Bupati Giri Prasta bersama Ketua Umum PHDI Pusat Mayjen TNI (Purn.) Wisnu Bawa Tenaya saat menghadiri upacara mejaya-jaya PHDI di Pura Agung Besakih, Sabtu (20/11).

Mangupura, (Metrobali.com)

Bupati Badung I Nyoman Giri Prasta menghadiri upacara mejaya-jaya Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI) yang diikuti kurang lebih 40 orang Pengurus PHDI Pusat Masa Bakti 2021-2026, baik dari unsur Sabha Pandita, Sabha Walaka, maupun Pengurus Harian bertempat di Pura Agung Besakih, Kabupaten Karangasem bertepatan dengan Hari Raya Kuningan, Sabtu (20/11). Upacara mejaya-jaya yang dilaksanakan usai Mahasabha XII ini turut dihadiri dari Sabha Pandita hadir Dharma Adhyaksa Ida Pedanda Nabe Gde Bang Buruan Manuaba dan belasan Pandita. Dari Sabha Walaka hadir Ketua Sabha Walaka I Ketut Puspa Adnyana bersama belasan anggota Sabha Walaka. Selain itu turut hadir  Ketua Umum PHDI Pusat Mayjen TNI (Purn.) Wisnu Bawa Tenaya beserta jajaran, Pengurus PHDI Provinsi Bali dan PHDI Kabupaten se-Bali, utusan Organisasi Hindu diantaranya Maha Gotra Pasek Sanak Sapta Rsi (MGPSSR), Maha Semaya Warga Pande (MSWP) Pratisentana Arya Damar Bali, organisasi kemasyarakatan tingkat nasional seperti Prajaniti, WHDI, KMHDI, Pinandita Sanggraha Nusantara (PSN), Dosen Hindu Indonesia (DHI), dan Persadha Nusantara serta tokoh-tokoh dari Puri Singaraja.

Upacara mejaya-jaya ini dipuput oleh 5 sulinggih yaitu Ida Pandita Nabe Bang Buruan Manuaba, Ida Rsi Agung Yoga Sidhi Bang Pinatih, Ida Rsi Agnijaya Mukthi, I Pandita Mpu Siwa Budha Daksa Darmita, dan Ida Rsi Bhagawan Agung Damarjaya Pemecutan Manuaba.

Bupati Badung Giri Prasta selaku Ketua MGPSSR Bali mengatakan Kegiatan ini merupakan pelantikan secara niskala (agama) bertujuan untuk memohon restu dan waranugraha kepada Tuhan Yang Maha Esa agar kepengurusan berjalan sesuai dengan tugas dan tanggung jawab yang diamanatkan untuk menghormati, menjaga, merawat, dan melaksanakan tradisi warisan leluhur sehingga konsep alam sekala niskala ini bisa berjalan dengan baik. Bupati Giri Prasta mengajak untuk membangun persaudaraan yang kuat, bersatu membangun bali seutuhnya dan Negara Kesatuan Republik Indonesia pada umumnya. “Yang dulu ada hal tidak baik kita tinggalkan, yang baik kita pertahankan, kita kuatkan dan kita lestarikan, yang sekarang kita lakukan dengan baik dan yang kedepan kita sempurnakan dan selalu berlandaskan pancasila. Mari kita sama-sama menunjukkan jati diri, dengan mengedepankan rasa bakti ring Ida Hyang Widhi Wasa, bakti ring kawitan, tindih ring bhisama dan guyub ring semeton,” ucapnya.

Bupati Giri Prasta juga mengajak masyarakat untuk bersatu padu, karena kalau bersatu setengah perjuangan sudah berhasil, apabila tidak bersatu setengah perjuangan gagal. “Pancasila adalah perasan dari kearifan masyarakat Indonesia dan sesanti Bhinneka Tunggal Ika adalah bersumber dari spirit ajaran Hindu, sehingga umat Hindu seyogyanya menjadi contoh dan teladan dalam menerapkan nilai-nilai Pancasila. Dengan disahkannya kepengurusan melalui prosesi Mejaya-jaya, kami harapkan seluruh jajaran kepengurusan akan bekerja semakin solid untuk melaksanakan program kerja,” imbuhnya.

Sementara itu Ketua Umum PHDI Pusat Mayjen TNI (Purn.) Wisnu Bawa Tenaya mengatakan upacara Mejaya-jaya dilakukan dalam rangkaian penutupan Mahasabha XII yang telah digelar beberapa waktu lalu. Sekarang dilaksanakan doa bersama kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa Tuhan Yang Maha Kuasa agar program-program yang nanti dikerjakan ke depan mendapat asung kertha wara Hyang Widhi agar semua berjalan lancar, mangda sami labda karya. Pihaknya berharap dalam menjalankan program kerja kedepan terjalin kolaborasi pentahelix dalam melaksanakan dharma agama dan dharma negara. “Jadi bagaimana komunikasi kita kepada pemerintah, entrepreneur, lintas agama, serta organisasi kita ke dalam termasuk media,” ujarnya. Mayjen TNI (Purn.) Wisnu Bawa Tenaya juga mengajak Umat Hindu untuk selalu bersatu dan ingat dengan Bhisama serta sebagai warga negara Umat Hindu di seluruh Indonesia agar selalu membumikan Pancasila sebagai dasar negara dan senantiasa menjunjung persatuan dan kesatuan, ibarat seperti sapu lidi agar menjadi kuat menghadapi berbagai tantangan keumatan. Bahwa perbedaan adalah keniscayaan oleh karenanya harus diterima dengan prinsip-prinsip saling menghormati, menghargai, dan toleransi.. (RED-MB)