Buleleng,  (Metrobali.com)

Besok Jum’at, 20 Januari 2023, penanggal pangelong ping 14 nuju Tilem Kepitu raina Ciwaratri (malam pemujaan Tuhan Ciwa), hari “terbaik” memuja Tuhan, merujuk.karya sastra Ciwaratri Kalpa dari Mpu Tanakung.

Ciwaratri sebagai momentum untuk menata diri secara rokhani akan bahaya dan sikap destruktif dari kebutaan secara rokhani.

Buta secara rokhani yang berpangkal dari, pertama, dorongan kuat akan keinginan kebendaan dan pengakuan yang tanpa batas, merontokkan kecerdasan berpikir dan kejernihan hati yang melahirkan kegelapan jiwa.Kedua, diri menjadi “terpenjara” oleh keserakahan keinginan, dan menjadi “budak” dari keinginan. Ketiga, kebutaan secara rokhani, bisa diikuti dengan kebingungan penalaran, membangun narasi pembenaran dari laku yang tidak patut, melanggar etika dan moral dan juga melanggar hukum.

Kebutaan secara rokhani merupakan persoalan kemanusiaan, tetapi menjadi persoalan amat serius jika menimpa pemimpin publik dari proses seleksi elektoral, akan menimbulkan anomali (kekacauan) sosial, wacana tidak produktif yang menguras energi dan menjauhkan dari upaya bersama untuk peningkatan kesejahteraan lahir dan batin.

Jro Gde Sudibya, pengasuh Dharma Sala “Bali Werdhi Budaya”, Pasraman Rsi Markandya, Br.Pasek, Ds.Tajun, Den Bukit, Bali Utara.