M Teguh Pamudji

Jakarta (Metrobali.com)-

Komisi VII DPR menyetujui biaya operasi minyak dan gas yang dikembalikan (cost recovery) pada 2015 sebesar 16,5 miliar dolar AS.

Wakil Ketua Komisi VII DPR Mulyadi usai rapat dengan Sekjen Kementerian ESDM M Teguh Pamuji di Jakarta, Rabu (11/2) mengatakan, angka tersebut memang berbeda dengan persetujuan Badan Anggaran DPR sebesar 14,1 miliar dolar AS.

“Kami akan kirimkan surat ke Badan Anggaran soal kesepakatan ini,” katanya.

Menurut dia, Badan Anggaran mesti merubah angka “cost recovery” sesuai kesepakatan Komisi VII DPR menjadi 16,5 miliar dolar.

Kesimpulan rapat menyebutkan penetapan “cost recovery” senilai 16,5 miliar dolar itu dengan pertimbangan menjaga “lifting” minyak 825.000 barel per hari, menghindari besarnya penundaan pembayaran yang akan menjadi beban pada 2016, dan kepastian hukum dari kontrak.

Hadir dalam rapat antara lain Pelaksana Tugas Dirjen Migas Kementerian ESDM I Gusti Nyoman Wiratmadja dan Kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksana Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) Amien Sunaryadi.

Sementara itu, Wakil Ketua Komisi VII DPR Tamsil Linrung mengatakan, pilihannya adalah kalau “cost recovery” sebesar 14,1 miliar dolar, maka produksi bakal di bawah 825.000 barel per hari.

Namun, kalau menginginkan produksi tetap 825.000 barel per hari, maka “cost recovery”-nya sebesar 16,5 miliar dolar.

Ia mengatakan, mengingat keterbatasan waktu pembahasan RAPBN Perubahan 2015 hanya sampai Jumat (12/2), maka opsi yang mungkin adalah “cost recovery” tetap 14,1 miliar dolar.

“Namun, dengan catatan produksi akan turun,” katanya.

Anggota Komisi VII DPR Dito Ganinduto menambahkan, ke depan, Komisi VII DPR harusnya memutuskan dahulu besaran “cost recovery” sebelum dibahas di Badan Anggaran.

“Agar tidak terulang lagi kejadian seperti ini,” katanya.

Sementara, Anggota Komisi VII DPR Kurtubi meminta SKK Migas lebih ketat mengawasi pengeluaran “cost recovery”.

Amien mengatakan, pihaknya akan bertemu dengan kontraktor kontrak kerja sama (KKKS) untuk meminta mengurangi biaya tanpa mengurangi produksi.

“Nanti, KKKS akan menegosiasikan dengan pemasok atau rekannnya, mana yang bisa dikurangi,” ujarnya.

Ia masih berharap, dengan “cost recovery” 14,1 miliar dolar, produksi tetap 825.000 barel per hari.

“Namun, memang paling aman untuk ‘lifting’ kalau ‘cost recovery’ di posisi 16,5 miliar dolar,” ujarnya. AN-MB