Foto: Pasangan Calon Walikota dan Wakil Walikota Denpasar nomor urut 2, Gede Ngurah Ambara Putra dan Made Bagus Kertha Negara (Amerta) blusukan ke Pasar Kereneng dan Pasar Asoka, Senin (26/10/2020).

Denpasar (Metrobali.com)-

Pasangan Calon Walikota dan Wakil Walikota Denpasar nomor urut 2, Gede Ngurah Ambara Putra dan Made Bagus Kertha Negara (Amerta) tidak kenal lelah tiap hari turun ke pasar tradisional (pasar rakyat) menyerap aspirasi dan memperhatikan nasib para pegadang, para pelaku UMKM di tengah pandemi Covid-19.

Membangun ekonomi kerakyatan lebih kuat menjadi salah program prioritas Amerta. Salah satunya membangun ekonomi kerakyatan di pasar tradisional. Hal ini pun diawal dengan blusukan ke pasar-pasar tradisional di Kota Denpasar.

Seperti pada Senin (26/10/2020), Paslon Amerta kembali blusukan ke pasar rakyat yakni di Pasar Kereneng dan Pasar Asoka. Selain memperkenalkan diri dan mensosialisasikan visi misi serta program kerja, paslon Amerta juga melakukan dialog dengan pedagang untuk mendengar aspirasi mereka.

Untuk diketahui visi Pasangan Calon Walikota dan Wakil Walikota Denpasar, Gede Ngurah Ambara Putra-Made Bagus Kertha Negara (Amerta) yakni Membangun Denpasar yang Berseri (Bersih, Sejahtera dan Indah) Berlandaskan Falsafah Tri Hita Karana.

Visi ini ditunjang dua misi utama. Pertama , mewujudkan masyarakat Denpasar yang berbudaya, adil, inovatif dan sejahtera. Kedua, mewujudkan Denpasar sebagai salah satu Smart City berdaya saing di Indonesia.

Sebelumnya, kandidat yang diusung Partai Golkar, Partai Demokrat dan Partai NasDem ini sudah bertemu pedagang dan pengunjung di beberapa pasar tradisional.

Antara lain di Pasar Badung, Pasar Satria, Pasar Pula Kerthi, Pasar Sanglah, Pasar Putra I Made, Pasar Batan Kendal Suwung, Pasar Sudamerta Sidakarya, Pasar Renon, dan Pasar Jimbar Jaya Renon.

Calon Walikota Denpasar Gede Ngurah Ambara Putra didampingi Calon Wakil, Made Bagus Kertha Negara mengatakan sektor UMKM seperti di pasar tradisional ini menjadi motor penggerak perekonomian di Bali kendati tengah dilanda wabah virus Corona atau Covid-19.

Ngurah Ambara menyebut, pelaku UMKM masih tetap bergeliat. Maka pasar-pasar baik itu pasar milik Kota Denpasar maupun desa adat nantinya harus mampu mengeliatkan UMKM yang juga berimbas pada terangkatnya Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kota Denpasar.

Pengusaha money changer ini mengatakan, dalam upaya mendongrak PAD tentu salah satu hal penting diperhatikan adalah sistem dalam pengelolaan pasar yang harus dirancang secara digital dan terintegrasi. Dengan sistem tersebut diyakininya akan mampu menekan kebocoran-kebocoran distribusi di pasar tradisional.

“Meskipun tampilan masih tradisional, akan tetapi sistem dalam distribusinya harus benar-benar memakai IT atau digitalisasi, itu sangat perlu dilakukan,” kata Cawali Ngurah Ambara.

“Yang jelas dalam hal ini, jika dilihat dari tata cara pencatatan penyetorannya hanya satu lembar kertas saja saat ini. Tentu saja hal tersebut bisa saja ditambah atau dikurangi. Kalau itu sudah dibuat digital atau online maka saya yakin tidak ada lagi namanya dimanipulasi bahkan semua jadi transparan,” sambung pria yang juga penggiat seni budaya ini.

Dirinya mencontohkan, jika dilihat distribusi dari 16 pasar yang ada di Kota Denpasar kurang lebih mencapai Rp 300 jutaan. Cawali Ngurah Ambara menyebut angka tersebut masih sangat kecil.

“Karena jika dilihat sebelumnya pasar milik desa adat di Denpasar bisa lebih besar penyetoran distribusinya ke PAD Kota Denpasar. Lalu kenapa pasar yang dikelola Kota Denpasar tidak bisa. Maka dari itulah muncul ide kami jika terpilih akan melakukan revitalisasi pasar guna mendongrak PAD,” ucapnya.

Ia menegaskan, jika masyarakat memberikan kepercayaan dan amanah kepada Paslon Amerta untuk memimpin Kota Denpasar maka terobosan ini jadi prioritasnya sesuai yang tertuang dalam program kerja.

“Tentu dalam mewujudkan itu semua dibutuhkan kerja sama semua pihak, selama analisanya menguntungkan kota Denpasar siapapun dan apapun itu bentuknya, entah kerjasama atau dikerjakan oleh orang lain sepanjang itu beri manfaat positif dan menguntungkan bagi masyarakat, kenapa tidak,” paparnya.

“Tentunya semuanya tetap sesuai koridor, analisa dan aturan-aturan yang telah disepakati bersama,” pungkas Ngurah Ambara yang  penghobi olahraga beladiri karate ini. (ian)