Denpasar, (Metrobali.com)

Masih ingat saat awal dilantik menjadi anggota DPD RI Termuda dari Bali, Dr Shri I Gusti Ngurah Arya Wedakarna MWS III berkali – kali melontarkan harapan agar upacara agama Hindu di Bali khususnya dipura – pura agar disederhanakan dan diefisienkan ? Kini, prediksi itu sudah terbukti sejak zaman Pandemi yakni dengan semakin sederhanya semua upacara dan upakara diseluruh Bali, dan itu tentu atas kuaksa Ida Sang Hyang Widhi Wasa.

Bagaimana tidak, selain adanya aturan yang semakin ketat dipura terkait protokol kesehatan, juga terkait kemampuan pembiayaan upacara adat di desa dan dipura yang sangat terbatas karena tidak adanya pemasukan baik dari krama yang sebagian besar terdampak dari ditutupnya pariwisata Bali. Mengingat kemampuan krama adat sangat terbatas dan juga untuk mengantisipasi maraknya perpindahan keyakinan karena misionaris dan aksi siar agama tertentu. Demikian diungkap oleh Arya Wedakarna ( AWK ) disela sela kunjungan dan persembahyangan di Pura Pakudui Tegalalang Gianyar dan Pura Tuluk Biu Kintamani Bangli. Didua tempat berbeda tersebut, AWK kembali mengingatkan seluruh umat Hindu semakin mulat sarira dan berinstrospeksi diri khususnya bagaimana wajah adat istiadat Bali kedepan.

“Sejak bertahun – tahun lalu, saya selalu menyampaikan bahwa ketahanan ekonomi keluarga dan desa itu penting sekali. Keluarga Hindu harus memiliki likuiditas, memiliki tabungan dan financial platform yang kuat. Dimasa Pandemi ini kita bisa belajar bahwa yang bertahan adalah mereka yang selama ini mampu mengatur keuangannya dan keluarga yang selamat adalah mereka yang memiliki tabungan. Dan tabungan itu bisa didapat jika gaya hidup orang Bali / umat Hindu lebih disederhanakan termasuk cara mengatur keuangan jika ada upacara agama Hindu.

Sekarang terbukti, hampir semua pura besar di Bali termasuk pura Sad Khayangan dan Dang Khayangan kini menyederhakan upacaranya. Ini bagus, sebagai instrospeksi kedepan. “ungkap Gusti Wedakarna yang juga Anggota Komite I Bidang Hukum DPD RI ini. Iapun meminta kepada seluruh pemerintah khususnya eksekutif, agar tidak sekali – kali menuduh bahwa pura sebagai pusat kluster dari penyebaran Covid – 19.

“Saya ingatkan pada pemerintah di Bali, untuk tidak menyampaikan statement terkait dengan bahwa pura – pura di Bali sebagai pusat dari kalster virus. Ini berbahaya sekali. Kita tahu sendiri, bahwa tempat ibadah agama Hindu di Bali ini lebih banyak terbuka, terkena langsung sinar matahari dan cenderung lebih aman dibanding tempat lain yang tertutup. Umat Hindu harus percaya akan kekuatan Ida Betara dan Sesuhunan terkait dengan “Gering Agung” Pandemi ini, dan diatas kekuatan manusia ada kekuatan Tuhan Yang Maha Esa. Disini kita diuji apakah manusia diera sekarang masih percaya dengan Guru Swadyaya ( Tuhan ) atau tidak. Silahlan kita patuh terhadap arahan dan himbauan Pemerintah ( Guru Wisesa ), tapi jangan sampai kepercayaan kita terhadap niskala menjadi redup. Saya kira saat ini adalah seleksi alam. Ini adalah Satyagraha dan semua untuk Bali Berdaulat “ungkap AWK.

Selama di Pura Puseh Pakudui dan juga di Pura Tulukbiu, AWK memberikan semangat kepada seluruh pengempon untuk tetap melaksanakan upacara walau dengan sederhana dan terbatas. Kedepan umat Hindu harus cerdas memilih pemimpin Bali yang tegas mengambil keputusan disaat Bali darurat bencana, tidak cukup hanya sekedar himbauan dan himbauan. ( humas )