Made Lestariana
Buleleng (Metrobali.com)-
Daerah dataran tinggi di Kabupaten Buleleng saat ini sebagian besar dilanda krisis air bersih. Hal itu terjadi, tidak terlepas dari musim kemarau yang melanda daerah tersebut. Setidaknya telah terjadi penurunan debit air berkisar 15 sampai 20 persen. Demikian dikatakan Dirut PDAM Buleleng, Made Lestariana, disela-sela peringatan HUT PDAM Buleleng yang ke 66, Senin (8/9).
Terkait hal tersebut, menurut Lestariana pihaknya tidak dapat berbuat banyak. Alasannya, PDAM sendiri kini masih menghadapi kendala kapasitas produksi. “Semakin banyaklnya pertumbuhan pemukiman baru, peningkatan kebutuhan air minum masyarakat lebih tinggi dibandingkan peningkatan kapasitas produksi” terangnya.”Selain itu, air merupakan kebutuhan yang tidak dapat diproduksi dalam jumlah besar, seperti kebutuhan lain. Air minum itu kan karunia Tuhan yang tidak dapat diproduksi dan jumlahnya terbatas. Kita hanya bisa mengelola dan melindungi agar bisa dimanfaatkan untuk pelayanan masyarakat,” imbuhnya.
Masalah pelayanann, pihak PDAM Buleleng saat ini pencapaiannya hamper 80 persen dan untuk mewujudkan 100 persen diperkirakan lagi lima tahun. Namun  harus diakui, PDAM tidak dapat menjangkau daerah yang berada di dataran tinggi. “Kami akui, untuk sementara ini belum bisa memenuhi keinginan masyarakat yang secara teknis dan ekonimis sulit dilayanai seperti di daerah dataran tinggi seperti pegunungan,” ungkap Lestariana.
Lebih lanjut Lestariana mengatakan saat ini, PDAM Buleleng telah mengelola air minun di 67 desa. Sedangkan 81 desa lainnya masih menggunakan PAM Desa. Namun demikian, pihaknya telah memenuhi target wilayah cakupan sebanyak 77,52 persen dari pemerintah pusat.
Disinggung masalah program lima tahun kedepan, menurut Lestariana yang mantan Dirut Yeh Buleleng ini bahwa PDAM Buleleng telah memiliki lima program untuk mengatasi kebutuhan air selama lima tahun mendatang. Diantaranya, dengan meningkatkan kapasitas produksi. Minimal 40 liter per detik setiap tahun. Sebelum menambah jumlah pelanggan. PDAM menargetkan mampu menambah jumlah pelanggan sebanyak 3.000 setiap tahunnya. Saat ini, jumlah daftar tunggu calon pelanggan terbanyak ada di Kecamatan Busungbiu yang mencapai 400 sambungan. “Untuk mewujudkan program itu, kami mengharapkan bantuan dari pemerintah. Sebab, sebagai BUMD, kami masih menghadapi kendala kekurangan modal. Setidaknya, PDAM Buleleng membutuhkan modal investasi sedikitnya Rp 100 Milyar. Ini mengacu pada standardisasi investasi biaya PAM dari Kementerian Pekerjaan Umum sesuai kebijakan nasional” pungkasnya. GS-MB