Pasemetonan Mahasisya Hindu Dharma (PMHD) Universitas Warmadewa menggelar konferensi internasional serta kompetisi membaca sloka internasional yang bertajuk: Bridging Global Hindu Youth Leaders for a Resilience Future Civilization pada hari Sabtu, 1 Juli 2023 lalu bertempat di Auditorium Widya Sabha Uttama Lantai IV, gedung rektorat Universitas Warmadewa.

Acara dibuka oleh Ketua Yayasan Kesejahteraan KORPRI Provinsi Bali, Dr. Drs. Anak Agung Gede Oka Wisnumurti, M.Si.yang sekaligus menjadi pembicara kunci (keynote speaker) pada acara tersebut. Tampak hadir pada kesempatan itu, Konsulat Jenderal India Her Honorable Ms. Neeharika Singh, Director Swami Vivekananda Cultural Centre, Shri Naveen Meghwal, hadir pula Ida Pandita Nabe Sri Bagawan Agni Yogananda, Sri Bagawan Sriprada Bhaskara, Rsi Acharya Sadhu Giriramananda serta sesepuh Paguron silat Bali Kuno Seruling Dewata, Ki Nantra. Dari unsur pimpinan Universitas Warmadewa dihadiri oleh Wakil Rektor 1,Ir. Nyoman Kaca, M.Si., Wakil Rektor 2; Ni Putu Pertamawati, S.E.,M.M, Wakil Rektor 3; Dr. Ir. I Wayan Parwata, MT, IPM. Perwakilan Dekan Fakultas serta dosen dan pembina PMHD Universitas Warmadewa.

Konferensi internasional ini menghadirkan para pembicara diantaranya Shri Rutvij Niranjan Holay dari Smaracaya Digital Library, Amerika Serikat yang hadir secara langsung,selain itu hadir secara daring Uthaiya Kumar (Malaysia), Nurkhotimah, MA (Arkeolog muda Indonesia), Dr. Bibhu Prasad Swain (Chairman/founder Kalinga International Youth Foundation, Odisha, India), Matha Riswan, S.Pd.H.,M.Psi., selaku Ketua DPD Prajaniti Hindu Indonesia Provinsi Sumatera Utara, Shri Susyanth Subramanian (Hindu Youth Australia), Universitas Warmadewa diwakili akademisi Dr. I Made Suniastha Amertha,SS., M.Par.,CPOD., sedangkan UHN IGB Sugriwa diwakili oleh Dr. Ni Kadek Surpi, S.Pt.,M.Fil.H.

Dalam sambutan kunci Dr. Drs. Anak Agung Gede Oka Wisnumurti, M.Si menyampaikan ada beberapa poin penting, diantaranya urgensi anak-anak muda Hindu di seluruh dunia untuk dapat berinteraksi satu dengan lainnya dengan bersinergi dalam berbagai program.Apalagi dengan kemajuan teknologi informasi, konektivitas ini sangat memungkinkan.

Hal lainnya yang disampaikan Ketua Yayasan yang menaungi lembaga pendidikan tinggi Universitas Warmadewa ini adalah tentang keberadaan komunitas serta peradaban Hindu yang telah berusia ribuan tahun patut dijadikan sebagai faktor penguat bagi anak-anak muda bisa bersatu dalam berbagai platform agar bisa berkreasi dalam melakukan pemberdayaan melalui nilai-nilai lokal dan mengedepankan dialog yang konstruktif.

Menyinggung tentang nilai lokal, Universitas Warmadewa saat ini mengedepan local value yang bernama Sapta Bayu. Sapta berarti tujuh dan Bayu berarti kekuatan dan vitalitas yang membawa semangat dan membawa sivitas akademika ke berbagai aspek kehidupan.Spirit atau energi semangat ini menjadi landasan bagi segenap sivitas akademikia Universitas Warmadewa dalam melaksanakan Tri Dharma. Ketujuh nilai Sapta Bayu tersebut yaitu; Ketuhanan Yang Maha Esa, Kembangkan jiwa pemimpin Asta Brata, Berbakti kepada almamater, masyarakat, bangsa, dan negara, Unggul dalam kreativitas, Menghargai kejujuran dan integritas diri dalam berpikir, berbicara, dan bertindak, Melindungi dan menghormati keragaman dan memperkuat persatuan serta berwawasan lingkungan, berdasarkan Tri Hita Karana. Pada bagian akhir sambutannya, Wisnumurti menyampaikan apresiasi kepada PMHD Universitas Warmadewa berani mengambil peran dalam memperkuat keterhubungan pemuda Hindu global dengan menggelar konferensi ini.

