I Ketut Budiana

Denpasar (Metrobali.com)-

Seniman kelahiran perkampungan Ubud, Kabupaten Gianyar, Bali, I Ketut Budiana (64) memulai pameran karyanya di Bentara Budaya Bali (BBB) sebelum menggelar pameran serupa di dua kota lain yakni Yogyakarta dan Jakarta.

“Pameran yang menampilkan belasan karya terbarunya itu mengawali tiga kali pameran di kota besar di Indonesia,” kata Kurator pameran tersebut Wayan Seriyoga Parta di Denpasar, Minggu (5/10).

Pameran akan digelar di lembaga kebudayaan nirlaba Kompas-Gramedia itu selama seminggu yakni tanggal 6-11 Oktober 2014 dimana pameran tunggal lainnya akan digelar di Bentara Budaya Yogyakarta dan Jakarta.

Ketut Budiana yang sehari-hari juga menjalankan laku tradisinya sebagai “sangging” serta “undagi” untuk kepentingan adat dan religi itu kali ini memamerkan karya-karyanya yang bertajuk “Cosmos”.

Menurut sang artis, pameran itu tidak semata gelaran keliling saja namun juga sebuah ritus yang dilandasi filosofi dan konsep-konsep yang digali dari nilai spiritual khususnya Hindu Bali.

“Ada dua hal berlawan yang tak dipungkiri selalu hadir di hadapan kita, yaitu Rwa Bhineda. Konsep inilah yang menjadi bahan renungan saya untuk membuat suatu karya seni, mencoba mencari proses pertemuan antara dua sifat yang berlawanan ini guna melahirkan suatu daya cipta dalam berbagai media seni rupa”, ujar Ketut Budiana.

Ia sebelumnya sukses menggelar pameran tunggal di Kazaxi Gallery Melbourne, Australia (2000); di Tokyo Station Gallery, Japan (2003) serta di negara Tiongkok, Singapura dan sejumlah negara lainnya.

Selain itu Budiana juga pernah menggelar pameran bersama di Jerman (1980), Fokuoka Jepang (1985), Tropen Museum Amsterdam Holand (1986), Pameran lukisan di U.S.A. (The World Presiden Organitation, Washington DC, U.S.A.) (1992) dan di Sunjin Gallery Singapura (2005).

Budiana beranjak dari konsep dualitas itu akan menyajikan pamerannya di Bentara Budaya Bali dengan sebuah ritus instalatif outdoor dan indoor.

Pameran tersebut rencananya dibuka Rektor Universitas Udayana, Prof. Dr. dr. Ketut Suastika, SpPD (KEMD), bersama Pande Wayan Suteja Neka dan Agung Rai keduanya pemilik museum di Ubud.

Kurator pameran I Wayan Seriyoga Parta menjelaskan bahwa konsep dualitas dalam pameran “Cosmos” itu adalah untuk menandai satu kosmologi perihal kelahiran dan kesejatian manusia melalui apa yang disebut kanda mpat (sedulur papat di Jawa).

“Hal itu meliputi empat entitas yang menemani cabang bayi sejak dalam rahim hingga mengada di Bumi dan sewaktu kembali melebur pada makro-kosmos. Konsep-konsep itu dielaborasi menjadi sebuah garapan instalasi dengan memakai bahasa rupa yang bersumber dari dasar-dasar kesenirupaan Bali yakni rerajahan,” ujarnya. AN-MB