Bupati Badung Nyoman Giri Prasta didampingi Ketua DPRD Badung Putu Parwata saat menerima audiensi Panitia Perayaan Natal Bersama di Kabupaten Badung, bertempat di Rumah Jabatan Bupati Badung, Rabu (8/12) 

Jadikan Badung Role Model Toleransi Umat Beragama

Badung, (Metrobali.com)

Rencana Perayaan Natal Bersama yang dipusatkan di Balai Budaya Puspem Badung pada tanggal 10 Desember 2021 menurut Bupati Badung Nyoman Giri Prasta, merupakan contoh toleransi antar umat beragama di masyarakat sudah terjalin dengan baik. “Nafas dari pelaksanaan kegiatan Natal Bersama ini, yaitu Badung harus menjadi role model toleransi beragama di Bali dan di Nusantara. Dan kita Badung siap mensupport tempat dan kebutuhan lainnya” demikian ujar Bupati Giri Prasta didampingi Ketua DPRD Badung Putu Parwata saat menerima audiensi Panitia Perayaan Natal Bersama di Kabupaten Badung, bertempat di Rumah Jabatan Bupati Badung, Rabu (8/12)

Menurut Bupati Giri Prasta, sebagai wujud implementasi sila ke-5 di Kabupaten Badung, pihaknya menyebut semua insan harus sama dapat dan sama rasa dalam segala lini kehidupan tanpa membedakan suku agama ras dan golongan. “Jadi yang beda jangan sekali-kali kita paksakan untuk jadi sama, tetapi yang sudah sama jangan kita bedakan, termasuk kita di Badung ini ada yang Kristen Protestan dan ada yang Katolik,” ungkapnya.

Bupati Giri Prasta menambahkan pemerintah dan Lembaga Agama harus menjalin sinergi dalam mewujudkan pembangunan di suatu daerah. Untuk itu pihaknya mengajak stakeholder terkait membuktikannya dengan kerja nyata. “Seperti yang kita ketahui gereja memiliki fungsi untuk kebaktian persekutuan dan pelayanan. Untuk itu mari jadi insan yang cerdas melayani, karena yang dikenang oleh masyarakat adalah perilaku dan perbuatan kita,” pungkasnya.

Sementara Ketua Panitia Perayaan Natal, Jhonatan melaporkan perayaan Natal bersama di Kabupaten Badung akan melibatkan Forum Kerukunan Umat Beragama ( FKUB ) untuk merepresentasikan Badung sebagai daerah yang sangat menjunjung kebhinekaan dan harmoni di tengah masyarakat. “Bahwa kata kunci yang disampaikan Bapak Bupati menjadi roh kami dalam merumuskan tema yaitu menjadi Gereja yang menghargai adat agama dan budaya. Jadi dalam perayaan ini kami juga melaksanakan kegiatan sosial untuk beberapa panti asuhan serta akan memberikan donasi kepada korban dampak erupsi Gunung Semeru. Sehingga perayaan ini bukan sekedar seremonial agama semata, namun ada pesan moral yang kita bangkitkan dalam perayaan ini,” jelasnya. (RED-MB)