomi dan pembangunan, agar Bali tidak hanya berkembang di satu wilayah, terutama di Bali Selatan, tetapi juga di seluruh penjuru pulau ini. Menurut Demer, visi dan misi Mulia-PAS sejalan dengan semangatnya dalam memperjuangkan Bali yang lebih adil, merata dan sejahtera.

“Persoalan Bali yang paling utama saat ini adalah pemerataan ekonomi dan pembangunan. Saya melihat Mulia-PAS memiliki komitmen yang jelas untuk menciptakan keseimbangan dan pemerataan dalam pembangunan di Bali. Ini adalah visi yang sangat penting, terutama di tengah kondisi Bali yang kini semakin tidak seimbang antara Bali Selatan dan daerah lainnya,” ujar Demer dengan penuh keyakinan.

Selama ini, Demer dikenal sebagai sosok yang tak kenal lelah berjuang untuk pemerataan ekonomi dan pembangunan di tanah Bali. Anggota Fraksi Golkar DPR RI itu tahu betul betapa krusialnya bagi Bali untuk tidak hanya berkembang di Bali Selatan, tetapi juga di wilayah utara, barat, dan timur. Baginya, pemerataan pembangunan akan membawa dampak positif yang luar biasa. Dengan meratakannya, Bali bisa menjadi pulau yang lebih sejahtera bagi seluruh warganya.

Wakil rakyat yang sudah lima periode berjuang untuk Bali di DPR RI itu menekankan pentingnya memperhatikan Bali secara keseluruhan, bukan hanya pusat pariwisata yang terfokus di Bali Selatan. Kemacetan yang kini terjadi di Bali Selatan, dan cerita-cerita horor wisatawan yang terjebak macet hingga berjalan kaki di jalan tol, adalah akibat dari ketidakseimbangan ini.

Jika pembangunan bisa merata, bukan tidak mungkin masalah-masalah ini bisa segera teratasi. Pariwisata yang tersebar ke seluruh Bali akan mengurangi beban yang kini dipikul Bali Selatan.

“Kalau pemerataan bisa dilakukan maka kemacetan akan teratasi. Begitu juga kesenjangan sosial, gini ratio juga bisa diatasi,” jelas wakil rakyat berlatar belakang pengusaha sukses dan mantan Ketua Umum Kadin Bali itu.

Pemerataan ekonomi dan pemerataan pembangunan juga akan mencegah urbanisasi yang semakin masif dari Bali Utara, Bali Barat, dan Bali Timur ke Bali Selatan. “Dengan ada pemerataan maka akan berkurangnya terjadi urbaninasi yang selama ini terjadi urbanisai dari utara ke selatan, dari timur ke selatan, dari barat ke selatan. Kalau pemerataan ada maka urbanisasi akan berkurang,” tegas Demer.

Dampak urbanisasi yang terus meningkat membuat banyak masyarakat Bali meninggalkan kampung halaman mereka untuk mencari penghidupan di daerah wisata, seperti di Denpasar atau Badung. Ini tidak hanya mengganggu struktur sosial ekonomi, tetapi juga mempengaruhi keberlangsungan adat dan budaya Bali yang kian tergerus.

Demer menjelaskan ketika masyarakat Bali merantau ke Bali Selatan, mereka mulai jauh dari akar budaya dan tradisi mereka di kampung halamanya. Mereka terpaksa meninggalkan desa mereka, meninggalkan kewajiban untuk menjaga adat dan budaya Bali demi bisa menyambung hidup. Jika pemerataan pembangunan bisa dilakukan dengan tepat, masyarakat Bali akan tetap tinggal di kampung halamannya, menjaga adat dan budaya mereka, serta turut memajukan daerahnya.

“Dengan pemerataan maka kesempatan kerja di masing-masing daerah akan merata, mengurangi orang meninggalkan kampungnya. Karena adat dan budaya Bali ini basisnya adalah komunitas.  Kalau dia tidak meninggalkan komunitasnya, pasti adat akan jalan apalagi dengan adanya pendapatan masyarakat yang bagus. Maka pasti adat dan budaya Bali akan tetap terjaga dan lestari,” tutur Demer, menatap masa depan Bali yang lebih baik.

