Foto: Gubernur Bali terpilih periode 2025-2030, Wayan Koster menyoroti brand fashion asal Kanada, Arc’teryx.

Denpasar (Metrobali.com)-

Gubernur Bali terpilih periode 2025-2030, Wayan Koster geram atas kehadiran brand fashion asal Kanada, Arc’teryx, yang baru saja membuka gerai pertamanya di Indonesia di Beachwalk Shopping Center, Kuta, Bali pada Minggu 2 Februari 2025.

Tidak hanya mengancam keberadaan UMKM lokal dan bisa mematikan UMKM di Pulau Dewata. Parahnya lagi Arc’teryx tidak menggunakan aksara Bali dalam papan nama store atau tokonya di Beachwalk.

Menurut Koster, masuknya produk asing dengan modal besar dan teknologi canggih berpotensi mengancam industri fashion lokal Bali.

“Kita harus berhati-hati dengan masuknya produk-produk luar yang membanjiri pasar Bali, terutama jika mereka menekan daya saing industri lokal kita,” ujar Koster dalam keterangannya, Minggu (2/2/2025).

Koster menekankan bahwa pengusaha kecil dan menengah di Bali sudah menghadapi banyak tantangan dalam mempertahankan eksistensi mereka. Kini, kehadiran Arc’teryx yang menawarkan produk dengan harga lebih murah hingga 30 persen dibandingkan di luar negeri semakin mempersempit ruang bagi produk lokal untuk berkembang.

“Kalau produk luar bisa menawarkan harga lebih murah dengan kualitas tinggi, sementara pengrajin kita sulit mengakses bahan baku dengan harga bersaing, maka lambat laun industri lokal kita akan tergerus,” tambahnya.

Lebih jauh, ia mengingatkan bahwa strategi ekspansi brand asing seperti Arc’teryx, yang masuk dengan promosi besar-besaran dan menggandeng pasar wisatawan, dapat mengalihkan perhatian konsumen dari produk lokal.

“Jangan sampai Bali hanya menjadi pasar empuk bagi produk luar, sementara produk lokal kita kehilangan daya saing,” tegasnya.

Koster mengajak semua pihak untuk bersama-sama membangun kesadaran kolektif dalam mendukung produk lokal dan melindungi industri Bali. “Nindihin Gumi Bali, jika ini dibiarkan, orang Bali akan semakin terpinggirkan dan hanya menjadi penonton penuh kesepian ke depan,” ungkapnya.

Ia memastikan bahwa pemerintah daerah akan terus memperjuangkan kebijakan yang berpihak pada industri lokal. Salah satunya dengan mengutamakan produk berbasis kearifan lokal agar mampu bersaing dengan produk impor.

“Kita harus membangun kesadaran untuk lebih mencintai dan mendukung produk lokal. Jika tidak, Bali hanya akan menjadi tempat jualan bagi produk asing tanpa manfaat nyata bagi masyarakatnya,” tegas Koster.

Koster juga memperingatkan Arc’teryx yang tidak menggunakan aksara Bali dalam papan nama store atau tokonya di Beachwalk. Ketua DPD PDI Perjuangan Bali ini juga mewarning keras Beachwalk karena tidak tegas terhadap store atau gerai yang tidak menggunakan aksara Bali dalam papan nama store atau tokonya.

“Aksara Bali adalah identitas peradaban Bali. Semua harus menghargainya. Jangan dianggap remeh,” pungkas Koster. (wid)