Poto ilustrasi

Oleh : I Gde Sudibya

“ Kami bisa melakukan pemulihan ekonomi, tetapi kami tidak bisa menghidupkan kembali orang yang telah meninggal “. Ucapan dari seorang Presiden ( kalau tidak salah dari Negara di kawasan Amerika Latin ), yang kemudian viral di media sosial.

Ucapan ini secara implisit memuat pesan akan kegentingan yang dibawakan oleh pandemi ini, dan besarnya dampak terhadap perekonomian nasional dan global.
Menyimak kegentingan yang dimaksud, kita dapat mengikuti liputan berita, sebut saja tentang kemungkinan kegamangan pemerintah Amerika Serikat dalam merespons pandemi, korban kematian yang jumlahnya ribuan per hari, ironinya terjadi di sebuah negara yang selama ini dianggap mempunyai sistem pelayanan kesehatan terbaik di dunia.
Rangkaian berita dari Italia, negara yang sebelumnya menjadi DTW. ( Daerah Tujuan Wisata ) yang begitu indah dan menarik, memberikan gambaran akan begitu banyaknya korban, dan ada sebagian masyarqkat yang sudah menyerah dan tidak lagi sanggup melawan pandemi ini. Sebuah rekaman video yang beredar luas menggambarkan ; campuran ketakutan, kesedihan dan rasa putus asa dalam ritual doa – doa mereka , dilakukan tidak di tempat ibadah, tetapi di pinggir jalan. Impresi pesan yang bisa ditangkap : duka, kepedihan, ketakutan melakoni kehidupan yang dapat menggetarkan hati bagi orang-orang yang punya empati kemanusiaan.

Ketahanan Budaya Bali.
Beberapa ahli memperkirakan : puncak pandemi akan terjadi pertengahan bulan Mei 2020, bulan depan, kurang lebih 3 minggu lagi dari sekarang. Iwan Ariawan dkk. ahli epidemiologi dan bio statistik dari FKM UI. ,memperkirakan 180 ribu orang yang akan memerlukan perawatan intensif ( Kompas, 21/4/2020 ). Jumlah ini sangat besar dibandingkan data riil nasional pertanggal 21/4/2020, yang berjumlah 12,812 orang dengan rincian positif : 7,135 orang,,dan dalam perawatan : 5,677 orang ( Jawa Post 22/4/2020 ) . Dari perspektif manajemen krisis, ada persoalan besar yang akan segera dihadapi, memerlukan langkah-langkah : cerdas cepat dan berani, untuk menanggulangi risiko tekanan besar kemanusiaan yang ada di hadapan kita.
Bagaimana semestinya Krama Bali, menjawab tantangan mendesak segera dengan risiko kemanusiaan yang tidak terkira ini.
Dari perspektif sejarah budaya dan peradaban Bali ( dalam perjalanan sejarahnya yang panjang ), ada sejumlah nilai yang membuat Krama Bali menjadi kenyal, adaptif dan punya ketahanan budaya. Sistim nilai yang dimaksud menyebut beberapa diantaranya : Kepemimpinan cerdas yang merakyat : Ida Cri Aji Jayapangus, Gunaprya Darmapadmi – Udayana Warmadewa, Ida dalem Waturenggong adalah contohnya . Nilai-nilai inti ( core values ) ethos kerja Krama Bali : jengah, taksu, paras-paros, kreativitas berkesenian dan berkebudayaan.
Dalam konteks penanggulangan pandemi yang bersifat segera dengan risiko kemanusiaan tinggi, serta implikasi sosial ekonomi yang dibawakannya, yang kemungkinan akan berdampak jangka panjang,Tim Penanggulangan Covid-19 di tingkat Provinsi, Kabupaten, Kodya, elite masyarakat dan Krama Bali secara keseluruhan, mampu mentranformasi secara cepat nilai – nilai budaya di atas , untuk memenangkan “pertempuran” melawan pandemi ydm. Dalam pandangan para filsof : “ sejarah telah mengetuk pintu kita” : apakah kita akan bangkit atau terperosok dalam penderitaan yang berkepanjangan.
Nasehat para tetua di Bali, yang telah terbukti mampu menjawab tantangan zamannya : pekebeh meraga guru (tekanan, krisis kehidupan dan bahkan bencana adalah guru kehidupan). Pesan moralnya adalah : setelah berefleksi segera diambil langkah-langkah responsif cerdas untuk menanggulangi krisis, dan mengambil ancang-ancang sikap dan prilaku baru pasca krisis.

______________________________________________
I Gde Sudibya : ekonom, pengamat : sosial ekonomi, dan kecendrungan masa depan ( trend watcher ). Penulis buku : “Hindu Menjawab Tantangan Zaman”, “Budaya Bali ( Bunga Rampai Pemikiran )” , Penulis epilog dalam buku “Baliku Tersayang , Baliku Malang”, Potret Otokritik Pembangunan Bali Satu Dasawarsa” ( Dasawarsa 80 an) . Tinggal di Banjar Pasek, Desa Tajun, Den Bukit, Bali Utara.