Dalam pandangannya, Mulia-PAS adalah pasangan yang memiliki visi besar untuk mewujudkan pemerataan ekonomi dan pembangunan di Pulau Dewata, sebuah mimpi besar yang Demer perjuangkan sejak melangkahkan jejak pengabdiannya sebagai wakil rakyat Bali di DPR RI sejak tahun 2004 dan kini memasuki periode kelimanya di DPR RI. “Bali harus maju, tapi bukan hanya di kawasan selatan saja. Pembangunan harus merata, hingga ke pelosok utara, barat dan timur,” tegas Demer.

Salah satu bukti nyata dari komitmen Mulia-PAS dalam pemerataan pembangunan adalah rencana mereka untuk mewujudkan pembangunan Bandara Bali Utara di Kabupaten Buleleng. Demer yang sejak lama memperjuangkan proyek ini, merasa sangat yakin bahwa visi Mulia-PAS untuk membangun infrastruktur di Bali Utara akan menjadi tonggak perubahan besar. Ia pun menegaskan bahwa pembangunan bandara tersebut bukan hanya akan mengubah wajah kesejahteraan Buleleng, tetapi juga akan membuka peluang ekonomi baru bagi seluruh Bali.

“Bandara Bali Utara adalah simbol pemerataan dan keadilan yang kami perjuangkan bersama. Saya telah berjuang untuk ini bertahun-tahun, dan saya percaya Mulia-PAS adalah pasangan yang bisa mewujudkannya,” tambah Demer dengan penuh keyakinan.

Selain itu, politisi Golkar asal Desa Tajun, Kecamatan Kubutambahan, Kabupaten Buleleng itu juga mengungkapkan alasan lain yang membuatnya mendukung Mulia-PAS. Keberadaan pemerintahan yang satu jalur dengan pemerintah pusat, yang saat ini dipimpin oleh Presiden Prabowo Subianto dan Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka, menjadi hal yang sangat penting bagi Bali.

Dengan adanya satu jalur, komunikasi antara Pemerintah Provinsi Bali dan Pemerintah Pusat akan jauh lebih lancar. Ini akan mempermudah Bali dalam mendapatkan dukungan pendanaan dan program-program yang dibutuhkan untuk pembangunan.

“Tentu sinkronisasi pusat dan daerah, hubungan satu jalur juga menjadi sebuah alasan kenapa masyarakat Bali harus memilih pasangan nomor satu Mulia-PAS,” tegas Demer.

Demer percaya, dengan kepemimpinan yang erat hubungannya dengan pusat, Bali akan lebih mudah mengakses bantuan dari APBN. Ini menjadi kunci agar Bali dapat mewujudkan berbagai program yang mengutamakan kesejahteraan masyarakat, bukan hanya di daerah yang sudah maju, tetapi juga di daerah yang masih tertinggal.

“Bali harus lebih maju dan sejahtera. Dan itu hanya bisa terwujud jika pemimpin kita mampu berkomunikasi dengan baik dengan Presiden dan membawa lebih banyak program serta dana pusat untuk Bali,” tutur Demer dengan penuh semangat.

Dengan alasan-alasan inilah Demer menyatakan keyakinannya terhadap pasangan Mulia-PAS. “Mulia-PAS bukan hanya calon pemimpin, mereka adalah rekan seperjuangan dalam mewujudkan Bali yang lebih merata, sejahtera, dan menjaga keaslian adat dan budaya kita. Bersama mereka, kita bisa memastikan Bali tetap menjadi rumah bagi kita semua,” tegas Demer.

Dukungan Demer untuk Mulia-PAS bukan hanya tentang politik, tetapi tentang harapan besar untuk Bali yang lebih baik, di mana setiap sudutnya merasakan manfaat dari kemajuan dan pemerataan. Karena, bagi Demer, Bali bukan hanya milik satu daerah, tetapi milik kita semua.

Dengan dukungan kuat dari Demer, serta komitmen dari Presiden Prabowo Subianto untuk mewujudkan Bandara Internasional Bali Utara, harapan besar kini terpatri di hati masyarakat Bali. Bali yang lebih merata, lebih maju, dan lebih sejahtera kini bukan lagi sekadar impian, melainkan sebuah kenyataan yang semakin dekat. (wid)