Deflasi Bali Februari 2025 Capai -0,57%, Waspada Kenaikan Harga Jelang HBKN
Denpasar, (Metrobali.com)
Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Bali merilis data terbaru terkait perkembangan inflasi pada Februari 2025. Secara bulanan, Bali mengalami deflasi sebesar -0,57% (mtm), lebih dalam dibandingkan deflasi bulan sebelumnya yang tercatat -0,02% (mtm). Secara tahunan, inflasi Provinsi Bali menurun menjadi 1,21% (yoy) dari 2,41% (yoy) pada Januari 2025.
Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi BaliErwin Soeriadimadja memaparkan, deflasi yang terjadi di Bali terutama disumbang oleh penurunan harga pada beberapa kelompok pengeluaran, di antaranya:
Kelompok Perumahan, Air, Listrik, dan Bahan Bakar Rumah Tangga – Deflasi didorong oleh diskon tarif listrik pascabayar Januari 2025 yang masih tercatat dalam bulan berjalan.
Kelompok Makanan, Minuman, dan Tembakau – Panen komoditas hortikultura seperti bawang merah dan cabai rawit turut berkontribusi dalam menekan harga pangan.
Namun, beberapa komoditas mengalami kenaikan harga yang menahan laju deflasi, seperti bensin, pepes, wortel, daging babi, iuran pembuangan sampah, dan bahan bakar rumah tangga.
Dilaporkan, kenaikan harga daging babi terjadi akibat tingginya permintaan dari daerah luar Bali yang terdampak wabah virus ternak, sementara harga bensin meningkat akibat kenaikan harga Pertamax.
Secara spasial, katanya seluruh kabupaten/kota yang dihitung dalam Indeks Harga Konsumen (IHK) mengalami deflasi. Kabupaten/kota tersebut yakni, kabupaten Tabanan: Deflasi -1,05% (mtm), inflasi tahunan 1,23% (yoy), kabupaten Badung: Deflasi -0,89% (mtm), inflasi tahunan 0,98% (yoy), Kota Singaraja: Deflasi -0,81% (mtm), inflasi tahunan 0,27% (yoy) dan Kota Denpasar: Deflasi -0,13% (mtm), inflasi tahunan 1,70% (yoy).
“Meskipun inflasi Bali saat ini masih terkendali, beberapa risiko kenaikan harga perlu diwaspadai menjelang Hari Besar Keagamaan Nasional (HBKN), seperti kenaikan permintaan bahan pokok saat Ramadan, Nyepi, dan Idul Fitri.” ujarnya dalam keterangan resminya, Selasa (4/3/3035).
Kemudian peningkatan permintaan canang sari menjelang Nyepi, potensi kenaikan harga daging dan telur ayam ras akibat naiknya harga global jagung sebagai pakan ternak dan kenaikan harga emas perhiasan dan minyak goreng yang terdampak oleh tren global harga emas dan Crude Palm Oil (CPO).
Dalam menghadapi potensi kenaikan harga, Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPw BI) Provinsi Bali bersama Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) telah mengusulkan berbagai langkah mitigasi, termasuk penguatan Gerakan Pasar Murah (GPM) untuk menjaga stabilitas harga pangan, perluasan Kerjasama Antar Daerah (KAD) guna memastikan ketersediaan pasokan bahan pokok.
Meningkatkan produktivitas pertanian melalui perlindungan lahan pangan, pengairan yang lebih baik, serta penggunaan benih unggul, meningkatkan efisiensi rantai pasok dengan melibatkan BUMDes, Perumda Pangan, koperasi, serta kerja sama antara petani dan sektor horeka (hotel, restoran, dan kafe), mengimplementasikan strategi 4K dalam pengendalian inflasi: Keterjangkauan Harga, Ketersediaan Pasokan, Kelancaran Distribusi, dan Komunikasi yang Efektif dan melakukan edukasi ke masyarakat untuk menerapkan perilaku belanja bijak guna menghindari panic buying dan kelangkaan barang.
(jurnalis : Tri Widiyanti)