Foto : Seniman Jembrana yang juga Ketua Paguyuban Musisi Jembrana (PMJ) Bajra Pamungkas saat menyampaikan aspirasi bersama ratusan warga dari seluruh Bali kepada Rai Mantra di Griya Sebasari, Renon, Senin (18/6/2018).

Denpasar (Metrobali.com)-

Upaya mobilisasi dan intimidasi secara terstruktur, sistematis dan masif terhadap masyarakat untuk mendukung pasangan calon tertentu ternyata bukan isapan jempol. Namun tidak sedikit pula warga dan kelompok masyarakat yang berani memberontak dan melawan intimidasi tersebut.

Hal itu demi panggilan hari nurani memilih dan memenangkan Pasangan Calon Gubernur dan Wakil Gubernur Bali nomor urut 2, Ida Bagus Rai Dharmawijaya Mantra (Mantra-Kerta). Sebagaimana disampaikan seniman Jembrana yang juga Ketua Paguyuban Musisi Jembrana (PMJ) Bajra Pamungkas saat menyampaikan aspirasi bersama ratusan warga dari seluruh Bali kepada Rai Mantra di Griya Sebasari, Renon, Senin (18/6/2018).

“Kami memberanikan diri memberontak dan melawan intimidasi. Sebab dari awal kami berkomitmen tidak mengikuti alur musuh (Koster-Ace). Maka kami beranikan diri mendukung Mantra-Kerta,” tegas Bajra Pamungkas mengeluarkan unek-uneknya.

Ia menuturkan intimasi terhadap masyarakat dan seniman di Desa Baluk, Jembrana sangat terstruktur, sistematis dan masif. Dari atasan sampai prajuru atau perangkat desa terkena intimidasi.  Tidak sampai disana, warga dan kelompok masyarakat yang berbeda pilihan dengan mendukung Mantra-Kerta mendapatkan perlakuan tidak menyenangkan dan intimidasi.

Bahkan yang memang menjadi hak rakyat seperti bantuan sosial (bansos) yang sudah diajukan dan disetujui sebelum perhelatan Pilgub Bali juga dihambat pencairannya. Bajra Pamungkas mencontohkan pihaknya sudah mengajukan bansos ke Pemda Jembrana dan disetujui cair sebesar Rp. 70 juta.

Namun karena pihaknya berbeda pilihan dan mendukung Mantra-Kerta maka bantuan tersebut tidak dicairkan kepada kelompok seniman. Melainkan dana tersebut dialihkan untuk kelompok masyarakat yang bersedia memilih dan memenangkan Koster-Ace.

“Kami memberanikan diri memberontak. Sebab peguyuban seniman di Jembrana dibuat kecewa Pemda. Bantuan harusnya keluar untuk kami. Karena orang atas (pejabat-red) tahu kami membelot mendukung Mantra-Kerta, dana cair tapi juga membelot (ke kelompok masyarakat lain yang mendukung Koster-Ace-red),” tuturnya.

Padahal, imbuhnya, dana bansos sebesar Rp. 70  juta tersebut sangat dibutuhkan kelompok seniman untuk menopang kegiatan seni budyaa di Jembatan dan untuk meningkatkan kesejahteraan seniman. “Kami sangat sesalkan adanya intimidasi dan tidak cairnya bansos kami hanya karena beda pilihan. Tapi kami tidak takut intimidasi. Karenanya kami berani membelot mendukung Mantra-Kerta,” tegasnya.

Intimidasi lain juga diterima masyarakat Jembrana ketika ingin mendatangkan pasangan Mantra-Kerta untuk simakrama menyerap aspirasi warga. Ada pihak yang menghalang-halangi dan berupaya membatalkan simakrama tersebut. “Saya minta izin perangkat desa untuk mendatangkan Pak Sudikerta tapi ditolak mentah-mentah,” ujarnya.

Bajra Pamungkas juga mengaku tidak takut secara terang-terangan mengkritisi upaya intimidasi tersebut bahkan hingga perang terbuka di media sosial Facebook dengan Wakil Bupati Jembrana Made Kembang Hartawan . “Saya terang-terangan berperang di FB dengan Pak Wakil Bupati Jembrana. Kami berharap supaya tidak Kembang naik jadi Bupati. Nantinya jadi kembang kempis. Kalau pemimpin otaknya hanya cewek, maka susah, tidak merata membela rakyat,” tuturnya.

Pewarta : Widana Daud

Editor      : Hana Sutiawati