Foto: DPC PSI Kecamatan Mendoyo Kabupaten Jembrana menggulirkan fasilitasi program budidaya lele dengan sistem kemitraan terikat.

Jembrana (Metrobali.com)-

Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Partai Solidaritas Indonesia (PSI) Kabupaten Jembrana terus berupaya menggerakkan ekonomi kerakyatan di “Gumi Makepung” Jembrana salah satunya dengan menggulirkan fasilitasi program budidaya lele.

Program ini seperti yang dilakukan Dewan Pimpinan Cabang (DPC) Partai Solidaritas Indonesia (PSI) Kecamatan Mendoyo sangat disambut antusias warga. Program sinergi dengan sejumlah pengusaha yang mengusung konsep kemitraan ini diharapkan mampu menggerakkan ekonomi kerakyatan di tengah masa pandemi Covid-19 dan mendongkrak peningkatan kesejahteraan masyarakat.

Untuk di awal program ini telah berjalan ditandai dengan penebaran benih lele di Dusun Nusa Mara, Desa Yehembang Kangin, Kecamatan Mendoyo pada 20 Februari 2022 lalu dikoordinatori oleh Ketua DPC PSI Kecamatan Mendoyo Dewa Komang Yasa Adi Putra. Sebanyak 15 ribu benih lele telah ditebar untuk dua peternak lele.

“Saya menghimpun mengajak peternak lele yang dulunya peternak gurame dan lele yang mati suri kita bangkitkan lagi. Mereka sempat mati suri karena beberapa hal mulai dari kendala permodalan, pemasaran. Dari masalah itu kita mencoba mengkomunikasikan dan mencarikan permodalan hingga pemasaran. Akhirnya kita menemukan suatu perusahaan rekanan memberikan modal dengan sistem kemitraan terikat,” terang Adi Putra, Minggu (27/2/2022).

 

Ia menjelaskan kemitraan terikat ini saling sokong, saling dukung. Pemodal tidak bisa berjalan tanpa pengepul. Pengepul lele juga tidak bisa berjalan tanpa permodalan. Otomatis ada subsidi silang. Kemudian pengepul dan pemodal ini tidak bisa jalan tanpa peternak lele.

“Untuk pakan dan bibit dari pemodal melalui pengepul. Peternak hanya memelihara saja sesuai dengan budget yang diberikan. Ini yang kita cari membantu petani agar lebih semangat dalam bekerja membudidayakan lele karena mereka punya tanggung jawab yang pasti dan hasilnya bukan main-main lagi. Mereka dalam tiga bulan sudah bisa panen,” tutur Adi Putra.

Untuk jaringan pemasaran lele ini sudah disiapkan jaringan pengepul dengan target pasar di Denpasar. Dengan demikian sudah tentu ada jaminan kepastian pasar dan harga juga bisa lebih stabil tidak dipermainkan oleh tengkulak.

“Untuk pemasaran kita punya beberapa teman yang jadi pengepul ke Denpasar, ada juga yang beberapa di Negara. Tapi kalau di Negara kapasitas pengepul tidak banyak, karena di Negara tidak banyak permintaan lele, jadi lebih lebih banyak dibawa ke Denpasar,” ungkap Adi Putra.

Tujuan dan harapan dari program ini agar masyarakat mempunyai pekerjaan, dan dari pekerjaan itu mereka bisa memenuhi ekonomi keluarga. “Ini seperti kita membangkitkan kembali ekonomi kerakyatan supaya masyarakat punya alternatif penghasilan agar masyarakat tidak bergantung di sektor lain seperti di pariwisata,” katanya.

Selain itu lele ini cara budidaya tergolong mudah, tidak harus diawasi 24 jam, cukup berikan pakan pada pagi, siang dan malam. “Jadi sisanya petani bisa melakukan pekerjaan yang lain seperti ke ladang atau berjualan,” sambung Adi Putra.

Ia menerangkan program ini sangat direspon positif oleh masyarakat.  PSI Mendoyo sudah menghimpun warga yang berminat dengan program ini. “Kurang lebih ada yang mau mendaftar lagi ada 15 orang. Yang sudah kita daftarkan sekitar 8 orang, 6 orang masih proses verifikasi, 2 orang sudah lolos dan sudah kita tebar benih lelenya,” ujarnya.

DPC PSI Mendoyo mengaku ke depannya akan terus mengembangkan program budidaya lele ini agar semakin banyak warga yang terbantu dan diberdayakan sehingga ekonomi kerakyatan bisa bergeliat. “Pengembangan ke depan, ingin mengajak semua komponen masyarakat yang punya air mengalir, tidak pernah putus untuk bersama-sama memelihara lele. Kita di PSI siap bantu berdayakan ekonomi mereka,” pungkas Adi Putra. (wid)