Buleleng,(Metrobali.com)

Penulis berkenalan dengan seorang informan inspiration dalam bidang agama dan pengusaha Hindu asal Bali Utara belum lama ini di Gerogak, Seririt Buleleng. Informan inspiration ini sangat peduli dengan perkembangan agama Hindu khusunya di Bali. Dia adalah I Nyoman Sawitra seorang pengusaha Sukses dari Penyambangan, Gerogak, Seririt Buleleng.

Ketertarikan dan kepedulian pria kelahiran 30 Desember 1960 ini dalam bidang spiritual masyarakat Hindu terkait dengan ketahanan ekonomi dan ketahanan sumber daya manusia. Kalau kedua sumber ini tidak terjaga niscaya agama hindu dan budaya Bali bias tergerus secara perlahan-lahan. pengusaha yang malang melintang sebagai petambak ikan di Desa Penyabangan, Gerokgak mengelola sejumlah usaha.mai dari peternakan dan perkebunanan hingga  perikanan.

Jenis-jenis usaha yang dikelola dan dikembangkan sampai saat ini oleh tokoh Bali Utara ini yakni Budi daya Perikanan laut, peternakan sapi Bali, perkebunan anggur, durian, panili, cengkeh.

Sebagai Ketua Perhimpunan Petani Pembudidayaan Pantai Buleleng dan dengan latar belakang sebagai pengusaha Hindu yang spiritual berawal dari tahun 1998 dirinya mampu memberikan inspirasi bagi warga di lingkungan Gerogak.

Untuk mewujud sebuah cita cita besar, tidaklah mudah. Awalnya, Sawitra jadi kernet selama 3 tahun dengan penghasilan Rp 100.000 perbulan, lalu menjadi sopir 10 tahun dari umur 25 tahun sampe 35 tahun berhenti dengan penghasilan Rp 800.000. Bosan menjadi sopir Sawitra kemudian mulai meniti usaha kecil-kecilan pada tahun 1998 dengan merintis budi daya perikanan laut.

Selain membuka usaha budidaya perikanan laut, Sawitra juga mengembangkan usaha peternakan. Awal modalnya hanya dua ekor. Lalu sapinys dijual untuk tambah modal selanjutnya, namun gagal urusan ternak. Dia tak mau patah semangat. Usaha sapi merugi. Ia pun mencari uang dengan menyopir lagi selama 1 bulan untuk modal lalu kerja lagi. Kembali bisnis perikanan. Ternyata bisnis budidaya ikan laut memberikan harapan dan janji yang menggiurkan.

Dari sini awal keberhasilan. Bibit Ikan bandeng dalam satu bak bisa diisi dengan 100.000 ekor bibit selama 18 hari. Akhirnya usaha ini berhasil. Selama satu bulan dikerjakan sangat menguntungkan. Keberhasilan usaha jalan terus. Dengan cara berhemat dan selanjutnya tumbuh keberanian untuk kerja karena kebutuhan sehari sehari sudah aman.

Hasil bisnis ikan laut ini dia tabung di LPD. Jadi tabungan ini cukup untuk hidup karena sudah hidup biasa makan dengan baik jadi petani bekerja lagi untuk mebudidayakan ikan bandeng,  dan hasilnya kini telah mencapai Rp 100.000 juta pertahun sekitar 5 tahunan. Tambah besar lagi hatinya sebagai pengusaha.

Selama tahun  1998 – 2003 terbersit keingin auntuk mengajak teman berusaha budidaya bandeng air laut. Banyaklah teman ikut dan mereka berahsil sampai banyak (inspirasi). Pengiriman benih ikan nener dari pengusaha tambak ikan di Gerokgak secara berkelompok dilakukan seminggu sekali.

Menurut Sawitra dalam sekali pengiriman ekspor bisa mencapai 15-20 juta ekor benih nener luar negeri. Ini dilakukan untuk menyiasati penerbangan pesawat yang kini sepi penumpang ke luar negeri.

“Jadi, kami kirim benih ikan nener dari gabungan pengusaha-pengusaha tambak,” tandasnya.

