made buana

Denpasar (Metrobali.com)-

Kakao hasil perkebunan rakyat Bali mulai memasuki pasar ekspor, dan petani sendiri belum mampu memenuhi sepenuhnya permintaan pedagang eksportir sekitar 1.500 ton biji kakao fermentasi per tahun.

“Hasil produksi perkebunan rakyat Bali, baru mampu memenuhi permintaan konsumen luar negeri tersebut sekitar 200 ton kakao berkualitas baik,” kata Kepala Dinas Perkebunan Provinsi Bali, Ir I Dewa Made Buana Duwuran MP di Denpasar, Jumat (28/3).

Dinas Perindustrian dan Perdagangan Bali pernah mencatat bahwa realisasi ekspor kakao hasil perkebunan rakyat daerah ini sebanyak 4.653 ton seharga 377.930 dolar AS selama enam bulan akhir 2013 (Juli-Desember) dengan pasar utama Amerika Serikat.

Dengan lancarnya pemasaran hasil perkebunan rakyat tersebut diharapkan petani daerah ini akan lebih bergairah untuk berproduksi, karena peluang pasar terbuka lebar ke Australia, Inggris, Jepang, Filandia, Jerman, Malaysia dan sejumlah Negara Eropa lainnya.

Ada tiga daerah yang mengembangkan tanaman kakao yang cukup di daerah ini yakni petani di Kabupaten Tabanan seluas 5.063 hektare tanaman kakao, menyusul Jembrana, 3.555 hektare, Buleleng 1.258 hektare sisanya di Badung, Klungkung, Bangli dan Karangasem.

Dewa Made Buana, mengakui produksi kakao daerah ini masih relatif sedikit jika dibandingkan permintaan pasar, ini semua akibat adanya gangguan hama peyakit yang melanda perkebunan kakao di Bali sejak dua tahun terakhir.

Serangan hama penyakit ini, berdampak cukup siginifikan terhadap produksi kakao di Bali, sebab produksi kakao di ini selama 2012 tercatat 4.950 ton jumlah itu bertambah jika dibandingkan tahun sebelumnya hanya 4.525 ton.

Produksi kakao di Bali ahun 2009 cukup bagus karena mampu mencapai 6.826 ton, jadi akibat adanya serangan hama dan kondisi iklim ekstrim yang melanda semua daerah di nusantara juga berpengaruh terhadap produksi yang dinikmati pekebun Bali.

Ia menjelaskan, melihat peluang pasar kakao masih terbuka lebar, maka Dinas Perkebunan Bali akan melakukan program terobosan, antara lain melakukan peremajaan tanaman kakao di beberapa daerah disertai intensifikasi.

Disamping itu, pemerintah juga berusaha meningkatkan kemampuan para petani dalam melakukan pengolahan, sehingga mampu menghasilkan produk berkualitas sehingga mampu memenuhi permintaan mancanegara.

Sudah ada tercatat sepuluh perusahaan yang telah bermitra dengan subak abian di Bali dalam pemasaran komoditas kakao. PT Bumi Tangerang di antaranya paling banyak menyerap produksi kakao di Bali, demikian Dewa Made Buana. AN-MB