Webinar Seri-1 tentang “Best Practice Ragam Cita Rasa Kopi Indonesia, pada Jumat 20 Agustus 2021.

Bandung (Metrobali.com)-

 

Budidaya kopi Indonesia harus dapat meningkatkan produktivitas dan kualitas kopi terbaik. Oleh karena itu, dibutuhkan manajemen system yang bagus, mulai dari pemilihan lokasi tanam, persiapan legal aspek dan keterlibatan para pihak atau stakeholder hingga masyarakat sebagai “pelaku budidaya” kopi.
Lucy Tedjasukmana, founder Gravfram Indonesia menyatakan hal tersebut pada Webinar Seri-1 tentang “Best Practice Ragam Cita Rasa Kopi Indonesia, pada Jumat 20 Agustus 2021. Maskopindo (Masyarakat Perkopian Indonesia) menggelar diskusi daring ini dalam rangka memperingati Hari Ulang Tahun Kemerdekaan Republik Indonesia ke-76.
Menurut dia, dengan melihat lokasi tanam, seperti kondisi tanah dan iklim, kita dapat menentukan varietas kopi yang pas untuk ditanam di wilayah tersebut. “Proses itu dinamakan riset awal yang dapat menjadi kunci awal dalam meningkatkan produktivitas kopi,” kata Lucy.
Untuk meningkatkan produksi kopi, ia menjelaskan, dibutuhkan sinergitas dari para pihak atau stakeholder secara pentahelix. Yakni dari pemerintah, sektor swasta, masyarakat (petani, komunitas), akademisi untuk melakukan riset-riset tentang perkopian, dan media massa untuk menyebarluaskan informasi tentang kopi Indonesia.
Merujuk data Kementerian Pertanian, produksi kopi Indonesia pada 2020 mencapai 753.491 ton dari luas areal 1,2 juta hectare lahan. Angka produktivitasnya mencapai 806 kg per hectare.
Angka tersebut mengalami kenaikan dibandingkan tahun 2019 dengan angka produksi 752.511 ton dari luas areal 1,245.358 hektare dan dengan angka produktivitas 803 kg per hectare.
Produksi kopi Indonesia terdiri dari 72% Robusta, 27% Arabika dan 1% jenis Liberika.
Sementara itu, Reta, dosen sekaligus pendamping petani koopi Toraja dan Kalosi menyatakan, setelah mendapatkan variates kopi terbaik, maka langkah berikutnya adalah membutuhkan kedisiplinan dalam mengolah biji kopi pasca panen.
“Mulai dari pemetikan buah kopi merah, penggunaan sarana tampung yang bebas pencemaran hingga penggunaan alat penjemuran yang bebas residu,” kata dia dalam webinar tersebut.
Menurutnya, proses pengolahan pasca panen sangat penting dalam menentukan kualitas biji dan rasa kopi. Kopi dengan kualitas terbaik, dihasilkan dari variates unggulan, dipanen dengan tepat, dan diproses dengan kedisiplinan yang baik.
Webinar ini dimoderatori oleh Sri Mulato, Direktur Coffee dan Cocoa Training Center (CCTC). Perbincangan tentang kopi ini sangat menarik di tengah menguatnya ekspor kopi Indonesia pada 2020.