ilustrasi. deflasi (pixabay)

 

Denpasar, (Metrobali.com) 

 

Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Bali merilis laporan terbaru yang menunjukkan perkembangan harga di Provinsi Bali mengalami deflasi sebesar -0,55% (month-to-month) pada Juni 2024.

Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali, Erwin Soeriadimadja mengungkapkan, angka ini lebih dalam dibandingkan bulan sebelumnya yang mencatatkan deflasi sebesar -0,10% (mtm). Secara tahunan, inflasi Bali turun dari 3,54% (year-on-year) pada bulan sebelumnya menjadi 2,71% (yoy), kembali ke kisaran target 2,5% ± 1%.

Penurunan inflasi ini mencerminkan keberhasilan kolaborasi dan sinergi Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) di tingkat provinsi maupun kota/kabupaten.

“Deflasi terjadi di seluruh kota sampel inflasi, dengan Tabanan mengalami deflasi terdalam sebesar -1,09% (mtm) atau 1,96% (yoy), diikuti oleh Badung (-0,63% mtm atau 2,75% yoy), Singaraja (-0,53% mtm atau 2,14% yoy), dan Denpasar (-0,32% mtm atau 3,18% yoy),” ungkapnya, dalam keterangan resminya di Denpasar, Rabu 3 Juli 2024.

Kelompok Makanan, Minuman, dan Tembakau menjadi penyumbang utama deflasi pada Juni 2024, terutama didorong oleh penurunan harga bawang merah, tomat, sawi hijau, kubis, dan buncis.

Penurunan harga bawang merah dan tomat didorong oleh peningkatan pasokan sejalan dengan panen raya di wilayah Songan dan Kintamani, serta dari luar Bali, terutama Bima NTB. Penurunan harga sawi hijau terjadi seiring dengan panen di wilayah Bengkel dan Bedugul.

Namun, laju deflasi tertahan oleh peningkatan harga cabai rawit, beras, minyak goreng, bahan bakar rumah tangga, dan parfum. Kenaikan harga cabai rawit disebabkan oleh pasokan yang belum kembali normal, sementara harga beras naik akibat berakhirnya masa panen raya.

Pada Juli 2024, terdapat beberapa risiko inflasi yang perlu diwaspadai, seperti potensi kenaikan biaya pendidikan sehubungan dengan masuknya tahun ajaran baru serta peningkatan permintaan barang dan jasa selama liburan sekolah.

Risiko lainnya termasuk penurunan pasokan beras dan cabai rawit seiring berakhirnya panen raya, serta kenaikan harga rokok akibat kenaikan cukai pada awal tahun.

TPID Provinsi dan 9 Kabupaten/Kota di Bali secara konsisten melakukan pengendalian inflasi dalam kerangka kebijakan 4K.

Beberapa langkah yang diambil antara lain pengembangan produksi padi dengan teknologi Hazton untuk mempercepat masa panen dan meningkatkan produksi, serta perluasan dan monitoring pelaksanaan program Gerakan Tanam Pangan Cepat Panen (Genta Paten) untuk komoditas cabai rawit guna mendorong peningkatan pasokan.

Selain itu, TPID juga meningkatkan Kerjasama Antar Daerah (KAD) untuk komoditas pangan intra Provinsi Bali maupun dengan wilayah lain, memberikan dukungan fasilitasi distribusi dan prasarana pertanian, serta meningkatkan komunikasi oleh Kepala/Pejabat Daerah guna menjaga keyakinan masyarakat terhadap stabilitas pasokan dan harga.

Dengan langkah-langkah tersebut, Bank Indonesia yakin inflasi Provinsi Bali pada tahun 2024 akan tetap terjaga dan terkendali dalam kisaran target 2,5% ± 1%. (rls)