Ilustrali/Tempo

Denpasar, (Metrobali.com)-

Dalam kinerja ekonomi, nyaris tidak ada yang bisa dibanggakan dari kinerja pemerintahan Jokowidodo. Hal itu dikatakan I Gde Sudibya, ekonom, pengamat ekonomi politik dan kebijakan publik, Jumat 11 Oktober 2024.

Dikatakan, simak saja utang pemerintah selama 10 tahun terakhir bertambah sekitar Rp.4 ribu triliun untuk pendanaan proyek infrastruktur struktur, belum termasuk penambahan utang BUMN yang mendapat penugasan sebagai pelaksana, BUMN Karya dan Perum Angkasa Pura dan yang lainnya.

Pengamat memperkirakan total utang baru selama pemerintahan Jokowi, sekitar 10 ribu triliun rupiah. Nilai utang super jumbo, dengan “out put” ekonomi yang mengecewakan.

Menurutnya, berdasarkan statistik resmi pemerintah, BPS, selama lima tahun terakhir pemerintahannya, 2019 – 2024, jumlah kelas menengah berkurang sekitar 10 juta orang, ini berarti, dana investasi yang dipompakan senilai Rp.10 ribu triliun, telah memerosotkan standar hidup manusia, paling tidak 10 juta orang di atas.

“Kita belum mengulas “lautan samudra” kemiskinan pada puluhan juta warga yang hidup di bawah garis kemiskinan,” kata I Gde Sudibya.

Dikatakan, diperkirakan sekitar 60 persen angkatan kerja, berada di sektor informal, yang tidak jelas masa depannya, relatif sulit memperoleh akses program pemerintah, sehingga kualitas kehidupan keluarganya dipenuhi dengan: kondisi gizi buruk, mal nutrisi, keterbatasan akses memperoleh pendidikan memadai.

“Dalam realita sosial ekonomi ini, menarik disimak laporan Bank Dunia melalui hasil risetnya, yang menyatakan rata-rata IQ orang Indonesia sekitar 78, lebih rendah dari Vietnam, jauh di bawah Singapura setinggi 105. Seorang kritikus sosial menyebutkan, tingkat IQ 78, sedikit di atas Simpanse,” kata I Gde Sudibya, ekonom, pengamat ekonomi politik dan kebijakan publik.

Sejarawan ternama Yuval Noah Harari dalam bukunya SAPIENS, yang menguliti sejarah perjalanan manusia, sejak 4 juta tahun lalu, dimulai dari Afrika Timur, mengungkapkan, Simpanse adalah jenis manusia kera pada tahapan akhir bertransformasi menjadi manusia secara fisik yang dikenal sekarang.

“Ini berarti, logikanya, kecerdasan Simpanse berdekatan dengan IQ manusia yang pertama ditemukan di Afrika Timur,” kata I Gde Sudibya.

Dikatakan, kalau rata-rata IQ manusia Indonesia setinggi 78, dekat dengan kecerdasan Simpanse, ini berarti dana jumbo APBN 20 persen untuk sektor pendidikan, sekitar Rp.650 T per tahun, telah gagal total membangun kualitas insani manusia Indonesia pada umumnya.

” Ini merupakan wajah buruk dari kinerja pemerintahan Jokowidodo dalam pengembangan kualitas insani manusia. Sulit dibayangkan, terbersit rasa malu sebagai bangsa, kalau tingkat intelektualitas anak-anak bangsa ini secara rata-rata, sedikit lebih tinggi dari manusia Afrika, yang ditemukan pertama kali di Afrika Timur, 4 juta tahun lalu,” kata I Gde Sudibya.

Dikatakan, kegagalan besar ini, sudah tentu tidak bisa serta merta ditimpakan ke pemerintahan Jokowi an sih, ada peran besar DPR di sini dalam program legislasi dan pengawasan anggaran dan kebijakan publik.

Menurutnya, kalau DPR di masa lalu sering dikritik dengan akronim 4 D, Duduk, Datang, Diam dan Duit, DPR sekarang yang sebentar lagi akan memperoleh tunjangan perumahan, konon Rp.50 juta per bulan, dengan kritik bernama satire, dengan tugas “sampingan” yang tidak kalah “penting”: main game, kunker jalan-jalan dan memungut upeti. (Sutiawan).