Denpasar (Metrobali.com)-

Berawal dari kegelisahan Dody Ariyanta yang bekerja di sekolah Montessori Bali , jurusan MIPA Unud yang menanyakan pasca acara pengerupukan dengan melibatkan ribuan ogoh-ogoh. Dia menanyakan, apakah  kita tidak terlalu dini mengatakan prosesi Nyepi menyelamatkan lingkungan? Bagaimana dengan pawai ogoh-ogoh sehari sebelum Perayaan Nyepi?

‘’Saya melihat semakin hari penggunaan ‘’styroform’’ sebagai bahan ogoh-ogoh semakin banyak. Dulu ‘’Styrofoam’’ dipakai hanya sebagai bahan topeng ogoh-ogih, akan tetapi belakangan sebagian besar material ogoh-ogih menggunakan Styrofoam,’’ kata Dody Ariyanta.

Selebihnya, ia mengatakan perlu diketahui ‘’Styrofoam’’ sangat berbahaya bagi bumi kita. Styrofoam merupakan senyawa kompleks yang tidak bisa didegradasi oleh tanah. Pada proses pembuatannya menggunakan benzena, dan bahan ini sangat berbahaya bagi kesehatan.

Dikatakan, di udara bebas ‘’Styrofoam’’ mengeluarkan 57 senyawa berbahaya apalagi setelah ogoh-ogo yang menggunakan ‘’Styrofoam’’ dibakar bisa anda bayangkan. Amerika menyebut ’’Styrofoam’’ sebagai senyawa No 3 berbahaya.

‘’Coba kita pikirkan, berapa ogoh-ogoh di Bali menggunakan bahan ’’Styrofoam’’ ini. Semoga Metro Bali bisa memuat masalah ini,’’ katanya.

Sementara itu,  anggota Grup Facebook Terbuka Metro Bali Shri Krishna Dwaipayana  sepakat dengan Dodi Aryanta. Kita diingatkan karena masyarakat kita kurang merasakan secara langsung dampaknya. ‘’Yang saya tahu, Ilmu Lingkungan memikirkan masa depan seperti main catur, sudah memikirkan sekian langkah ke depan. Om Shanti,’’ katanya.

Sementara Ni Ketut Arini seorang seniman tari mengatakan, ketidaktahuan masyarakat atas bahaya ‘’Styrofoam’’ perlu diberi tahu segera ke publik. ‘’Bagi yang paham tentang ‘’Styrofoam’’ tolong disebarkan dan disosialisasikan ke masyatakat.

Hal senada dikatakan sahabat Facebook Metro Bali Deddy Sanjaya. Pihaknya, menjelaskan bahan berbahaya lainnya seperti Mie gelas. Bungkusan makan cepat saji ,bungkus barang elektronik dll. mengunakan Styrofoam, akan tetapi dibiarkan pemerintah.

Menananggapi hal itu, Wakil Ketua DPRD Kota Denpasa Agung Widiada  mengatakan, informasi ini sangat penting. Informasi yang cemerlang mesti terus tersosialisasikan. ‘’Mudah-mudahan Dinas Kebudayaan Kota Denpasar yang membaca informasi ini agar cepat disosilasasikan agar sampai ke masyarakat. Menjaga ibu pertiwi adalah tanggung jawab kita bersama,’’ kata Widiada.

Selebihnya, Shri Krishna Dwaipayana juga meminta agar Dinas Lingkungan Hidup, DKP, baik yang ada di kabpaten, kota dan provinsi Bali secara cerdas dan kreatif memikirkan dan action segera. ‘’Sudah banyak ilmu yang didapat melalui kursus Amdal dlsbnya. Masyarakat umumnya jarang yang protes,’’ katanya seraya menambahkan  disinilah konsep “ngayah” harus ditunjukkan, menjadikan Bali ‘Clean and Green”. Mohon juga agar DPRD mengawalnya supaya upaya-upaya perbaikan bisa lancar. SUT-MB