kawasan-bebas-rokok

Denpasar (Metrobali.com) –

Saat ini, jumlah perokok Indonesia menduduki peringkat ke 3 di dunia. Di Bali sendiri jumlah perokok aktif capai 20 persen. Meski Bali masih menempati provinsi terkecil dengan jumlah perokoknya, namun diharapkan penerapan “Smoke Free Campus” dapat melindungi generasi muda saat ini dari bahaya merokok.

Seperti diketahui, dampak kerugian ekonomi negara secara kumulatif pada tahun 2013 yang diakibatkan oleh rokok sebesar Rp378,75 triliun. Dimana Rp138 triliun digunakan masyarakat untuk membeli tembakau dan kehilangan tahun produktif karena kematian prematur, sakit dan disabilitas sebanyak Rp 235, 4 triliun.

Kepala Badan Peneliti dan Pengembangan Kesehatan- Kementerian Kesehatan RI, Tjandra Yoga Aditama bahkan mengungkapkan, 2 dari 3 laki-laki di Indonesia adalah perokok.

Sementara jumlah perokok laki-laki lebih tinggi daripada perempuan yaitu sebanyak 66 persen dan jumlah perokok perempuan 34 persen. Dimana kecenderungan perempuan merokok dilakukan oleh perempuan yang sudah mapan, berpenghasilan dan sosialisasi.

“Perilaku merokok di Indonesia dilakukan khususnya oleh kelompok remaja. Data Kementerian Kesehatan tahun 2010 perilaku merokok pada remaja 15 tahun keatas cenderung meningkat. Saat ini diperkirakan 36,3 persen remaja Indonesia adalah perokok aktif,” jelas Yoga Aditama saat worskhop Smoke Free Campus Initiative yang diadakan oleh Bali Tobacco Control Initiative, program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kedokteran, Universitas Udayana yang melibatkan pimpinan kampus/perguruan tinggi se-Bali, di Kuta, Senin (16/2).

Ditambahkan, Rektor Udayana Profesor Dr.dr Ketut Suastika mengungkapkan, pihaknya menyambut baik agar kampus menjadi bebas asap rokok.

Dalam waktu dekat pihaknya akan segera koordinasi dengan seluruh kampus yang ada di Bali agar melakukan komitmen supaya kampus bebas asap rokok.

“Dalam waktu dekat kami akan koordinasi dengan seluruh kampus di Bali karena ini untuk mencanangkan kampus bebas asap rokok,” kata Ketua Forum Rektor se-Bali ini.

Dijelaskannya, faktor resiko munculnya perilaku merokok pada remaja sangat dipengaruhi masifnya iklan, promosi, sponshorship dan scholarship industri rokok yang menarget remaja sebagai sasarannya.

“Pemahaman masyarakat (remaja) tentang bahaya rokok masih kurang, belum adanya kesamaan pandangan dari berbagai pihak dalam pengendalian bahaya rokok. Aturan masih lemah dan penegakkannya masih belum maksimal,” imbuhnya.

Pihaknya juga mengharapkan dengan kegiatan ini diharapkan dapat mensosialisasikan penerapan kebijakan smoke free-campus sebagai salah satu bentuk implementasi Perda KTR provinsi Bali.

“Perda itu diatur benar-benar di lingkungan kampus, saya akan mencoba masyarakat yang diterima di Unud dilarang merokok, ini paling tidak merangsang para anak-anak ini lebih tahu bahwa dikemudian hari oo, kalau mau kuliah di Unud tidak boleh merokok, begitu mungkin,” paparnya.

Ketua Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat dr Putu Ayu Swandewi Astuti, menegaskan pihaknya terus akan menegakkan Implementasi Perda KTR provinsi Bali dengan melakukan sidak-sidak rutin.

Menurutnya, sidak dilakukan rutin kerjasama dengan tim KTR kabupaten/kota. Pihaknya menyambut baik jika ada institusi yang ingin disidak.

“Keinginan untuk disidak leadingny di Satpol PP, namun kami juga minta agar ada internal monitoring di universitas sendiri, seperti satpam, dia harus bisa bertugas mengawasi di lingkungan kampusnya. Karena pemerintah tangannya terbatas, karena itu dukungan dari pihak institusi sangat penting,” tandasnya.SIA-MB