Foto: Pengurus DPW CIMA Bali bersama kru kapal pesiar yang sedan on vacation melakukan aksi mulia pelepasan tukik di Pantai Sindu, Sanur, Kota Denpasar pada Selasa, 17 September 2024.

Denpasar (Metrobali.com)-

Dalam semangat kepedulian dan cinta pada alam, Dewan Pimpinan Wilayah (DPW) Consortium of Indonesian Manning Agencies (CIMA) Bali menggelar sebuah aksi mulia. Pada pagi yang tenang di Pantai Sindu, Sanur, Kota Denpasar pada Selasa, 17 September 2024, tukik-tukik kecil dilepas menuju laut lepas, menandai awal perjalanan panjang mereka dalam samudera yang luas.

Aksi pelepasan tukik atau anak penyu ini diselenggarakan dalam rangka memperingati Hari Perhubungan Nasional (Harhubnas) yang jatuh setiap tanggal 17 September dengan melibatkan kru-kru kapal pesiar yang turut diundang untuk berpartisipasi.

Kegiatan pelepasan tukik bersama yang dipimpin Ketua DPW CIMA Bali Putu Alit Budi Sastrawan, Amd.,Par.,CHt.,S.H., bersama Wakil Ketua DPW CIMA Bali Nengah Yasa Adi Susanto, S.H.,M.H., yang akrab disapa Bro Adi ini bukan sekadar acara seremonial. Aksi mulia yang patut dicontoh ini adalah manifestasi dari komitmen tulus CIMA Bali terhadap pelestarian lingkungan dan konservasi penyu.

Harhubnas tahun ini mengusung tema “Transportasi Maju, Nusantara Baru,” sebuah tema yang mencerminkan pentingnya kerjasama lintas sektor dalam memajukan transportasi sebagai pilar pengembangan Nusantara. Namun, di balik tema ini, CIMA Bali ingin menyampaikan pesan yang lebih mendalam, tentang harmoni antara manusia dan alam.

Untuk diketahui Consortium of Indonesian Manning Agencies (CIMA) atau Konsorsium Perusahaan Pengawakan Kapal (bertujuan untuk menghimpun dan membina perusahaan pengawakan kapal serta sebagai sarana untuk meningkatkan profesionalisme anggota serta menguasai, mempertahankan dan memperluas pangsa pasar dan peluang kerja kepelautan baik di dalam maupun di luar negeri.

CIMA Bali menunjukkan bahwa peringatan Hari Perhubungan Nasional pada 17 September tidak hanya berkaitan dengan kemajuan transportasi, sesuai tema “Transportasi Maju, Nusantara Baru” tetapi juga tentang menjaga keseimbangan dengan alam. Alit menegaskan bahwa konsep Tri Hita Karana, yang mengajarkan keseimbangan antara manusia dengan Tuhan, manusia dengan alam, dan manusia dengan sesama, menjadi fondasi dari kegiatan pelepasan tukik ini.

“Dalam artian di sini maju bukan hanya dalam bentuk transportasi, tetapi kami di DPW CIMA Bali ingin juga melakukan harmonisasi yang berhubungan dengan laut,” ujar Alit seraya menegaskan melalui aksi sederhana namun bermakna ini, mereka ingin berkontribusi pada pelestarian ekosistem laut yang begitu penting bagi kelangsungan hidup kita bersama.

Alit juga menjelaskan bahwa melalui kegiatan pelepasan tukik ini DPW CIMA Bali berupaya untuk menerapkan konsep Tri Hita Karana. Konsep ini menekankan pentingnya menjaga keseimbangan antara manusia dengan Tuhan, manusia dengan alam, dan manusia dengan sesama. Dengan pelepasan tukik, DPW CIMA Bali ingin berkontribusi pada pelestarian ekosistem laut, sekaligus menciptakan harmoni yang selaras dengan tema “Transportasi Maju, Nusantara Baru.”

“Di sini kami di DPW Bali ingin melakukan sesuatu yang berhubungan dengan konsep budaya Bali yaitu Tri Hita Karana, dengan salah satunya melepas tukik,” tegasnya.

Alit menegaskan bahwa DPW CIMA Bali mendukung penuh upaya konservasi penyu. Sebelumnya, lima tahun lalu, mereka juga pernah melakukan kegiatan serupa secara individu, yang melibatkan salah satu principal dan banyak kru dalam pelepasan tukik ke laut. Pada kesempatan ini, seluruh anggota SIMA Bali, beserta beberapa kru dari berbagai Manning Agencies, turut berpartisipasi dalam kegiatan pelestarian tersebut.

