048554200_1452747046-20160114-Ledakan-Sarinah9Jakarta (Metrobali.com)  –

Bank Indonesia meyakini penembakan dan ledakan di Jalan Thamrin, Jakarta Pusat, Kamis siang (14/1), hanya akan mengganggu sementara pasar finansial domestik  karena investor lebih melihat kondisi fundamental ekonomi yang membaik.

“Memang di pasar keuangan bisa ada gejolak. Namun, kan akan kembali normal, kami meyakini ini temporary,” kata Direktur Eksekutif Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter BI Juda Agung di Jakarta, Kamis.

Menurut Juda, sebenarnya tidak ada alasan bagi investor untuk melarikan saham atau modalnya dari Indonesia karena semua indikator ekonomi, seperti inflasi, neraca transaksi berjalan, dan pertumbuhan ekonomi, tengah bergerak positif.

Recovery ekonomi juga berjalan baik,” kata dia.

Juda mengatakan otoritas moneter akan terus meningkatkan kesiagaan di pasar finansial, untuk mengantisipasi potensi pelemahan nilai tukar rupiah dan juga saham.

Dia juga meminta pemerintah dan aparat keamanan segera menindaklanjuti peristiwa ledakan dan penembakan itu agar dampak terhadap ekonomi tidak berlanjut.

Terjadi penurunan suku bunga acuan (BI Rate) menjadi 7,25 persen Kamis siang ini dan ini lebih karena tekanan eksternal yang mereda dan stabilitas makroekonomi yang terjaga.

RDG Januari 2016 ini membuat otoritas moneter akhirnya menurunkan “BI Rate” menjadi 7,25 persen, setelah 11 bulan, bercokol di 7,5 persen. Penurunan BI Rate ini juga disertai dengan penurunan “lending facility” menjadi 7,75 persen dan “deposit facility” sebesar 5,25 persen.

Pada Kamis siang, laju IHSG di Bursa Efek Indonesia sempat berada di area negatif namun ini dinilai lebih disebabkan aksi pelaku pasar saham yang menanti hasil keputusan Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia (RDG BI) mengenai keputusan suku bunga acuan (BI rate).

“Selain BI Rate, kinerja infrastruktur pemerintah juga sedang dinanti oleh investor,” kata Chief Economist and Director for Investor Relation PT Bahana TCW Investment Management Budi Hikmat. www.antaranews.com