Karangasem (Metrobali.com)-

Musim kemaru sepertinya menjadi momok yang menakutkan bagi para petani khususnya petani yang berada di Subak Nasi Dingin dan Subak Bale Agung, Telengan, Antiga, Manggis , Karangasem. Untuk mengairi lahan persawahannya, petani di dua subak tersebut harus k bergantian mengairi sawahnya.

  Dari pantauan Metrobali.com ,pada Rabu (4/9)  aliran air dari sungai Telengan yang menjadi harapan satu-satunya petani di dua suabk tersebut saat ini debit airnya mulai berkurang lantaran musim kemarau. Agar lahan pertanian di dua subak tersebut tetap teraliri air, warga subak pun terpaksa mempergunakan air sungai itu secara bergantian.

  Untuk  siang hari giliran Subak Bale Agung, itupun tidak semua petani di subak Bale Agung  yang berjumlah 16 petani ini mendapatkan air. Dalam setiap harinya hanya dua petani yang bergiliran memperoleh air, sisanya baru dibagi hari berikutnya. Sedangkan untuk subak Nasi Dingin yang saat ini baru mulai musim tanam mendapat giliran pada malam harinya.

  ”Kalau siang hari giliran subak Bale Agung, sedangkan untuk malam hari baru Subak Nasi Dingin yang kebagian mempergunakan air,”ujar Kelian Subak Bale Agung, I Ketut Sri Dungdung.

  Sri Dungdung juga mengatakan, menurunnya debit air sungai Telengan ini memang terjadi setiap tahunnya, sehingga petani di dua subak sudah memakluminya. Padahal saat ini, petani di Subak Bale Agung tanaman padinya sudah mulai berbuah, namun karena memang debit air sungai berkurang petani tidak bisa berbuat apa.

 ”Hasil padi saat musim kemarau seperti ini sudah pasti menurun karena tanaman padi kekurangan air, dan itu sudah rutin terjadi tiap tahunnya,”ujarnya lagi. BUD-MB