Foto: Kick off program Banjar Creative Space (BCS) Banjar Pule, Kelurahan Kawan, Kecamatan Bangli, Kabupaten Bangli, Minggu (20/3/2021).

Bangli (Metrobali.com)-

Program Banjar Creative Space (BCS) terus bergulir di 9 kabupaten/kota di Bali sebagai upaya menghidupkan ekosistem ekonomi kreatif dimulai dari banjar-banjar. Kali ini Banjar Pule, Kelurahan Kawan, Kecamatan Bangli, Kabupaten Bangli menjadi salah satu role model Banjar Creative Space (BCS) yang merupakan inisiasi bersama BITHUB (Bali Initiative Hub), Indonesia Creative Cities Network (ICCN), STMIK Primakara, serta stakeholder lainnya dan didukung oleh Menteri BUMN Erick Thohir melalui program TJSL (Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan) Pertamina ini.

Kick off program ini dilaksanakan Minggu (20/3/2021) dihadiri COO (Chief Operating Officer) BITHUB Made Artana yang juga Ketua STMIK Primakara, Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Bangli Wayan Sugiartha, Ketua Komunitas Kreatif Banjar Pule KD Dewantara Rata, Lurah Kawan, Kelian Adat Banjar Pule, Kepala Lingkungan Banjar Pule dan undangan lainnya.

Untuk di Bali, ada 11 banjar yang menjadi role model Banjar Creative Space. BCS dirancang menjadi strategi pengembangan potensi berbasis masyarakat Bali yang simpul utamanya berada di banjar-banjar.

Setelah kick off program BCS di Banjar Pule ini akan dilaksanakan 21 kali workshop dengan berbagai materi seperti Lightning Decision Jam (LDJ), digital marketing, konten kreatif, pengembangan produk dan lainnya.

COO (Chief Operating Officer) BITHUB Made Artana yang juga Ketua STMIK Primakara mengungkapkan sebetulnya distribusi per-kabupaten pihaknya memilih satu karena dari Pertamina tersedia 10 banjar yang dibantu jadi untuk Bangli dapat jatah 1 banjar.

“Untuk yang pertama kali ini kita dapat pendataan di Banjar mana bisa diselenggarakan ini berdasarkan jejaring kita. Baik itu di JCI maupun yang lainnya. Jadi belum dilakukan kurasi secara terbuka. Salah satunya karena ada teman-teman JCI Bangli direkomendasikan di Bangli,” ungkap Artana.

Ia mengungkapkan jika berbicara pariwisata, Bangli mengalami tantangan karena satu-satunya daerah yang tidak memiliki pantai dimana notabenenya pantai merupakan aset yang berharga bagi sebuah destinasi pariwisata. Namun Bangli masih mempunyai Kintamani yang daerah pariwisatanya paling berkembang.

Namun tentu sektor pariwisata ini perlu sektor ekonomi pendamping dan alternatif salah satunya yang didorong adalah ekonomi kreatif dengan 17 subsektor yang ada. Yakni pengembang permainan, arsitektur, desain interior, music, seni rupa, desain produk, fesyen, kuliner. Lalu ada film, animasi dan video, fotografi, desain komunikasi visual, televisi dan radio, kriya periklanan, seni pertunjukkan, penerbitan dan aplikasi.

“Kehadiran BCS ini jelas spiritnya adalah menghidupkan ekonomi kreatif di Bali secara umum termasuk di Bangli sekarang ini dengan hadirnya program BCS di Banjar Pule ini,” jelas Artana yang juga Ketua STMIK Primakara ini.

Sementara, KD Dewantara Rata, Ketua Komunitas Kreatif Banjar Pule, Bangli mengungkapkan optimisnya terkait kegiatan ini. Terlebih masih banyak daya tarik yang dimiliki oleh Kabupaten Bangli.

“Kami Banjar yang terletak di pusat kota Bangli dan sangat dekat pasar memiliki banyak potensi seperti pembuatan jajan bali, buat makanan olahan Bali juga ramai membangun kelompok usaha. Terlebih BCS akan berkolaborasi. Kita memiliki daya tarik wisatawan bagus, meskipun di area kota kita masih memiliki sawah yang luas seluas 5 hektare,” tambahnya.

Program BCS ini diyakini juga turut melahirkan entrepreneur baru dari banjar. “Kami harapkan pemuda dan masyarakat kreatif di Banjar Pule tidak hanya punya mindset ingin jadi pegawai, tapi mau berusaha jadi entrepreneur, banyak tumbuh UMKM dan kami punya banyak produk unggulan yang bisa dipasarkan,” pungkas Dewantara.

Program BCS ini disambut antusias warga banjar dan para generasi muda yang juga menyampaikan terima kasih atas program BCS yang didukung penuh oleh Menteri BUMN Erick Thohir melalui program TJSL Pertamina sehingga ekonomi kreatif di Bangli bisa hidup dimulai dari banjar. Harapan serupa disampaikan Kelian Adat Banjar Pule yang berharap program BCS ini bisa berimbas ke banjar lain dan banjar ini jadi contoh dalam pengembangan industri kreatif di Bangli.

Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Bangli Wayan Sugiartha mewakili Bupati Bangli Sang Nyoman Sedana Artha mengapresiasi kehadiran program BCS ini di Bangli. Sebab program ini menjadi pioner untuk menghidupkan ekosistem ekonomi kreatif di Bangli.

Bahkan program ini eksekusinya mendahului apa yang tengah dicanangkan pemerintah Daerah Bangli yang baru akan membentuk Badan Ekonomi Kreatif Kabupaten dan baru akan menggerakkan ekonomi kreatif lebih terarah.

“Kita belum, tapi BCS ini sudah memulai di banjar. Kami apresiasi BCS dan Banjar Pule sudah duluan menggerakkan ekonomi kreatif di Bangli,” ungkap Sugiartha.

Usai kick off BCS di Banjar Pule ini langsung dilanjutkan dengan workshop Lightning Decision Jam (LDJ) yang diisi oleh Putu Trisna H. Permana selaku trainer LDJ. Ia mengungkapkan LDJ merupakan salah satu tools (alat) yang memang sering digunakan oleh komunitas kreatif terutama bukan hanya di Indonesia tapi di dunia. Bahkan perusahaan startup yang sudah besar seperti Gojek, dan Shopee sudah sering menggunakan LDJ untuk memecahkan masalah.

“Ketika dulu kita menyelesaikan masalah dengan rapat duduk dan metode itu sudah konvensional. Karena ketika duduk rapat yang berbicara itu biasanya yang vocal saja. Nah yang diam-diam ini kita tidak tahu siapa tahu dia ada pendapat yang bagus. Nah dengan LDJ ini bisa digunakan semaksimal mungkin karena dapat memecahkan masalah tanpa diskusi,” tutupnya.  (dan)