Denpasar (Metrobali.com) 

 

Bali, yang terkenal dengan bentang alamnya yang indah dan budayanya yang dinamis, saat ini bergulat dengan gelombang ketidakpuasan di kalangan wisatawan dan penduduk lokal karena biaya transportasi yang selangit.

Kecaman media sosial baru-baru ini menyoroti meningkatnya biaya, terutama dari Bandara Internasional Ngurah Rai ke tujuan-tujuan terdekat. Permasalahan ini mendorong perlunya segera melakukan reformasi di sektor transportasi untuk meningkatkan daya saing Bali di era pascapandemi.

Percikan perdebatan ini muncul ketika netizen menyuarakan keprihatinan mereka tentang tarif yang mahal untuk jarak yang relatif pendek, dengan tarif yang mencapai Rp 109.000 untuk jarak tempuh hanya 4 km.

Wisatawan yang merasa tidak puas, seperti Eka Mustikasari, mengaku terkejut dengan harga yang dikenakan saat menggunakan layanan ride-hailing seperti Grab Car.

Platform media sosial dipenuhi dengan keluhan, dengan pengguna seperti @hm.ananda mengungkapkan ketidakpercayaannya terhadap mahalnya biaya perjalanan jarak pendek.

Di tengah keluhan tersebut, beberapa netizen menawarkan nasihat praktis kepada sesama pelancong, mereka menyarankan pilihan transportasi alternatif seperti menggunakan bus yang disediakan di area bandara atau berjalan kaki ke tempat parkir sepeda motor terdekat untuk pilihan yang lebih terjangkau.

Upaya kolaboratif untuk berbagi solusi hemat biaya ini mencerminkan keinginan kolektif untuk melakukan perubahan.

Selain keluhan, platform media sosial juga menjadi ruang untuk memberikan saran yang membangun, dimana pengguna mendesak pemerintah untuk mengatasi tantangan transportasi agar pariwisata Bali lebih kompetitif.

Akun @sfnataningrum menekankan perlunya Indonesia merombak industri pariwisatanya, mengutip contoh Vietnam yang melampaui Indonesia karena keterjangkauannya, kekayaan budayanya, dan suasananya yang santai.

Menyadari kegaduhan tersebut, Ida Bagus Agung Partha Adnyana, Ketua Umum Gabungan Industri Pariwisata Indonesia (GIPI) Bali, menekankan perlunya perbaikan kualitas layanan secara menyeluruh.

“Kita harus affordable karena baru recovery, paling tidak sampai 2025 kita jangan terlalu signifikan. Apalagi harga tiket (pesawat) masih mahal, jangan sampai ada kenaikan-kenaikan yang lain lagi seperti transportasinya. Harus berikan sedikit insentif lah Bali ini, supaya lebih affordable dalam artian lebih sesuai. Kalau kenaikan harga dibarengi peningkatan fasilitas dan kenyamanan enggak masalah, tapi lebih baik nanti dulu supaya Bali dapat lebih kompetitif,” tegas Gus Agung yang juga Ketua Gahawisri (Gabungan Pengusaha Wisata Bahari) Bali, Selasa 28 November 2023.

Ia mencatat bahwa dibandingkan dengan destinasi wisata seperti Thailand, reputasi Bali akan biaya yang lebih tinggi, terutama di bidang transportasi, perlu diatasi demi keberlanjutan jangka panjang.

Gus Agung, sapaan akrabnya, menyerukan keseimbangan antara penyesuaian tarif dan peningkatan fasilitas, sehingga menunjukkan adanya potensi penggunaan kendaraan listrik.

Ia memperingatkan agar tidak mengambil keputusan tergesa-gesa oleh penyedia layanan transportasi, dan menekankan pentingnya keterjangkauan untuk mendukung pemulihan Bali.

Menanggapi kekhawatiran yang meningkat, I Nyoman Parta, anggota Komisi VI DPR RI mendesak komunitas bandara untuk meningkatkan layanan mereka. Ia menekankan bahwa bandara berfungsi sebagai kesan awal bagi pengunjung yang tiba di Bali.

Selain itu, katanya fokus pada peningkatan standar pelayanan menjadi penting, terutama dengan antisipasi lonjakan kunjungan wisatawan selama musim liburan akhir tahun.(Tri Prasetiyo)