Denpasar (Metrobali.com) –

Bitcoin (BTC) kini sedang mengalami bullish trend dan telah turun sebesar 40% bila dibandingkan dengan harga nya pada November 2021.

Bitcoin telah dibeli di harga terendah semenjak September lalu. Harga Bitcoin telah turun sebesar 40% dari harga tertinggi nya di November 2021 dengan nilai sampai $ 69,000. Dengan nilai berada pada angka $40,749.90 pada jam 10.50 pagi hari Jumat lalu, hal ini ternyata juga dialami oleh komoditas–komoditas cryptocurrencies lainnya. Ethereum adalah salah satunya telah turun 12% dari harganya di 30 September lalu, bersamaan dengan itu Solaris juga turun 12% menjadi $148.58.

Apa penyebab dari ATL yang dialami oleh cryptocurrencies saat ini?
The Federal Reserve, adalah badan institusi yang ditunjuk oleh pemerintah sebagai bank sentral Amerika Serikat. Pada Desember lalu, Federal Reserve melakukan rapat dan mereka memutuskan untuk menjual obligasi yang mereka punya dengan catatan mereka akan menaikkan suku bunga. Pemerintah dan Federal Reserve tidak memberikan kepastian akan kapan kenaikan suku bunga ini dilaksanakan. Namun, pasar memantau dan memprediksi bahwa hal tersebut akan direalisasikan pada bulan Maret 2022.

Hal ini membuat aset-aset seperti cryptocurrencies dan saham terlihat using dibandingkan dengan obligasi yang lebih menjanjikan, terlebih lagi dengan peningkatan suku bunga yang akan dijanjikan oleh Federal Reserve. Tidak hanya cryptocurrencies, seperti BTC dan ETH yang sudah kita bahas sebelumnya, NASDAQ juga mengalami penurunan sebesar 3% dibandingkan dengan posisinya pada Maret tahun lalu.

Adapun hal lain yang berhubungan dengan cryptocurrencies adalah ditutupnya pusat pertambangan Bitcoin kedua terbesar di dunia dikarenakan oleh protes yang mematikan di Kazakhstan. Asia tengah memegang sebesar 18% dari total pertambangan Bitcoin menurut Cambridge Centre for Alternative Finance. Banyak crypto miners yang bermigrasi dari Kazakhstan ke Negeri Tirai Bambu yang melarang penambangan cryptocurrencies.

Meskipun jumlah penambang tidak berdampak langsung pada harga Bitcoin, namun sekuritas dari jaringan tentunya berdampak terhadap mentalitas pengguna cryptocurrencies sesuai dengan apa yang dikatakan oleh Marcus.

“Kekuatan komputasi Bitcoin tidak secara langsung berkorelasi dengan harga Bitcoin, tetapi memberikan indikasi keamanan jaringan, sehingga penurunan dapat menakuti investor dalam jangka pendek,” ujar Marcus Sotiriou, seorang analis aset digital GlobalBlock di Inggris.

 

Pewarta : Hidayat