Amlapura (Metrobali.com)-

Bupati Karangasem Wayan Geredeg meminta pemerintah kabupaten/kota di Bali bekerja sama mengatasi gelandangan dan pengemis.

“Masih adanya gelandangan yang berkeliaran di Denpasar, tidak bisa dibebankan pada satu kabupaten atau hanya Karangasem,” katanya di Amlapura, Kabupaten Karangasem, Rabu (26/6).

Menurut dia, begitu ada gelandangan di Denpasar, terlalu sering dikait-kaitkan berasal dari Karangasem. “Jangan-jangan ada yang bukan dari Karangasem mengatakan dari daerah kami,” ucapnya.

Ia berpendapat, menjadi gelandangan tak semata-mata disebabkan karena faktor kemiskinan, tetapi bisa juga karena faktor budaya.

“Ada beberapa daerah di Karangasem, yang masyarakatnya menggelandang bukan karena kurang mampu, tetapi saat tertentu memang harus datang ke daerah lain,” ujarnya.

Mengatasi gelandangan, kata dia, memerlukan waktu, proses dan pendidikan. “Di daerah kami, kemiskinan tertinggi terjadi di Bunutan dan Abang, penyebabnya terkait kendala infrastruktur dan air,” ujarnya.

Oleh karena itu, pihaknya terus berupaya meningkatkan pembangunan infrastruktur jalan untuk meningkatkan kelancaran aktivitas ekonomi dan akses pendidikan. Selain itu, memperbaiki akses perpipaan dan penyediaan embung.

“Sekarang juga sudah dibangun 12 embung besar untuk menampung air hujan dan 100 persen sudah berisi air, kapasitas embung ada yang hingga 24 ribu meter kubik. Dengan keberadaan embung kami harapkan dapat meringankan masyarakat mendapatkan air karena sebelumnya harus membeli air bersih Rp55 ribu per meter kubik,” katanya.

Geredeg mengemukakan jumlah rumah tangga miskin di Karangasem berdasarkan data 2011 sebanyak 17 ribu kepala keluarga (KK), menurun dibandingkan pendataan 2005 yang mencapai 22 ribu KK. Di sisi lain masih ada 11 ribu rumah tidak layak huni yang harus ditempati warga Karangasem. INT-MB