Foto: Anggota Komisi VI DPR RI Dapil Bali Gde Sumarjaya Linggih yang akrab disapa Demer mendukung Bali sebagai proyek percontohan wisata berkualitas atau quality tourism.

Denpasar (Metrobali.com)-

Anggota DPR RI dari Fraksi Golkar dapil Bali, Gde Sumarjaya Linggih, yang akrab disapa Demer mengaku mendukung rencana pemerintah pusat menjadikan Bali sebagai proyek percontohan wisata berkualitas atau quality tourism secara nasional sebagaimana disampaikan Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaitan.

Demer lantas mengungkapkan kekhawatirannya tentang wisatawan asing atau turis asing yang sebenarnya mencari pekerjaan di Bali daripada berwisata. Ia menekankan perlunya penyaringan yang ketat melalui kerja sama antara Dirjen Imigrasi dan polisi pariwisata.

Anggota Komisi VI DPR RI itu juga mengusulkan adanya meja bersama yang melibatkan swasta dan pemerintah, seperti Bali Tourism Board, untuk mendengarkan keluhan, mengkaji laporan, dan mengambil tindakan. Ia mencatat bahwa meskipun regulasi ada, pelaksanaannya sering kurang disiplin dan ini perlu menjadi perhatian lebih lanjut.

“Termasuk mungkin atau yang disebut dengan mempunyai meja bersama antara swasta, pemerintah yang sekarang ini kan ada Bali Tourism Board di Bali, nah ini sama-sama untuk mendengarkan keluhan, mendengarkan laporan, mengkaji bersama, melakukan tindakan. Regulasi ada, tindakannya kadang-kadang kita kurang disiplin. Ini barangkali yang mesti menjadi perhatian juga,” kata Demer.

Karena itu Demer sepakat bahwa proyek percontohan wisata berkualitas di Bali harus mencakup kualitas yang tidak hanya terkait dengan wisatawan yang berduit, tetapi juga memastikan bahwa wisatawan tersebut benar-benar turis, bukan pedagang atau calo.

Wakil rakyat berlatar belakang pengusaha sukses dan mantan Ketua Umum Kadin Bali ini mencatat bahwa banyak calo dan perantara yang muncul saat ini, dan ini perlu perhatian serius untuk menyelidiki dan memberikan hukuman yang tepat kepada mereka.

Wakil rakyat yang sudah empat periode mengabdi di DPR RI memperjuangkan kepentingan Bali ini mengibaratkan situasi ini dengan tanaman padi dan ilalang, di mana padi adalah masyarakat Bali yang harus dipelihara dengan baik, sedangkan ilalang yang adalah calo dan pedagang berkedok wisatawan yang harus dikendalikan agar tidak mengganggu.

Ia menekankan perlunya tindakan untuk memastikan wisatawan benar-benar berwisata dan mengeluarkan uang di Bali, bukan mencari pekerjaan.

“Oleh karena itu inilah yang perlu kita pilah, bagaimana caranya mencabut ilalang itu. Bagaimana caranya kita meminimize daripada turis-turis yang datang ke Bali ini sehingga dia tidak melakukan pekerjaan tapi benar-benar menjadi turis. Artinya kalau turis dia mengeluarkan uang di Bali ini, bukan mencari pekerjaan di Bali ini,” tegas Demer yang kembali terpilih untuk kelima kalinya sebagai Anggota DPR RI Dapil Bali ini.

Demer sekali lagi menekankan bahwa ia setuju jika Bali dijadikan proyek percontohan wisata berkualitas, namun menekankan pentingnya kerjasama yang baik dalam implementasinya. Ia menggarisbawahi bahwa meskipun aturan mungkin ada, eksekusi dari aturan tersebut harus dilakukan dengan benar dan konsisten.

“Tapi aturan itu pun sendiri harus ada eksekutor, harus ada yang mengeksekusi dengan benar, karena seringkali ini peraturan-peraturan kita ini, eksekutornya kurang memadai, kurang banyak atau kurang teliti, atau banyak pengampunan. Ini harapan saya,” katanya mengingatkan.

Demer lantas mengungkapkan kekhawatirannya tentang kekurangan eksekutor yang memadai, kurangnya ketelitian, atau adanya pengampunan dalam penerapan peraturan, dan berharap hal ini menjadi perhatian utama.

Politisi Golkar asal Desa Tajun, Kecamatan Kubutambahan, Kabupaten Buleleng itu juga mengusulkan peningkatan jumlah personel eksekutor, respons cepat terhadap laporan masyarakat, dan penggunaan CCTV secara luas di Bali untuk mencegah kejahatan. Dengan pengawasan yang ketat dan perlindungan yang memadai, kejahatan dapat diminimalkan.

“Sama kayak rumah kita, pintunya terbuka, semuanya terbuka, ya terjadilah maling. Tapi kalau kita punya rumah, punya satpam, punya anjing, pintu tertutup, terkunci, itu sangat tidak mungkin untuk bisa di, apalagi punya CCTV. Nah itu peran pentingnya daripada seluruh stakeholder ini harus bersatu untuk persoalan ini. Kalau ini disebut sudah menjadi kondisi merah di Bali ini. Itu harapan saya,” pungkas Demer seraya berharap seluruh stakeholder dapat bersatu dalam mengatasi masalah ini, terutama mengingat kondisi yang sudah dianggap sebagai “kondisi merah pariwisata” di Bali. (wid)