Bandara Ngurah Rai Kurang Nyaman dan Hampir Penuh Sesak, Tanpa Bandara Baru Pariwisata Bali “Menunggu Ajal”, Ajus Linggih: Emang Bangun Bandara Baru Besok Jadi? Harus Dimulai Dari Sekarang
Foto: Ketua Komisi II DPRD Bali, Agung Bagus Pratiksa Linggih atau yang akrab disapa Ajus Linggih.
Denpasar (Metrobali.com)-
Ketua Komisi II DPRD Bali, Agung Bagus Pratiksa Linggih atau yang akrab disapa Ajus Linggih menyoroti kondisi Bandara Ngurah Rai Bali saat ini. Ia menilai kondisi Bandara Ngurah Rai Bali saat ini kurang nyaman bagi wisatawan. Ajus Linggih mengungkapkan kekesalannya terkait pengalaman penumpang yang harus menunggu hingga dua jam di bandara setelah penerbangan panjang, tanpa adanya fasilitas seperti air minum.
“Bagaimana caranya nyaman kita habis flight belasan jam, terus disuruh nunggu bandara dua jam, tidak disediakan air minum ataupun semacamnya,” kata Ajus Linggih belum lama ini.
Ajus Linggih kemudian menekankan pentingnya kerja sama antara berbagai pihak, termasuk imigrasi, bea cukai, dan Angkasa Pura, untuk meningkatkan kenyamanan pengunjung yang datang ke Bali. “Saya bukan menyalahkan satu atau dua pihak, tapi ini perlu kerjasama dari multi pihak, baik dari sisi imigrasi, bea cukai maupun Angkasa Pura,” tegas Anggota Fraksi Golkar DPRD Bali itu.
Ajus Linggih juga menambahkan bahwa meskipun kapasitas Bandara Ngurah Rai saat ini masih cukup, masalah kenyamanan tetap perlu segera diatasi. Ia mengingatkan bahwa pembangunan bandara baru bukanlah solusi instan, karena memerlukan perencanaan dan waktu pembangunan yang cukup panjang, yang diperkirakan bisa memakan waktu 3 hingga 5 tahun ke depan.
“Kalau dibilang kapasitas Bandara Ngurah Rai itu masih cukup segala macam, berapa tahun lagi? Emang bangun bandara baru itu besok jadi? kan tidak. Bandara baru itu juga perlu perencanaan, perlu pembangunan. Paling cepat mungkin 3-5 tahun ke depan,” ungkap politisi muda Golkar yang juga seorang pengusaha muda sukses dan Ketua Umum BPD Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI) Bali itu.
Ajus Linggih menegaskan bahwa menunggu Bandara Ngurah Rai mencapai kapasitas 100% atau mengalami overcapacity sebelum membangun bandara baru bukanlah pilihan yang bijak. Hal ini, menurutnya, akan berdampak negatif pada perekonomian Bali, yang bisa stagnan selama beberapa tahun.
“Apa kita harus nunggu bandara Ngurah Rai 100% dulu, overloaded dulu, baru ada bandara baru? Kan berarti ekonomi Bali akan stagnan selama beberapa tahun sambil menunggu adanya bandara baru,” kata putra dari Anggota Komisi VI DPR RI Gde Sumarjaya Linggih (Demer) itu.
Selain itu, ia juga menyoroti pentingnya pembangunan infrastruktur yang menghubungkan bandara satu dengan yang lainnya. Ajus Linggih mendorong pemerintah untuk fokus pada perencanaan jangka panjang, bukan hanya mengatasi masalah yang ada saat ini.
“Belum lagi infrastruktur yang menyambung antara bandara satu dengan yang lainnya. Kita sebagai pemerintah itu harus melihat ke depan, bukan hanya melihat permasalahan hari ini,” tegas politisi muda Golkar yang dikenal dengan banyak gagasan cemelang untuk kemajuan Bali.
Ajus Linggih juga menyoroti keterbatasan Bandara Ngurah Rai yang hanya memiliki satu runway. Ia mengingatkan bahwa jika runway tersebut mengalami masalah dan memerlukan waktu lama untuk diperbaiki, potensi pendapatan Bali akan sangat terpengaruh. Hal ini menjadi pertanyaan penting yang perlu dipertimbangkan bersama, karena dampaknya bisa sangat besar bagi perekonomian Bali.
“Bandara Ngurah Rai itu hanya punya satu runway. Bayangkan. Kalau satu runway ini bermasalah dan lama untuk menyelesaikan masalahnya, berapa potensi pendapatan Bali yang kita harus korbankan? Itu yang harus menjadi pertanyaan kita bersama,” bebernya.
Ajus Linggih menyatakan rasa pesimisnya terhadap perkembangan pariwisata Bali dalam lima tahun ke depan jika masyarakat dan pemerintah tidak bersatu untuk menyelesaikan masalah yang ada saat ini. Ia mengingatkan bahwa masalah yang dihadapi hari ini akan terus terakumulasi dan mempengaruhi masa depan pariwisata di Pulau Dewata.
“Kalau kita tidak bisa menyelesaikan masalah hari ini, tentu kita tidak akan bisa menyelesaikan masalah besok. Kenapa? Karena masalah besok itu pasti akumulasi dari masalah hari ini,” katanya mengingatkan.
Meskipun jumlah wisatawan Bali meningkat setiap tahun, menurut Ajus Linggih, hal ini justru menjadi alarm bagi Bali, karena masalah yang ada saat ini belum terselesaikan, dan semakin banyak wisatawan bisa memperburuk kondisi yang sudah ada.
“Apalagi kita selalu ngomong, oh wisatawan Bali meningkat setiap tahun, justru itu menjadi alarm buat kita, karena masalah yang sekarang ini belum terselesaikan, apalagi meningkat wisatawannya,” pungkasnya. (wid)