Denpasar, (Metrobali.com) 

Setelah pembagian paket benih, hari ini ini Jum’at, 29 Mei 2020,  penerima paket benih Tanam Saja melakukan penyemaian benih secara serentak di beberapa daerah di Bali. Siaran live facebook pada pagi hari, mengambil dua jenis kebun berbeda, kebun skala rumah tangga di Denpasar dan kebun komunitas di Buleleng.

Di Denpasar, Kholik Mawardi dari Solidaritas Pangan Bali memulai kegiatan dengan menjelaskan satu per satu isi paket benih.  Paket benih berisi 4 jenis benih sayuran lokal organik: sawi hijau, kacang panjang, tomat, bayam merah, serta 1 benih bunga matahari yang disertai panduan pembibitan, dolomit, dan arang sekam. Menurut pegiat organisasi yang sangat aktif melayani masyarakat di Denpasar ini, paket #TanamSaja sangat cocok digunakan baik di kebun komunitas maupun kebun sendiri.

Solidaritas Pangan Bali awalnya adalah komunitas yang dibentuk untuk berbagi berbagi makanan siap saji yang dimasak oleh dapur jaringan SPB. “Kita mencoba bertanam karena mengharapkan kita bisa memasak dari hasil kebun sendiri. Selain itu di masa pandemi ini kita tidak bisa kemana-mana seperti biasanya, jadi dengan bertanam ini paling tidak bisa mengurangi stress. Ada kegiatan dirumah.”  ujarnya

Kholik juga menjelaskan, karena keterbatasan jumlah paket benih yang tersedia, Ia berencana membagi hasil pembibitannya atau membarternya dengan bibit lain. “Kalo ini sudah 3 atau 4 daun nanti saya bagi atau saya barter dengan teman-teman yang belum sempat menyemai benihnya”.

Sementara itu di Buleleng, Pak Eko memulai menanam benihnya di ladang belakang rumahnya. Pak Eko sudah menyiapkan bedeng untuk menyemai benih dari hari sebelumnya bersamaan dengan menanam benih kangkung. Pagi tadi, Ia menanam benih dibantu oleh mahasiswa pegiat literasi di Singaraja- Omah Laras, juga dibantu warga sekitarnya.

“Awal mulanya kita siapkan media yaitu media tanah, tanah sudah diolah, pupuk dan dolomit sudah tercampur di tanah jadi kami tinggal tanam saja, tinggal semai langsung” ujarnya.

Menurut Roberto Hutabarat, praktisi permakultur, Pak Eko ini menggunakan metode Tabela, tanam bedeng langsung, jadi semai langsung ke lahan tanpa menggunakan polybag. Ini metode yang kerap pak eko lakukan, “jadi kita sesuaikan saja dengan konteks lokalnya dan kebiasaan mereka bertani”.

Pak Eko menyampaikan rasa terima kasih kepada program tanam saja, program ini menurutnya sangat bermanfaat, karena dengan adanya paket benih ini dia bisa menghilangkan kejenuhan dengan berkebun. Dengan situasi seperti ini, kami sangat berterima kasih atas program ini sehingga kita bisa menghilangkan kejenuhan, menghilangkan situasi agar tidak stress, kita berkebun sekarang”, ungkapnya.

Menurut Roberto Hutabarat yang terlibat dalam proses penyemaian di kebun Pak Eko, menuturkan sehari-hari sebelum pandemi Ia berprofesi berdagang. “Masa pandemi ini ia berhenti bekerja, tidak bisa berdagang lagi karena dihadapkan pada protokol darurat kesehatan untuk tidak berkerumun”, ujarnya.

Namun Pak Eko tak patah arang, Ia menggarap ladang yang tertidur dijadikan untuk ditanami sayur-sayuran. “ini adalah bentuk kelentingan Pak Eko, yang tidak menyerah di tengah situasi saat ini tapi langsung aktif membuka lahan kosongnya untuk ditanami dan dapat diakses masyarakat sekitar,” pungkasnya.

Editor :Sutiawan