Jembrana (Metrobali.com)-

Atraksi Makepung Lampit, salah satu tradisi khas Kabupaten Jembrana Minggu (17/10/2021) berlangsung di persawahan Subak Peh Kaja di Desa Kaliakah, Kecamatan Negara.

Di Jembrana terdapat dua tradisi balapan (pacuan) kerbau yakni Makepung dan Makepung Lampit. Makepung merupakan balapan kerbau dengan kondisi sirkuit tanah atau terkadang berpasir. Sedangkan Makepung Lampit, balapan kerbau dengan sirkuit areal persawahan berlumpur.

Nengah Tangkas (70) mengatakan tradisi Makepung Lampit berawal dari musim tanam padi tiba yang dimulai dengan membajak sawah. Untuk membajak sawah yang luasnya hingga hektaran ini dilakukan dengan gotong royong.

“Dulu untuk keperluan membajak sawah, para petani saling kedeng (narik). Sesama petani mereka bergotong royong membajak sawah” jelas Tangkaa, Minggu (17/10/2021).

Pengolahan sawah dimulai dari nengala (membajak) dan kemudian dilanjutkan dengan melasah atau ngelampit dengan menggunakan sepasang kerbau dan alat lampit untuk meratakan tanah. Dan selanjutnya memasuki proses menanam padi.

Dulu melasah atau ngelampit dilakukan bersamaan dan berbarengan karena juga terkait dengan pembagian air. Sehingga dalam pengerjaannya sering terjadi adu cepat dalam menyelesaikan sawah garapan.

“Tradisi Makepung Lampit itu awalnya dari sana. Karena saking banyaknya yang ngelampit, mereka beradu cepat” terang Tangkas dari Desa Kaliakah

Dalam proses ngelampit dulu sambungnya, para petani tidak saja ngedeng (narik) petani dari subak yang sama, tetapi juga petani dari subak lainnya. Dan dipastikan petani dari subak yang ditarik selalu datang dan kompak untuk ikut bersama-sama ngelampit.

“Dulu upahnya bukan uang. Tapi dapat nasi lawar kelungah. Terus ada kopi dan jaje (kue) kukus, ada kesawi (ketela) atau ubi (kesele) mekuskus. Nikmatnya disana. Bisa kumpul bareng” terangnya.

Plt Kadis Pariwisata dan Kebudayaan (Parbud) Jembrana, Anak Agung Mahadikara melalui Kabid Pariwisata Komang Gede Hendra Susanta mengatakan atraksi Makepung Lampit di Jembrana sempat vakum selama pandemi. Namun kini sudah bisa dilakukan tetapi tetap dengan protokol kesehatan yang ketat.

“Meskipun pariwisata sudah mulai dibuka, kita di Dinas Parbud selaku pembina tetap melakukan pengawasan” ujarnya.

Disebutnya atraksi Makepung Lampit itu promosi awal karena dilaksanakan oleh para komunitas dan kalangan fotografer. Dan melalui para pelaku fotografer nantinya akan kembali dipromosikan untuk menggaet para wisatawan untuk datang ke Jembrana.

“Kita pada prinsipnya selaku pembina berkewajiban melihat kondisi langsung di lapangan. Tadi meskipun sempat vakum ternyata Makepung Lampit masih banyak peminatnya” ujarnya.

Atraksi Makepung Lampit menurutnya akan menjadi agenda tetap tahunan. Dan kegiatannya akan difasilitasi Pemkab Jembrana. “Pelaksanaannya mungkin nanti di setiap bulan November” pungkasnya. (Komang Tole)