Foto: Pembukaan LKMM-PD yang digelar BEM Fikom Dwijendra University, Sabtu (21/11/2020).

Denpasar (Metrobali.com)-

Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Ilmu Komunikasi (Fikom) Dwijendra University, Sabtu (21/11/2020) menggelar Latihan Keterampilan Manajemen Mahasiswa Pra Dasar (LKMM-PD) bertempat di Aula Udyana Shanti Yayasan Dwijendra.

LKMM-PD yang menjadi ajang pengembangan diri bagi mahasiswa untuk menunjang aktivitas organisasi ini diikuti 35 mahasiswa Prodi Ilmu Komunikasi semester satu.

Dekan Fikom Dwijendra University Drs Wayan Kotaniartha, S.H., M.H., M.Ikom., di sela kegiatan menyampaikan, LKMM-PD sejatinya sebagai proses pembelajaran dan berlatih bagi masiswa sebelum memasuki organisasi kampus.

“Jadi harapannya nanti mahasiswa siapa memasuki organisasi kampus dan bisa mengasah leadership atau jiwa kepemimpinannya,” kata Kotaniartha.

Ketua Panitia LKMM-PD Fikom Dwijendra University Anjas Arjuna yang juga mahasiswa pengurus BEM Fikom Dwijendra University menambahkan fokus materi yang diberikan dalam LKMM-PD, mencakup empat bidang pokok dengan narasumber dari kalangan dosen internal fakultas.

Pertama, pengembangan sikap kritis yang mengkaji dua topik yaitu persepsi dan kesalahan berpikir dengan narasumber Drs Wayan Kotaniartha, S.H., M.H.,M.I.Kom. Kedua, keterampilan berkomunikasi yang membahas tentang kemampuan mendengar aktif dan berbicara efektif dengan narasumber  Made Adi Novayanti,S.I.Kom.,M.I.Kom.

Ketiga, pengembangan pola pikir prestatif mengkaji dua hal yaitu konsep AKU dan sasaran resiko dengan narasumber A.A Gede Agung Putera Dalem, S.E, M.Si. Terakhir, pengenalan dan pengembangan diri dengan narasumber Dra A.A Rai Tirtawati, M.Si. Metode yang digunakan dalam LKMM ini adalah metode ceramah, problem solving, dan simulasi.

Lebih lanjut Dekan Fikom Kotaniartha menjelaskan secara umum LKMM dibagi menjadi empat tingkatan sesuai kebutuhan pengembangan keorganisasian mahasiswa.

Lantas ia menjelaskan keempat tingkatan LKMM seperti, tingkat Pra Dasar , tingkat Dasar, menengah dan tingkat lanjut. Ke empat tingkatan ini memiliki fungsi dan fokus pengembangannya masing-masing.

Khusus penyelenggaraan LKMM Pra Dasar diorientasikan untuk melatih keterampilan mahasiswa yang masih berada di semester awal atau semester satu, dan lazimnya dilaksanakan di tingkat program studi atau fakultas.

“Kegiatan ini merupakan aktivitas resmi yang sangat diajurkan oleh Direktorat Pendidikan Tinggi,” sebutnya.

Dijabarkan tujuan spesifik kegiatan LKMM-PD ini (1) Memberi pengetahuan dasar dan terapan dalam berorganisasi (2) Pemantapan personality (3) Menumbuhkan motivasi berorganisasi dan potensi kepemimpinan (4) Pengembangan sikap kritis dan, (5) Pengembangan kemampuan berkomunikasi.

Disamping membuka kegiatan, Dekan Kotaniarta juga bertindak sebagai nara sumber dengan materi “Pengembangan Sikap Kritis” dengan mengkaji dua topik yakni Persepsi dan Kesalahan Berpikir).

Intinya, sambung Dekan Kotaniartha, sebagai “agent of change” atau agen perubahan mahasiswa seharusnya bersifat kritis, sehingga mejadi pribadi yang solutif dan bijak mengelola masalah yang dihadapi.

Mahasiswa tidak saja sekedar menimba ilmu dalam kelas namun juga harus mampu beragumentasi dan mempertanggungjawabkan pendapat dan aktivitasnya. Pengembangan sikap kritis bukan saja dalam konteks menyampaikan pendapat, melainkan juga mahasiswa harus aktif mencari dan memberikan solusi.

Disebutkan juga, mahasiswa hendaknya tidak hanya pintar mengkritik tetapi juga siap untuk dikritik. Kekritisan juga harus ditunjukkan dengan penguasaan masalah, mampu mengungkapkan secara logis, santun dan ditunjang data yang akurat.

Bagi mahasiswa Indonesia, seharusnya mengembangkan sikap kritis berangkat dari praktik nilai-nilai hidup bermasyarakat, berbangsa yang bertolak dari konsensus dasar bernegara yakni Pancasila, UUD 1945, NKRI dan Bhineka Tunggal Ika.

“Dari manakah kekuatan positif dan negatif seorang berasal? Tidak lain dan tidak bukan, kekuatan itu berasal dari pikiran. Pikiranlah yang membuat perintah keseluruh organ tubuh unuk melakukan sesuatu. Pikiranlah yang mempengaruhi perasaan dan kekuatan manusia untuk takut dan berani dalam mengambil keputusan,” ujarnya, seraya menegaskan, kunci utama dari kesuksesan manusia adalah cara dia mengelola pikirannya.

Salah satu penyebab kesalahan dalam berpikir menurut Kotaniartha, adanya pola yang berbanding terbalik antara proses berpikir dan proses bereaksi. Apa yang dalam pikiran hanyalah sesuatu yang hanya akan terus dipikirkan begitu saja seterusnya tanpa ada aksi dari proses berpikir tersebut.

Ini bisa dikategorikan dalam kesesatan berpikir, dimana kita terlalu bersemangat dengan rencana-rencana yang kita bangun dengan pemikiran kita, sementara hal tersebut membuat kita malas untuk segera berbuat.

“Terkait dengan pemahaman tentang “persepsi” , kita sangat sering terkecoh dengan persepsi yang kita bangun. Sering juga kita mengalami salah persepsi karena indra kita juga tak jarang menipu kita. Sehingga persepsi sering disebut ilusi perseptual,” imbuhnya.

“Kita harus berhati-hati terhadap persepsi yang akan kita tanamkan dalam pemikiran kita tentang seseorang atau suatu hal. Karena hal tersebut juga akan berdampak pada perilaku kita kedepannya,” pungkas Kotaniartha. (dan)