deputi-gubernur-bank-indonesia-perry-warjiyo
Deputi Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo

Jakarta (Metrobali.com)-

Deputi Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo mengatakan kondisi ekonomi domestik cukup kuat dan mampu menahan potensi arus dana keluar, meskipun ada tekanan dari dinamika politik domestik dan juga ketidakpastian ekonomi global.

“Malah terlihat (dana asing) masih akan masuk, itu tanda kondisi ekonomi kita cukup menguat dan itu cukup prospektif dan membuat asing percaya diri yang mendorong dana terus masuk,” kata Perry di Jakarta, Kamis.

Perry tidak menjawab spesifik mengenai dampak tekanan ke pasar keuangan menyusul rencana demonstrasi besar-besaran berbagai kelompok masyarakat pada Jumat esok, yang direspon pemerintah dengan pengamanan ketat.

Dia hanya lantas mengatakan investor dan pelaku pasar sudah memercayai ekonomi domestik terus berproses untuk pulih sejak pertengahan 2015.

“Asing percaya diri masuk. Itu menjadikan kurs sampai hari ini dan Insya Allah akan terus berlanjut stabil bahkan ada kecenderungan menguat,” ujarnya.

Kokohnya ekonomi domestik, kata Perry, ditandai dengan modal asing yang masuk (capital inflow) ke pasar modal dan obligasi sebesar Rp157 triliun hingga pekan terakhir Oktober 2016.

Jumlah itu jauh lebih besar dibanding dana asing yang masuk pada 2015 sebesar Rp55 triliun.

Di kuartal IV 2016, Perry melihat, potensi dana luar negeri masuk akan semakin besar. Salah satu penyebabnya adalah realisasi dari repatriasi dana program amnesti pajak yang selama ini mengendap di luar negeri.

Perkiraan Perry, hingga akhir Desember 2016, dana repatriasi akan menambah Rp100 triliun ke total modal asing yang masuk (capital inflow).

Perkiraaan angka tersebut dari catatan dana repatriasi di periode pertama amnesti pajak sebesar Rp143 triliun, yang akan disalurkan dengan jangka waktu hingga akhir Desember 2016.

Namun, Perry mengakui, gejolak di pasar keuangan global masih membayangi. Jika tidak hati-hati, alih-alih dana masuk, sebaliknya bisa saja terjadi dana keluar.

Beberapa potensi gejolak dari global itu antara lain bersumber dari Pemilihan Presiden (Pilpres) di Amerika Serikat pada 8 November 2016, dan rencana kenaikan suku bunga The Federal Reserve pada Desember 2016. Ant