Hal senada dikatakan Hengky Putro Raharjo, pengusaha tambak ikan terbesar di Desa Patas, Gerokgak. Dia tak menyangka harga benih ikan nener dipasar ekspor kembali normal meski beberapa negara masih menghadapi pandemi Covid-19.
Padahal, dirinya dan pengusaha tambak ikan sempat mengeluh belum dibukanya penerbangan pesawat keluar negeri.

Hangky dan Sawitra merasa bersyukur bulan ini normal kembali. Harga nener membaik tak terjun bebas lagi. Naiknya harga nener bukan hanya membuat usaha tambak berjalan. Juga mampu menutupi biaya operasional tambak yang sebelumnya merugi akibat dampak pandemi Covid-19 lantaran tidak dapat melakukan pengiriman di bulan Maret lalu.

Sementara itu, Sawitra mengatakan, “Dari berbuat baik itu kita bisa menjalakan hidup dari dengan hati yang bersih maka rejeki akan menjadi bersih pula tidak kotor. Apa yang disampaikan Sawitra ini adalah dasar-dasar berpikir spiritual yang mendasarkan pada konsep Hindu.

Sawitra juga mengatakan dalam menjalani hidup beragama dan menjadi pengusaha harus membuang jauh-jauh sifat yang bernama emosi, ambisi, dan gengsi dan juga jangan hidup dari kekeliruan orang lain.

Menurut Sawitra hidup dari kekeliruan orang lain adalah orang lain yang membuat salah atau keliru tetapi kita kena imbasnya. Artinya kita jangan terpancing dengan kesalahan orang lain lalu ikut-ikutan menebar berita hoax dan membuat negeri ini rusuh lalu perekonomian mundur.

Sawitra merasa bangga menjadi penganut agama Hindu. Sawitra mengatakan kewajiban manusia itu bekerja dan bekerja (berkarma yang baik). “Saya bangga menjadi Hindu karena sedari kecil saya diajarkan oleh orang tua supaya bekerja keras bukan saja untuk diri-sendiri tetapi juga orang lain,” katanya.

Menurut Sawitra, nantinya kalau sudah ada rejeki lebih kita bagi-bagikan kepada orang lain yang membutuhkan. Berawal dari memberi akan lebih banyak berinvestasi kebaikan. Agama mengajarkan memberikan orang miskin sudah berarti meyadnya.

Sawitra mengatakan, “Sejak tahun 1998 sudah mengajak para petani sekitaran Gerogak untuk beralih dari menggarap tanah ke menggarap tambak untuk budidaya bibit bandeng (nener) karena hasilnya sudah nyata.

Secara perlahan dan pasti Sawitra akhirnya berhasil menyulap pantai khususnya di kecamatan Gerogak menjadi sumber pembudidayaan ikan air laut dengan komoditi eksport.

Menurut Sawitra, hidup ini harus dilakukan dengan jujur dan tulus. Pernah terjadi pada tahun 1990-an ketika menjelang hari Raya Galungan beliau berjalan-jalan disekitar desa Penyambangan. Memasuki area pertanahan gersang hanya dihiasi oleh rerumputan kering berdiri beberapa gubuk-gubuk kayu beratapkan jerami.

Lalu Sawitra mendengar percakapan beberapa wanita yang sudah lanjut usia. Percakapanya seperti ini. “Memeh dewa ratu galungan suba paek sing taen ngelah be celeng, sing taen naar nasi tulen (Oh Tuhan hari Raya Gulangan sudah mendekat kita tidak pernah merasakan daguing babi dan nasi pulen). Ternyata 5 wanita lansia itu sudah lama menjanda.

Dengan kejadian itulah Sawitra pertama kali melakukan yadnya secara langsung kepada 5 janda tersebut dengan memberikan daging babi, beras, lengkap dengan bumbu-bumbunya. Oleh karena Sawitra berpikir, kalau hanya dikasi daging lalu makan tidak ada nasi karena mereka tidak bisa membeli beras. Sudah punya beras dan daging lalu bumbunya bagaimana. Dari keadaan itulah yang menyebabkan Sawitra memberikan sembako lengkap kepada lima janda tersebut.

Penulis : Joniartha