Pemuda Hindu Harus Bersatu

Konsulat Jenderal Republic of India di Bali, Her Honarble Ms. Neeharika Singh dalam sambutannya menyatakan rasa senangnya diundang oleh para inteletual muda Hindu di kampus Warmadewa. Menurut pejabat negara India yang melaksanakan fungsi kekonsulerannya di Bali ini, para pemuda Hindu hendaknya bersatu dalam menghadapi berbagai tantangan global seperti ancaman kelaparan, krisis air bersih dan pencemaran udara yang mengancam keberadaan manusia di bumi. Untuk itu imbuhnya, nilai Hindu seperti vasudhaiva kutumbakam harus diimplementasikan dalam praktik nyata interaksi sosial anak-anak muda.

Pihaknya berharap acara ini dapat dijadikan sebagai titik tolak kebangkitan anak-anak muda di berbagai belahan dunia untuk senantiasa mengedepankan dialog-dialog lintas agama dan keyakinan dalam turut serta memberikan sumbangan pemikiran konstruktif terhadap berbagai permasalahan yang terjadi secara lokal maupun global. Sebagai perwakilan negaranya, dia mengaku siap bekerjasama dengan anak-anak muda di Bali khususnya di Universitas Warmadewa sesuai tugas dan fungsi pokok kekonsuleran Konjen India.

Sementara itu, Ketua Panitia acara konferensi internasional, Kadek Nonik Sugita Dewi dalam laporannya menyampaikan bahwa acara konferensi internasional PMHD Universitas Warmadewa terbagi dalam dua kegiatan, yakni acara konferensi yang dikemas dalam bentuk diskusi panel dan acara lomba membaca sloka. Diskusi panel, menurut srikandi muda PMHD Unwar ini, terbagi dalam 2 sesi yang masing-masing sesi terdiri dari 4 panelis. Lebih lanjut Nonik panggilan mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis ini memaparkan pihaknya telah melaksanakan beberapa kegiatan serangkaian acara konferensi yakni melaksanakan pengabdian kepada masyarakat di Pasraman Gurukula Bangli dan Desa Penglipuran.

Dewa Made Bali Sugiharta Best Performance kategori Domestik

Lomba Membaca Sloka

Selain itu menurutnya, juga digelar acara lomba membaca sloka yang melibatkan peserta dalam dan luar negeri. Dengan melakukan seleksi ketat akhirnya telah tersaring beberapa konten video dari pembaca sloka dimana peserta internasional berjumlah 17 peserta dalam bentuk rekaman video dan terseleksi 3 video rekaman membaca sloka dari katagori domestik. Peserta internasional ini rincinya berasal dari India dan Amerika Serikat sedangkan video terseleksi dari katagori domestik berasal dari Jawa Timur dan Bali. Pihaknya berharap dengan mengambil tema besar yakni menjembatani para generasi muda Hindu dunia dalam ajang diskusi menjadi pengalaman baru bagi segenap anggota dan pengurus PMHD serta dapat membesar kualitas kegiatan bidang-bidang Tri Hita Karana yang dimiliki organisasinya.

Acara konferensi internasional yang dikemas dalam 2 sesi diskusi panel tersebut diawali dengan tampilnya para narasumber seperti: Shri Rutvij Niranjan Holay (USA), Uthaiya Kumar (Malaysia), Dr. I Made Suniastha Amertha, SS.M.Par.,CPOD (Akademisi Universitas Warmadewa), serta arkeolog muda yang juga Direktur Sanka Arts Indonesia, Nurkhotimah, MA., dengan moderator Komang Astiari, S.S.,M.Hum yang merupakan akademisi Universitas Bali Dwipa. Pada sesi pertama ini, para panelis membahas tentang topik: “Building Youth Resiliency Through Multi-discipline Competencies”.

Panelis pertama, Shri Rutvij Niranjan Holay membahas tentang pentingnya memperkuat budaya literasi anak-anak muda Hindu terhadap naskah-naskah kuno, lontar, manuskrip Hindu yang dikemas secara modern atau digital. Menurutnya, Hinduisme memiliki kekayaan intelektual yang maha agung tak ternilai harganya yang patut diapresiasi oleh generasi muda masa kini dan masa depan.

