Pasangan calon gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) dan Djarot Saiful Hidayat
Dokumentasi Gubernur DKI Jakarta non aktif, Basuki Purnama dan Hidayat  calon wakil gubernur petahanan
Jakarta (Metrobali.com)-
Calon gubernur DKI Jakarta yang juga, Basuki Purnama, berharap debat publik kedua oleh KPUD DKI Jakarta lebih bermutu, karena tujuannya untuk mengkritisi petahana dan mencari solusi terbaik bagi masyarakat Jakarta.

Purnama ada di kursi gubernur DKI Jakarta itu menggantikan Joko Widodo, pada 2014.

“Kami sebagai manusia tentu ada kekurangan, kita lakukan ini bukan untuk bersaing tapi untuk saling berlomba-lomba supaya orang Jakarta lebih menjadi orang yang sejahtera, modern, unggul,” kata Purnama, di area debat publik, Hotel Bidakara, Jakarta, Jumat.

Hal itu karena dia menyoroti isi debat pertama karena seharusnya mengkritisi kelemahan gubernur dan wakil gubernur petahana dan mengajukan program lebih baik namun yang terjadi adalah membangun opini salah.

Dia mencontohkan, ada yang mengatakan TransJakarta tidak ada yang mau naik padahal faktanya dalam waktu setahun, jumlah penumpangnya meningkat 32 persen.

TransJakarta diinisiasi oleh Gubernur DKI Jakarta (saat itu) Sutiyoso, dengan studi banding ke beberapa negara, di antaranya Kolombia. Secara salah kaprah, moda transportasi massa itu kemudian “akrab” disebut dengan nama “busway”.

Pada 2015 Transjakarta mengangkut 8 jutaan penumpang dan meningkat pada 2016 menjadi 11,58 juta orang serta menambah 55 rute baru.

Dia juga mengkritisi seolah-olah dia dan Djarot Hidayat tidak pro terhadap orang miskin dan cenderung berpihak kepada orang kaya sehingga gini rasio tinggi.

Hidayat yang juga calon wakil gubernur petahanan, mengatakan, tidak dapat dipungkiri bahwa Indeks Pembangunan Manusia di Jakarta paling tinggi.

Hal itu menurut dia dilihat dari tiga indikator utama yaitu tingkat harapan hidup, tingkat pendidikan, dan kehidupan yang layak. Ant