Damaskus (Metrobali.com) –

Setidaknya 27 orang tewas akibat ledakan bom mobil di Suriah barat laut yang dikuasai pemberontak sementara Amerika Serikat menyerukan konferensi perdamaian antara pemberontak dan pemerintah Presiden Bashar al-Assad.

Juga pada Senin, para tersangka kelompok garis keras membebaskan empat dari tujuh pekerja kemanusiaan yang diculik di daerah yang kacau itu.

komite Palang Merah Internasional (ICRC) tidak menyebutkan kebangsaan dari mereka yang diculik itu, kendatipun mengatakan sebagian besar dari kelompok itu adalah warga Suriah. Tidak ada yang mengaku bertanggung jawab atas penculikan itu.

Sementara itu PBB mengatakan waktu mendesak bagi Suriah untuk menepati batas waktu untuk memusnahkan senjata-senjata kimianya sesuai dengan ketentuan-ketentuan satu resolusi Dewan Keamanan PBB.

Ledakan bom di kota Darkush itu menewaskan setidaknya 27 orang termasuk tiga anak-anak dan seorang wanita, kata kelompok pemantau Observatorim Suriah untuk Hak Asasi Manusia, dan menambahkan korban tewas bisa meningkat karena banyak yang cedera berada dalam kondisi serius.

Para aktivis mengatakan ledakan bom itu ditujukan pada lokasi pasar kota itu, yang terletak hanya beberapa kilometer dari perbatasan dengan Turki, di Sungai Orontes.

Empat dari para pekerja kemanusiaan yang diculik itu dibebaskan, kata juru bicara ICRC Evan Watson, dan mrnambahkan organisasi itu sedang menunggu informasi lebih jauh tentang yang lsinnya.

Observatorium itu mengatakan satu kelompok pemberontak yang punya hubungan dengan Al Qaida–Negara Islami Irak dan Levant (ISIL) — menculik enam staf ICRC dan seorang relawan dari Bulan Sabit Merah Suriah.

Palang Merah itu, satu dari sedikit organisasi-organisasi yang dapat menyalurkan bantuan ke negara itu, mengatakan tim itu telah mengunjungi Idlib pada 10 Oktober untuk memeriksa fasilitas-fasilitas kesehatan dan menyerahkan bantuan.

“Kami sama sekali tidak berniat menghentikan kegiatan-kegiatan kami di Suriah,tetapi karena situasi ini memuat kami harus berpikir dan mempertimbangkan dengan cermat kelanjutan operasi-operasi kami,” kata Watson sebelumnya kepada radio Swiss.

Pemberontak menguasai sebagian besar daerah Idlib, dan penculikan meningkat di daerah-daerah yang dikuasai pemberontak, yang juga ditargetkan pada wartawan dan para pekerja kemanusiaan.

Serangan bom dan penculikan itu terjadi saat AS meningkatkan seruan-seruannya bagi satu konferensi perdamaian antara pemerintah Presiden Bashar al-Assad dan pemberontak yang didukung Barat, yang terpecah menyangkut prakarsa perdamaian itu.

AS mengatakan adalah satu kebutuhan “mendesak” bagi penetapan tanggal apa yang disebut perundingan perdamaian Jeneewa-2 itu, kendatipun satu kelompok penting oposisi menolak proses itu.

“Kami yakin bahwa adalah mendesak untuk menetapkan tanggal bagi konferensi itu dan mewujudkan satu Suriah baru,” kata Menteri Luar Negeri AS John Kerry setelah berembuk dengan utusan Liga Arab-PBB Lakhdar Brahimi di London.

“Harus ada satu pemerintah peralihan,” katanya. Ini memerlukan semua pihak datang berunding dengan satu kepercayaan yang baik.” Menlu Rusia Sergei Lavrov mendesak Washington mengikut sertakan oposisi dalam perundingan yang diusulkan diselenggarakan pada pertengahan November.

Imbauannya datang sehari setelah Dewan Nasional Suriah– satu komponen penting dari Koalisi Nasional yang diakui banyak negara Arab dan Barat– menolak hadir pada setiap perundingan perdamaian Jenewa dan mengatakan pihaknya akan mundur dari Koalisi Nasional itu jika kelompok induknya itu hadir.

Ketua SNC George Sabra mengatakan kelompoknya akan memboikot perundingan Jenewa karena masyarakat internasional tidak menghukum serangan-serangan gas beracun dekat Damaskus 21 Agustus atau menangani penderitaan para warga sipil di daerah-daerah yang dikepung.

PBB mengatakan, Senin pemerintah Suriah memberikan “kerja sama yang baik” dalam usaha memusnahkan senjata-senjata kimia negara itu pada pertengahan tahun 2014. (Ant/AFP)