Lebih lanjut anak muda milenial kelahiran California, USA ini menegaskan dirinya merasa senang dapat tampil dalam forum diskusi yang digagas oleh PMHD Universitas Warmadewa. Digitalisasi lontar menurut dia merupakan suatu keharusan di era artificial intelligence ini. Namun yang patut digaris-bawahi, ada batasan-batasan do and don’t yang patut dihormati ketika kita melakukan eksplorasi manuskrip kuno agar value –nya tetap terjaga.

Pihaknya melalui lembaga perpustakaan digital Smaracaya yang berkedudukan di California, USA, mengaku siap bekerja sama dengan anak-anak muda di seluruh dunia khususnya di Bali dalam upaya menjaga kelestarian lontar-lontar di Bali dalam digitalisasi yang terproteksi secara ketat. Sementara itu, Uthaiya Kumar atau yang sering akrab disapa U2 Kumar, seorang pengusaha yang juga motivator sukses di Malaysia, menekankan pentingnya anak-anak muda membangun potensi dirinya.

Menurut dia, anak-anak muda zaman now, hendaknya memiliki beberapa sikap mental apabila ingin memiliki ketahanan dalam menghadapi tantangan global saat ini diantaranya yaitu; Mental Warrior Mind Set; Sikap mental sebagai petarung sejati, tidak mudah menyerah; Public Speaking Abilities; kemampuan berbicara dan mengemukakan ide; Creative Thinking Skills; Kemampuan berfikir kreatif; serta Entrepreneurship Mindset; Pola pikir berwira-usaha mandiri.

Motivator sukses ini menambahkan memperluas jaringan atau networking seperti yang sedang dibangun oleh PMHD Universitas Warmadewa ini menjadi salah satu sikap mental penting yang harus ditanamkan dalam mind set anak-anak muda khususnya di Bali.Panelis berikutnya I Made Suniastha Amertha, memaparkan sebetulnya ajaran agama Hindu banyak memiliki nilai-nilai adiluhung yang perlu digali secara kontinu oleh para generasi muda.

Menurut dosen tetap pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Warmadewa ini, nilai-nilai kepemimpinan Astha Brata adalah salah satu contoh yang patut dielaborasi secara kekinian agar sesuai dengan konteks zaman. Narasumber pamungkas pada sesi pertama ini, Nurkhotimah, MA., mengangkat tema tentang Candi Prambanan. Dalam pemaparannya, Arkeolog muda penekun Candi Prambanan ini betapa peninggalan leluhur nusantara seperti candi-candi merupakan sumber literasi yang tiada habis-habisnya. Candi Prambanan menurut dara kelahiran Jawa Tengah ini sebagai sumber inspirasi, arsitektur serta nilai historis yang wajib digali oleh para generasi muda.

Bahkan menurut dia, dengan ditetapkannya Candi Prambanaan sebagai tempat persembahyangan bagi umat Hindu diseluruh dunia berdampak positif bagi pelaku usaha UMKM dan industri kreatif. Peluang ini menurutnya harus digarap secara serius sebagai wujud kecintaan generasi muda terhadap ajaran leluhur nusantara serta bagaimana memperkuat sikap mental dalam menjaga nilai-nilai agama Hindu kedepannya.

Nur Kesawa demikian panggilan akrabnya mengaku siap berkolaborasi dengan Universitas Warmadewa yang mengusung spirit Sri Kesari Warmadewa dalam sebuah garapan karya kolosal. Bahkan dirinya siap jika diperlukan kajian-kajian arkeologis untuk mendukung kolaborasi tersebut.

Pada sesi kedua, dengan moderator I Nyoman Aji Duranegara Payuse,S.H.,LLM (Akademisi Fakultas Hukum Universitas Warmadewa), tampil selaku narasumber yaitu: Dr. Ni Kadek Surpi, M.Fil.H., Matha Riswan, S.Pd.H., M.Psi., Dr. Bibhu Prasad Swain (India), dan Shri Susyanth Subramanian (Australia). Akademisi Universitas Hindu Negeri IGB Sugriwa Denpasar, Dr. Ni Kadek Surpi, M.Fil.H sebagai panelis yang tampil pada kesempatan pertama di sesi kedua ini, mengangkat tentang “Building Hindu Leaders Through the Teaching of Chanakya Arthasastra”.

