Denpasar (Metrobali.com)-

Pemerintah Provinsi Bali mendapatkan dana hibah dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara sebesar Rp111 miliar, kemudian memasukkan dana kompensasi kenaikan harga bahan bakar minyak bersubsidi itu dalam APBD 2014.

“Dana tersebut direalisasikan pada tahun anggaran 2014 untuk membuka tiga koridor Trans-Sarbagita,” kata Wakil Ketua Komis III DPRD Bali Gusti Lanang Rai Bayu Wibiseka di Denpasar, Selasa (9/7).

Ia menjelaskan bahwa dana tersebut untuk pembelian kendaraan, pembelian feeder, perawatan halte, dan pembelian layanan.

Dengan penambahan kendaraan Trans-Sarbagita, dia berharap warga memanfaatkan kendaraan publik tersebut sehingga biaya pengeluaran masyarakat, terutama biaya transportasi, untuk bepergian bisa digunakan memenuhi kebutuhan lainnya.

“Dengan terkoneksinya antarhalte Trans-Sarbagita akan memudahkan masyarakat bepergian sesuai dengan tujuan. Koridor yang dibuka adalah Mengwi (Badung) melewati Terminal Ubung-Mahendradatta hingga Sentral Parkir Kuta,” kata politikus Partai Golkar Bali.

Begitu pula dari halte Ubung akan terkoneksi juga ke halte Kota Denpasar dan Terminal Batubulan, Kabupaten Gianyar.

Menyinggung pemanfaatan kendaraan Trans-Sarbagita, Bayu Wibiseka mengatakan bahwa jumlah warga yang memanfaatkan kendaraan tersebut mengalami peningkatan, bahkan hampir di setiap koridor.

“Memang sampai saat ini terjadi peningkatan jumlah penumpang. Namun, pihak pemerintah dan badan pengelola Trans-Sarbagita agar terus melakukan sosialisasi kepada masyarakat sehingga pada akhirnya warga makin nyaman menaiki kendaraan tersebut,” ucap politikus asal Desa Selat Dua, Kabupaten Karangasem.

Kendati demikian, kata Bayu Wibiseka, kesadaran warga untuk naik kendaraan tersebut harus dipacu dan pelayanan yang diharapkan masyarakat harus berstandar.

“Misalnya, waktu keberangkatan dari terminal koridor dan pemberhentian di halte harus sesuai dengan jadwal sehingga mereka merasa nyaman dan tiba di tempat kerjanya tepat waktu,” ujarnya.

Pihaknya juga tak memungkiri ada sejumlah warga enggan naik angkutan publik tersebut sebab jadwalnya belum sepenuhnya sinkron. Oleh karena itu, harus ada komitmen antara pengelola dan kesiapan warga naik bus itu.

“Agar semua warga masyarakat mau naik Bus Trans-Sarbagita memerlukan proses dan waktu supaya biasa naik angkutan umum. Apalagi, warga yang bekerja di kawasan Nusa Dua, dengan naik Trans-Sarbagita biayanya sangat ringan dibanding bawa sepeda motor ataupun kendaraan pribadi,” katanya.

Trans-Sarbagita sudah beroperasi setahun lalu dengan membuka dua koridor, yaitu koridor satu melewati dalam kota, sedangkan di koridor dua dari Terminal Batubulan menuju Nusa Dua. Kendaraan tersebut sampai saat ini sudah beroperasi 25 bus ukuran sedang dan besar. INT-MB