Denpasar (Metrobali.com)-

Aksi tawuran atau anarkitisme antarpelajar dan antarmahasiswa yang kini menjadi tren hidup telah membikin Kementerian Pendidikan, Pemuda dan Olahraga (Kemendikbud) kelimpungan dan semakin kehilangan wibawanya sebagai lembaga pendidikan pencetak generasi emas bangsa yang unggul dan berkualitas.

Hal ini karena aksi tawuran atau anarkitisme dalam era reformasi budaya global semakin merajarela tanpa solusi alternatif yang terintegrasi secara sinergi dan berkelanjutan. Mulai dari jenjang pendidikan dasar maupun menengah hingga jenjang perguruan tinggi. Tak pelak, tatanan kehidupan nilai adiluhung dan moralitas sosial dalam berbangsa, bernegera dan bermasyarakat semakin karut-marut.

Kemendikbud pun kini mulai tancap gas melakukan tindakan cepat untuk memangkas kejadian tersebut dengan merombak kurikulum pendidikan berbasis karakter hingga menegakkan sanksi hukum secara lebih tegas dan berkeadilan tanpa tebang pilih. Termasuk penutupan fakultas yang suka tawuran. Bahkan, rektor perguruan tinggi se-Indonesia pun dikumpulkan dan diminta untuk mengawal, mengasuh, dan menjaga anak didiknya secara lebih bertanggungjawab.

Menyikapi fenomena itu, Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar rupanya telah menerapkan langkah strategi tersendiri dalam mengatasi aksi tawuran selama ini. Yakni dengan menggenjot upaya peningkatan kreativitas sosial dan seni budaya para peserta didiknya (mahasiswa) di tengah kehidupan masyarakat. Sebagai wujud implementasi tri dharma perguruan tinggi secara sinergi dan berkelanjutan.

Kepada koran ini, Rabu (17/10) kemarin, I Gede Arya Sugiartha, Pembantu Rektor II ISI Denpasar mengatakan padatnya kreativitas sosial dan seni budaya tersebut dirasakan sangat efektif dalam mencegah terjadinya gerakan anarkitisme atau aksi tawuran antarmahasiswa. Untuk itu, ke depan langkah strategis ini akan semakin ditingkatkan. Mengingat, sanksi administrasi terhadap praktik tawuran antarmahasiswa yang akan diterapkan Kemendikbud termasuk sangat berat dan beresiko tinggi.

Diakuinya, sanksi hukum terhadap pelanggaran tidak hanya berdampak pada mahasiswa semata, melainkan juga pada lembaga. Yakni dengan penutupan fakultas yang bermasalah hingga penurunan grade penilaian dari akreditasi mutu pendidikan sebagai institusi pencetakan generasi emas bangsa yang unggul dan profesional. “Ini tentunya dapat merusak pencitraan kampus secara publik,” tegasnya.

Lebih jauh, Rektor ISI Denpasar, Prof. Dr. I Wayan Rai S,MA mengatakan akan selalu berupaya melaksanakan segala bentuk kebijakan Kemendikbud dalam mengatasi maraknya aksi tawuran antarmahasiswa. Diharapkan, para mahasiswa ISI Denpasar dapat melaksanakan hak dan kewajibannya secara berimbang dengan rasa tanggungjawab tinggi. Mengingat mahasiswa ISI Denpasar merupakan seniman intelektual yang dianggap sebagai pribadi termuliakan dalam memajukan kehidupan masyarakat yang lebih bermartabat dan berkeadaban, serta menyejahterakan.

Menurutnya, sebagai langkah strategis pihaknya akan berupaya maksimal untuk menggenjot penerapan tri dharma perguruan tinggi secara berimbang dan berkelanjutan seperti pameran, pementasan seni, pengabdian sosial, dan lainnya. Sehingga atmosfir akademik di kampus ISI Denpasar dapat berjalan dengan baik dan lancar. IJA-MB