“Dalam artian SIMA ini juga mendukung penuh upaya konservasi penyu. Kami juga sempat melakukan secara individual 5 tahun lalu dengan datangnya salah satu principal dan juga melibatkan banyak kru untuk melepaskan tukik ke laut,” terangnya.

Consortium of Indonesian Manning Agencies (CIMA) Bali memiliki tujuan untuk menghimpun dan membina perusahaan pengawakan kapal keberadaan CIMA juga dimaksudkan sebagai sarana untuk meningkatkan profesionalisme anggota serta menguasai, mempertahankan dan memperluas pangsa pasar dan peluang kerja kepelautan baik di dalam maupun luar negeri.

Terkait keberadaan CIMA ini, Alit menjelaskan, CIMA Bali telah terbentuk lebih dari 30 tahun. Tujuan utama organisasi ini adalah menjadi salah satu asosiasi yang berperan dalam perekrutan kru kapal pesiar dan pelaut Indonesia. Selain itu, CIMA Bali berkomitmen untuk memastikan pengiriman pelaut dilakukan secara legal sesuai dengan aturan nasional dan internasional yang berlaku.

Sementara itu Wakil Ketua DPW CIMA Bali Nengah Yasa Adi Susanto yang akrab disapa Bro Adi dengan penuh semangat, menekankan bahwa penyu adalah salah satu makhluk ciptaan Tuhan yang harus dilindungi. Bro Adi yang juga Direktur PT. Ratu Oceania Raya Bali ini mengingatkan populasi penyu terus terancam oleh aktivitas manusia, dan di sinilah CIMA Bali hadir, mengulurkan tangan untuk menjaga kelestarian mereka.

Dengan melibatkan kru-kru kapal pesiar dalam aksi ini, CIMA Bali ingin menunjukkan bahwa setiap orang, apapun profesinya, memiliki peran dalam menjaga alam. Mereka semua menjadi bagian dari harmoni yang indah antara manusia dan laut.

“Bahwasannya kita ingin menjaga hubungan yang harmonis antara manusia dengan alam,  salah satunya adalah dengan melepas tukik ini sehingga ke depan harmonisasi ini bisa membuat Bali ini tetap Ajeg,” tegas Bro Adi yang juga Calon Wakil Walikota Denpasar.

CIMA Bali bukanlah organisasi yang baru lahir. Selama hampir 30 tahun, mereka telah berperan dalam merekrut dan memberangkatkan kru kapal pesiar Indonesia, memastikan bahwa setiap langkah mereka sesuai dengan aturan nasional dan internasional. Namun, kali ini mereka ingin menunjukkan bahwa tugas mereka melampaui urusan laut semata. Ada nilai-nilai yang harus dijaga, ada alam yang harus dilestarikan.

Pelepasan tukik ini bukanlah kali pertama bagi CIMA Bali. Lima tahun lalu, secara individu, mereka telah melakukan kegiatan serupa. Kini, dengan seluruh anggota CIMA Bali dan kru dari berbagai Manning Agencies, mereka kembali melakukan langkah kecil ini, berharap dapat menciptakan dampak yang besar. Dampak yang bukan hanya dirasakan oleh penyu-penyu kecil itu, tetapi juga oleh kita semua yang menyaksikan dan merasakan betapa pentingnya menjaga alam ini tetap ajeg, lestari.

Bro Adi yang Ketua DPW Partai Solidaritas Indonesia (PSI) Bali ini berharap, melalui kegiatan pelepasan tukik ini, kita semua dapat memahami pentingnya menjaga hubungan harmonis dengan alam. Bahwa dalam setiap hembusan angin dan debur ombak, ada pesan yang harus kita dengar, tentang menjaga dan merawat, bukan merusak dan mengabaikan. Bahwa kemajuan yang kita capai tidak akan berarti tanpa keseimbangan yang sejati.

Dengan semangat kolaborasi dan sinergi, seperti yang diusung dalam tema Harhubnas kali ini, kita dapat memastikan bahwa Nusantara yang baru adalah Nusantara yang menghargai dan menjaga alamnya.

Dengan langkah kecil melepas tukik ini, CIMA Bali telah menunjukkan kepada kita bahwa kepedulian adalah kunci dari setiap perubahan besar. Dan mungkin, dari tukik-tukik kecil yang berenang ke laut lepas itu, kita belajar tentang keberanian, tentang harapan, dan tentang cinta yang sesungguhnya pada kehidupan. (wid)