Dalam pemaparannya Dr. Surpi menekankan pentingnya generasi muda menjadi seorang ksatria. Ksatria yang dimaksud adalah kompetensi yang ditekankan dalam Catur Varna. Seorang ksatria harus memiliki kompetensi dalam membangun kesejahteraan dan melindungi negara. Peran ini hendaknya dimaknai secara holistik, tidak hanya merupakan tugas TNI/POLRI dalam melindungi negara, semua warga negara terutama generasi muda wajib berperan aktif dalam membela tanah airnya.

Senada dengan materi Uthaiya Kumar pada sesi pertama, Dr. Surpi dalam materinya juga menekankan agar para generasi muda mau mempelajari nilai-nilai penting apabila mereka ingin menjadi pemimpin kedepannya,diantaranya generasi muda harus mempelajari Sastra atau manuskrip Hindu, Sastra Nusantara seperti kakawin Ramayana, Lontar Sevaka Dharma, melatih public speaking skill-nya, membangun dan memperkuat kerjasama tim dan membangun kaderisasi.

Panelis berikutnya, Matha Riswan memaparkan materi yang menarik yakni tentang “Merawat Peradaban Sanatana Dharma dari Ujung Barat Nusantara”. Matha Riswan yang juga ketua DPD Prajaniti Hindu Indonesia Sumatera Utara ini, mengulas tentang sejarah keberadaan etnis Tamil di Medan, Sumatera Utara.

Berdasarkan penemuan arkeologi yang dilakukan oleh Daniel Perret dari Ecole Francaise d Extreme-Orient (EFEO) membuktikan pada abad ke 8 sampai ke 12 di Lobu Tua, Barus telah terdapat perkampungan multi etnik terdiri dari etnik Tamil, Cina,Arab dan sebagainya. Dalam situs Lobu Tua juga ditemukan prasasti dengan tulisan Tamil oleh pejabat Belanda GJJ Deatz tahun 1872.Setelah diterjemahkan oleh Prof. Dr. KA Nilakanda dari Universitas Madras India pada tahun 1931. Tulisan itu antara lain menyebutkan tentang perkumpulan dagang etnik Tamil sebanyak 1500 orang di Lobu Tua.

Prasasti Lobu Tua itu berisi tentang aktivitas perdagangan kumpulan Tamil yang dikenal dengan nama “Mupakat Dewa 1500”. Anggotanya terdiri dari berbagai aliran Brahmana, Wisnu, Mulabhadra dan lain-lain. Daerah pemukiman etnik Tamil yang dapat dikenal adalah kampung Keling atau sebahagian orang menyebutnya “ Kampung Madras ”. Di kawasan ini hingga sekarang masih terdapat situs-situs yang menandakan keberadaan etnik Tamil, misalnya Shri Mariamman kuil di Jalan Zainul Arifin sebagai kuil tertua bagi komunitas Tamil di kota Medan, yang dibangun tahun 1884 dan sejumlah kuil lainnya. Kampung Keling diperkirakan telah ada sejak tahun 1884. ini dibuktikan dengan dibangunnya Shri Mariamman Kuil sebagai tempat ibadah etnik Tamil yang beragama Hindu pada tahun 1884.

Menurut pria yang juga pengurus PHDI Kota Medan ini, local genius yang telah dipelihara berabad-abad lamanya di Provinsi Sumatera Utara menjadi bukti bahwa ajaran Sanatana Dharma yang universal ini dilestarikan secara lokal oleh etnis Tamil dan berbagai bentuk tradisi dan etika. Salah satu kearifan lokal itu adalah konsep ajaran Rakut Sitelu yaitu Kalimbubu adalah mempelai perempuan yang dianggap sebagai Tuhan karena meneruskan keturunan. Anak Beru adalah mempelai laki-laki yang melayani semua kegiatan upacara Sukut adalah kerabat dan keluarga mempelai laki-laki yang mendukung semua acara yang dijalankan. Konsep ini menurut Matha Riswan adalah wujud nyata leluhurnya dalam merawat peradaban Hindu yang diwarisi sampai sekarang.

