Puspa Negara
Praktisi pariwisata Bali, I Wayan Puspa Negara

Denpasar, (Metrobali.com) –

Praktisi pariwisata Bali, I Wayan Puspa Negara menegaskan jika sudah selayaknya Bali memiliki dermaga cruise atau kapal pesiar berkapasitas internasional. Dermaga‎ kapal pesiar bertaraf internasional itu dimaksudkan sebagai pintu alternatif akses masuk ke Bali selain dari Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai. Ia menjelaskan, jika saja Gunung Agung erupsi, maka bandara harus ditutup dalam jangka waktu relatif lama. Jika sudah demikian, jalur laut kapal pesiar mewah tetap bisa diandalkan sebagai kontinuitas kunjungan wisata ke Pulau Dewata.
“Oleh karena itu, Bali harusnya diarahkan menjadi pusat pelabuhan kapal pesiar dunia dengan membangun pelabuhan cruise ‎bertaraf internasional di Bali utara (Celukan Bawang), Bali timur (Tanah Ampo) dan Bali selatan (Tanjung Benoa),” saran Puspa Negara‎, Kamis 26 Oktober 2017.
‎Dari data Cruise Line International Association yang dikutipnya, tak kurang dari 74 kapal pesiar mewah akan berlabuh di Pelabuhan Tanjung Benoa pada tahun 2018. “Proyeksi jumlah penumpang mencapai 91.325 orang,” tuturnya.
‎Selama ini, Puspa Negara melanjutkan, Pelabuhan Celukan Bawang sudah pula rutin dikunjungi kapal pesiar mewah. Hanya saja, infrastruktur di pelabuhan yang terletak di Kabupaten Buleleng itu belum sepenuhnya siap. Menurutnya, sudah sepatutnya peningkatan kunjungan wisatawan mancanegara ke Bali melalui jalur laut dipersiapkan sedini mungkin, sehingga tetap ramai dikunjungi turis ketika jalur udara mengalami kelumpuhan akibat bencana alam.
Sejauh ini, imbuh Puspa Negara, dari data statistik tahun 2016, kunjungan wisatawan ke Bali mayoritas melalui bandara. “Dari data statistik tahun 2016 98,5 persen (4,85 juta) wisatawan melalui jalur Bandara Ngurah Rai. Hanya 1,5 persen (75.303 jiwa)  melalui jalur laut (kapal pesiar),” papar dia.
Padahal, posisi Bali yang berada di antara Singapura dan Australia‎ sangat potensial menjadi destinasi kapal pesiar dunia, karena sudah dikenal oleh traveler internasional. “Demikian juga  berdasarkan data Cruise Line International Association, pergerakan kapal pesiar mewah di Asia dalam setahun berjumlah 172 unit. Umumnya  transit di Singapura, kemudian menuju Australia melalui selat Bali dan Selat Lombok,” jelas dia.
Dari jumlah itu‎ diproyeksikan ada dua juta penumpang wisatawan mancanegara kelas atas di kapal pesiar mewah tersebut.
Sayangnya, Puspa Negara melanjutkan, hingga kini Bali belum memiliki dermaga pesiar internasional yang sangguh disinggahi kapal pesiar mewah dengan penumpang mencapai lima ribu jiwa.‎ “Saat ini baru kapal pesiar dengan ukuran penumpang 1.500 sampai 2.500 pax saja yang sudah datang berkala ke Bali setiap tahunnya. oleh karena itu, potensi besar ini harus digenjot untuk menjadikan Bali memiliki aksesibilitas internasional selain Bandara Ngurah Rai. Hal ini akan dapat menjadi penguat jumlah kunjungan wisman berkelas ke Bali, bahkan di saat kondisi post majeur,” urai dia.
“Jadi, potensi Bali sebagai pusat pelabuhan kapal pesiar dunia sangat besar dan akan menjadi sandaran baru pariwisata Bali di masa depan selain bandara,” tambah Puspa Negara. JAK-MB