Upacara Atma Wedana di “Kampung Toris” 

Mangupura (Metrobali.com)-

           Bupati Badung A.A Gde Agung, Minggu (10/8) menghadiri puncak karya Atma Wedana aatau Nyekah di Jaba Pura Segara “Kampung Toris” (Desa Kuta), Kecamatan Kuta. Turut hadir anggota DPRD Kabupaten Badung Dapil Kuta I Gst Anom Gumanti, Camat Kuta, I Gede Rai Wijaya, Bendesa Desa Adat Kuta Wayan Swarsa, Lurah Kuta, Wayan Daryana serta tokoh masyarakat Desa Adat Kuta.

           Dalam kesempatan tersebut Bupati Gde Agung memberikan apresiasi kepada masyarakat Desa Adat Kuta yang notabene sebagai kampung toris, yang telah melaksanakan runtutan upacara Atiwa-Tiwa Mapranawa Madya yang dilanjutkan upacara Atma Wedana ditengah gempuran budaya asing. “Karya Atma Wedana di Kuta ini merupakan bukti nyata masyarakat Kuta masih taat dan teguh terhadap adat dan budaya walaupun mendapat gempuran dari budaya asing yang dibawa oleh wisatawan mancanegara. Pelaksanaan ini juga merupakan wujud nyata dari pelaksanaan ajeg Bali dan perlu dilestarikan dan dilaksanakan secara rutin,” ungkap Gde Agung disela-sela acara.

            Bendesa Adat Kuta, Wayan Swarsa menyampaikan, upacara Atama Wedana ini merupakan bagian dari pelaksanaan wadarma atau sesana para perti sentana untuk melaksanakan kewajibanya (Rna) kepada leluhur. “Upacara Atma Wedana ini merupakan kelanjutan dari upacara Atiwa-Tiwa Mapranawa Madya yang puncaknya dilaksanakan pada tanggal 29 Juli 2014. Kegiatan ini rutin dilaksanakan setiap 5 tahun sesuai dengan awigawig Desa Adat (DA) Kuta,” paparnya. Wayan Swarsa menambahkan , upacara ngaben dalam upacara atiwatiwa ini, diikuti sebanyak 44 sawa, ngelungah sebanyak 9 peserta, ngelangkir sebanyak 87 peserta. Sementara untuk Atma Wedana diikuti sebanyak 136 sekah yang berasal dari krama 13 banjar di lingkungan DA Kuta. “Untuk peserta ngaben dan nyekah dikenai punia sebanyak Rp. 1 Juta sementara ngelungah dan ngelangkir dibebaskan  dari biaya, “tambahnya.

            Sementara itu anggota DPRD Kabupaten Badung Dapil Kuta I Gst Anom Gumanti sangat mendukung pelaksanaan  karya AtiwaTiwa yang dilanjutkan dengan upacara Atma Wedana, karena pelaksanaan upacara masal ini dapat meringankan beban masyarakat Kuta dari segi pendanaan jika dilaksanakan pribadi serta upacara ini dapat menumbuhkan rasa kebersamaan diantara masyarakat Kuta. “Selain itu upacara ini juga sebagai upaya melestarikan desa adat serta wujud nyata implementasi ajeg Bali,”katanya.

            Adapun  eedan upacara Atma Wedana ini telah dimulai pada tanggal 5 Agustus 2014, ngingsah karya, yang dilanjutkan tanggal 7 Agustus ngangget don bingin. Pada tanggal 8 Agustus dilaksanakan gajum sekah dan puncak karya pada tanggal 10 Agustus 2014 yakni purwa daksina dan pengaskaran.Keesokan harinya, 11 Agustus 2014 dilaksanakan pralina sekah dan dilanjutkan penganyutan. RED-MB