Foto: Caleg Bebotoh, Wayan Setiawan (kiri) bergabung ke Partai NasDem dan maju nyaleg ke DPR RI Dapil Bali pada Pemilu 2024  saat bersama Ketua Umum Partai NasDem Surya Paloh.

Denpasar (Metrobali.com)-

Tokoh masyarakat Bali yang viral dan populer dengan sebutan Caleg Bebotoh, Wayan Setiawan menghebohkan publik dengan kini bergabung ke Partai NasDem maju nyaleg ke DPR RI pada Pemilu 2024. Keputusan gabung NasDem diakuinya setelah melakukan perjalanan darat dari Bali ke Aceh mengunjungi sejumlah daerah di Sumatera dan melihat begitu antusiasnya masyarakat mendukung Calon Presiden dari Partai NasDem yakni Anies Baswedan.

Seolah seperti melawan arus di Bali, Wayan Setiawan pun mengaku dirinya tidak ingin terjebak dalam fenomena Suryak Siu yang berarti perilaku yang bersifat masal atau tindakan mengikuti suara massa yang terbanyak karena tidak ingin dianggap berbeda atau aneh.

Tokoh masyarakat asal Badung ini lantas bercerita bahwa di Bali dari zaman orde baru sampai era reformasi sekarang, sistem Suryak Siu itu tetap berjalan. “Dulu zamannya Golkar, semua Golkar, zamannya PDI, semua PDI, pas Pilpres mesuryak dukung Jokowi, di Bali 90 sekian persen dukung Jokowi. Dukung Ganjar, semua teriak dukung Ganjar. Ne Suryak Siu gitu lah,” kritik tokoh yang kerap  viral dengan gaya bicaranya yang kritis dan ceplas-ceplos ini.

Setiawan mengaku tidak senang dengan sistem Suryak Siu tersebut. Menurutnya masyarakat harus memilih dengan kecerdasannya dan intelektualitasnya bukan karena ikut-ikutan gerombolan terbanyak. “Orang itu memilih harus dengan kecerdasannya, dengan intelektualitasnya, sing dadi ulian Suryak Siu (tidak boleh karena Suryak Siu),” tegasnya.

“Harus ditelusuri dulu, kenapa saya memilih, kenapa saya tidak memilih. Ngujang rage milih si A, kenapa kita milih si A, kenapa kita tidak milih si A. Jangan hanya katanya, itu kan tidak bagus,” papar Setiawan yang belum lama bergabung di NasDem dan maju tarung sebagai caleg DPR RI Dapil Bali, mengulang kembali perjuangannya yang pernah nyaleg ke DPR RI pada Pemilu 2014 namun dari partai berbeda.

 

 

Setiawan juga menjelaskan bagaimana perjalanan dirinya hingga akhirnya sempat mendaftar nyaleg dari Partai Hanura kemudian hanya dalam hitungan hari menjatuhkan hati ke Partai NasDem dan maju ke DPR RI. Ia mengaku sebelumnya telah melakukan perjalanan selama 15 hari dari Bali – Aceh – Bali untuk mencari tahu sosok pemimpin yang diinginkan masyarakat di sana.

Dari survei kecil-kecilan yang ia buat Setiawan mendapatkan bahwa nama Anies Baswedan yakni capres yang diusung partai NasDem sangat digandrungi oleh masyarakat setempat untuk menjadi Presiden ke-8 Republik Indonesia.

“Sebelum masuk NasDem saya melakukan perjalanan darat selama 15 hari. Dari Bali – Aceh – Bali. Jadi sepanjang daratan pulau Sumatera itu, dari semua provinsi yang di daratan Pulau Sumatera dominan Pak Anies. Saya survei kecil-kecilan ke masyarakat di Sumatera. Mereka pilih dominan, satu Pak Anies, kemudian Pak Prabowo dan baru Pak Ganjar. Kecuali di Medan yang Walikotanya Pak Boby,” ungkap Setiawan.

Pria yang viral dan populer dengan sebutan Caleg Bebotoh ini mengatakan tujuan dirinya melakukan perjalanan darat dari Bali, Jawa, Lampung, sampai Aceh kemudian balik lagi ke Lampung dan Bali adalah karena masyarakat akan memilih presiden RI, bukan memilih presiden Bali. Jadi sebelum mengambil keputusan ia harus lihat dulu situasi luar sambil membuat peta politik.

Menurutnya saat ini yang menjadi fokus suara adalah suara nasional, sementara suara Bali hanya 3 persen untuk suara nasional. “Bali cuman 3 persen. Anggap menang 100 persen di Bali, cuman mempengaruhi 3 persen suara Nasional. Dan saya pikir 100 persen juga tidak mungkin karena Pak Prabowo juga punya pemilih, Pak Anies juga pasti punya. Politik itu kan hitung-hitungan,” paparnya secara gambling.

Oleh karena itu Setiawan ingin mengedukasi masyarakat agar jangan terlalu fanatis dan jangan terlalu Suryak Siu fanatis. Belajarlah dari Pemilu 2019, dimana saat itu ada istilah cebong kampret antara pendukung Prabowo Subianto dengan  Joko Widodo (Jokowi). Namun pada akhirnya istilah cebong kampret mulai lenyap karena Prabowo Subianto masuk ke pemerintahan Jokowi dengan menjadi Menteri Pertahanan hingga saat ini.

Setiawan juga meminta masyarakat untuk memilih dengan dewasa dan tidak saling hujat menghujat. Ia juga mencontohkan Sandiaga Uno yang dulunya ditolak kampanye di Bali, namun Sandiaga kemudian jadi Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif di pemerintahan Presiden Jokowi.

“Contoh dulu Sandiaga Uno ditolak kampanye di Bali. Terus Sandiaga Uno jadi menteri, apa kita tidak malu. Makanya saya pikir, kalau di Bali itu kedewasaan berpolitiknya perlu kiranya di kasi pembelajaran lagi. Kalau versi saya. Dengan itu saya memutuskan maju di NasDem,” pungkas Setiawan. (dan)