Panelis lainnya yaitu Dr. Bibhu Prasad Swain (India), mengupas tentang sejarah hubungan India – Nusantara melalui Kalinga Bali Yatra. Menurutnya, dengan sejarah mulia yang diperkirakan pada tahun 2000 SM, negara bagian Odisha menjadi tanah air dengan pendekatan ramah lingkungan dan hidup berkelanjutan. Leluhur Odisha yang telah menciptakan banyak karya seni dan struktur monumen untuk kemajuan peradaban, spiritual dan ilmiah. Hubungan India dengan kepulauan Nusantara tidak bisa dilepaskan tanpa menyebut kalinga balijatra, perjalanan ke Bali oleh pedagang Odisha kuno.

Hubungan maritim antara Odisha dan Bali telah berlangsung selama lebih dari 1400 tahun, dan setiap tahun di bulan kartika, festival Bali Yatra diperingati sebagai tonggak perjalanan leluhur penduduk Odisha kuno ke pulau Bali untuk perdagangan. Secara simbolik,dibuatlah perahu kecil yang terbuat dari kertas dan dilepas mengapung di samudera India sebagai bagian dari acara yang digelar dengan kemegahan bālijātrā (perjalanan ke Bali, Indonesia) adalah festival Boita Bandana uttama diadakan di Cuttack, Odisha di bulan kartika.

Festival Purnima di Cuttack dianggap sebagai salah satu pameran perdagangan terbuka terbesar di Asia dengan perdagangan selama 7 hari yang dibarengi dengan pagelaran budaya. Festival ini diadakan di Odisha, di lokasi dimana kerajaan Kalinga kuno di kota Cuttack dipinggir sungai Mahanadi, untuk menandai hari ketika para pedagang kuno Odisha berlayar ke negeri yang jauh yaitu di Bali, pulau Jawa, Sumatra, Borneo hampir menjangkau seluruh kepulauan nusantara dijadikan tempat berlabuh sambil berdagang.

Dari fakta sejarah ini, Dr. Bibhu mengajak generasi muda Bali khususnya untuk tidak melupakan betapa pentingnya merangkai kembali hubungan yang erat antara Bali dan India Pemahamannya, universalitas ajaran Vedanta harus dimaknai secara mendalam sebagai warisan generasi terdahulu kepada generasi muda dalam melayani kemanusiaan dalam arti yang luas.

Panelis pamungkas dari Australia, yakni Shri Sushyanth Subramanian menyampaikan beberapa fakta menarik tentang umat Hindu di negeri Kanguru. Populasi umat Hindu di Australia adalah sekitar 684.000 sesuai sensus 2021.Terutama terkonsentrasi di Sydney dan Melbourne.
Para Pemuda Hindu Australia (HYA) sebagian besar berbasis di Sydney dan sedang berusaha untuk memperluas ke Brisbane. HYA bekerjasama dengan organisasi Hindu lainnya seperti Hindu Swayamsevak Sangh dan Sewa Australia untuk berbagai kegiatan.

Salah satu contoh kegiatannya menurut Sushyanth, misalnya membagikan buku Bhagavad Gita ketika ada pelatihan untuk anak-anak muda Australia. Pihaknya merasa sangat senang diundang dalam acara konferensi internasional ini walaupun hadir secara daring. Konektivitas ini harap dia, agar terus berlanjut demi tegaknya dharma agama dan dharma negara sesuai kapasitas diri masing-masing.

Dalam kesempatan terpisah, Ketua umum PMHD Universitas Warmadewa mengungkapkan rasa syukurnya organisasi yang dipimpinnya mampu melaksanakan acara penting konferensi internasional antar pemuda Hindu perwakilan beberapa benua. Pihaknya sendiri tidak menyangka, bisa menyatukan perwakilan pemuda Hindu dari benua Amerika, Australia dan Asia.

Persiapan acara yang begitu mepet setelah berhasil melaksanakan Gebyar seni dan Budaya tingkat nasional bulan Mei lalu, membuat dirinya dan pengurus PMHD komit untuk melakukan yang terbaik untuk melaksanakan spirit Sapta Bayu dalam praktik nyata Tri Dharma Perguruan Tinggi sesuai visi dan misi Universitas Warmadewa. Sebagai generasi muda, dirinya berpesan selain meningkatkan rasa pasemetonan tingkat lokal, PMHD mesti melirik bagaimana memperkuat jaringan pasemetonan (persaudaraan) di tingkat dunia. (**)

Editor : Nyoman Sutiawan