Denpasar (Metrobali.com)-

Bulan Oka lewat karya yang dituangkan pada kanvas, yang digelar dalam pameran tunggal di Santrian Galeri Sanur, Denpasar, mengajak publik untuk melihat persoalan kaum perempuan dalam konstruksi budaya Bali.

“Bulan menyadari melalui beberapa pengalaman melihat modernitas, bahwa memang sering terjadi benturan dalam tradisi dan budaya Bali,” kata Yudha Bantono, kurator pameran Bulan Oka di Denpasar, Sabtu (13/9).

Bulan Oka tengah menggelar pameran tunggal menyuguhkan 60 karya sketsa dan lukisan selama hampir dua bulan hingga 17 Nopember 2014.

Wanita Bali itu mengungkapkan benturan-benturan itu dalam gambaran persoalan perempuan di Bali dengan dinamika yang sedang terjadi, namun ia tidak bermaksud tampil sebagai feminis yang mencari-cari apa yang terjadi kemudian membelanya.

Figur-figur perempuan yang digarap dalam karyanya secara naif menunjukkan sebuah potret yang menohok pada kemajuan sosial yang menjadi evolusi penting dalam peradaban kehidupan.

Bulan Oka juga sedang mengumpulkan pertanyaan, sekaligus mencoba menyuguhkan gambaran akan hal-hal yang direkamnya menjadi tesis bahwa terjadi interaksi kehidupan dari segenap konflik sosial di masyarakat Bali.

Yudha Bantono menilai, menyaksikan karya Bulan bagaikan menatap perjalanan waktu, yang begitu gamblang membangun persentuhan antara tradisi dan modernitas.

Karya berjudul “Menimang Waktu” misalnya menurutnya lahir dari perasaan yang penuh pesona sekaligus kegamangan, artinya terjadi paradoks antara kekuatan tradisi dan kemajuan yang terjadi di dalam masyarakat.

Bulan Oka melalui karya-karyanya itu berhasil membuat catatan untuk melihat perjalanan waktu khususnya di Bali dan di daerah lain yang pernah disinggahinya.

Dengan demikian Bulan Oka berhasil mengolah dan mengubah problematika sehari-hari menjadi bentuk-bentuk kritik nan jenaka, mencair tanpa batas. AN-MB