Kadisdikpora Bali TIA Kusuma Wardhani

Denpasar (Metrobali.com)-

Pemerintah Provinsi Bali mulai 2015 menyiapkan asrama dan menanggung penyediaan konsumsi bagi para siswa yang rumahnya jauh dari lokasi gedung sekolah untuk mencegah mereka terputus pendidikannya.

“Seperti anak-anak yang tinggal di Subaya, Songan, Kabupaten Bangli, mereka untuk menuju sekolah membutuhkan waktu hingga tiga jam. Mereka itu harus ditarik keluar rumah supaya tetap bisa melanjutkan sekolah,” kata Kepala Dinas Pendidikan, Pemuda, dan Olahraga (Disdikpora) Provinsi Bali Tjokorda Istri Agung (TIA) Kusuma Wardhani di Denpasar, Kamis (26/3).

Pemprov Bali, ucap dia, mengambil terobosan menyiapkan akomodasi berupa asrama dan konsumsi untuk para siswa pada daerah-daerah terpencil karena ternyata Bantuan Operasional Sekolah (BOS) dan beasiswa miskin tidak cukup membantu mereka terhindar dari putus sekolah.

“Setelah kami bertemu para orang tuanya, seperti di Subaya, anak-anak itu seringkali dianggap sebagai sumber penghasilan oleh orang tuanya sehingga mereka tidak diizinkan bersekolah, apalagi jarak sekolah dengan rumah hingga delapan kilometer,” ucapnya.

Orang tua siswa di sana, tambah TIA, merasa keberatan jika anaknya bersekolah. Akibatnya, proses belajar siswa menjadi semakin terganggu selain disebabkan karena jarak tempuh ke sekolah yang berjam-jam.

Oleh karena itu, ujar TIA, mau tidak mau para siswa dengan kondisi tersebut memang harus “ditarik” ke luar lingkungan rumah. Kalau tidak, permasalahan itu tidak akan terselesaikan.

“Untuk program pengasramaan siswa ini, kami juga minta difasilitasi oleh kepala sekolah dan kepala desa di daerah itu. Untuk penyediaan asrama, ada mess guru yang kami perbaiki,” katanya.

Di samping itu, juga diambil kebijakan pembangunan gedung SMP menyatu dengan SD. Jadinya, gedung SD yang lama dibuat bertingkat dengan gedung SMP yang baru sehingga para siswa tidak perlu jauh-jauh lagi ketika ingin melanjutkan sekolah ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi.

TIA mengemukakan, untuk pembuatan asrama dan dukungan sarana-prasarana penunjang pendidikan lainnya di SD Subaya itu telah dialokasikan anggaran hingga Rp960 juta.

Berdasarkan data dari Disdikpora Bali, jumlah siswa yang putus sekolah untuk Tahun Pelajaran 2012-2013 di Bali cukup tinggi yakni untuk siswa SD/MI (414 siswa), SMP/MTs (318), dan SMA/MA/SMK sebanyak 466 siswa. Mayoritas siswa putus sekolah itu terdapat di Kabupaten Buleleng dan Karangasem. AN-MB