tembikar bali

Denpasar (Metrobali.com)-

Bali menghasilkan devisa sebesar 1,03 juta dolar AS dari pengapalan mata dagangan tembikar (terracotta) dalam kurun waktu Januari–Mei 2014, atau meningkat 21,38 persen dari devisa periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 853.520,10 dolar AS.

Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Bali mencatat realisasi ekspor perdagangan luar negeri, Senin (1/9), khusus untuk volume mata dagangan yang menonjolkan unsur seni hasil sentuhan tangan-tangan terampil seniman Bali itu meningkat 293,57 persen.

Bali mengapalkan 1,97 juta unit aneka jenis cendera mata dari bahan tanah liat selama lima bulan pertama 2014, atau meningkat signifikan dari periode yang sama tahun sebelumnya yang tercatat 501.705 unit.

Tembikar menembus pasaran luar negeri berupa berbagai jenis cendera mata hasil kreativitas perajin yang terbuat dari bahan tanah liat yang dibakar, memberikan kontribusi 0,48 persen dari total ekspor Bali mencapai 215,04 juta dolar AS.

Kepala Badan Pusat Statistik Provinsi Bali Panasunan Siregar mengatakan bahwa pihaknya tidak mencatat secara perinci negara tujuan dari jenis mata dagangan tembikar tersebut karena persentasenya masih relatif kecil.

Pencatatan secara perinci dilakukan terhadap sepuluh jenis komoditas yang menonjol, antara lain ekspor ikan, perhiasan, pakaian jadi, kerajinan dari kayu, barang rajutan, barang dari kulit, dan plastik.

Perajin Bali yang memproduksi aneka barang kerajinan berbahan baku tanah liat mampu menampilkan rancang bangun (desain) yang memikat konsumen luar negeri sehingga banyak diperdagangkan ke pasaran luar negeri.

Made Kusuma, pengekspor aneka barang kerajinan Bali di Kawasan Wisata Kuta, Kabupaten Badung, menjelaskan bahwa pihaknya hampir setiap bulan mengirim aneka barang kerajinan berbahan baku tanah liat ke pasar ekspor terutama ke Eropa, Jepang, dan AS.

Perdagangan tembikar selama ini hanya lebih banyak untuk memenuhi kepentingan masyarakat lokal, terutama keperluan adat dan ritual keagamaan, seperti kebutuhan untuk upacara ngaben (bakar mayat) masyarakat setempat.

Berkat komunikasi dan perkembangan dunia pariwisata, kata dia, relatif banyak orang asing yang ingin memiliki dan membeli aneka kerajinan dari tanah liat dengan rancang bangun (desain) yang bernilai seni dan unik menyebabkan perdagangan ini ke luar negeri lancar.

Aneka barang kerajinan terracotta biasanya dibuat berupa guci atau gentong yang dipergunakan sebagai tempat menyimpan beras oleh penduduk setempat. Namun, kini berkembang berupa tempat hiasan lampu yang banyak ditempatkan di taman.

Piring berbahan baku tanah liat juga banyak diperdagangkan dari Bali dengan berbagai desain unik hadir untuk menemani aktivitas makan, baik di rumah-rumah makan maupun hanya untuk pajangan di ruang tamu.

Made Kusuma mengatakan bahwa perajin mampu memproduksi barang berkualitas ekspor sesuai dengan selera konsumen mancanegara karena sudah mendapatkan pelatihan dari petugas yang ahli di bidang itu, baik dalam perancangannya maupun dalam pembakarannya.

Piring-piring cantik untuk dijadikan pajangan, baik yang sudah dicat maupun dengan warna alami, tentu sesuai dengan kesukaan dari para konsumen, ujarnya. AN-MB