Denpasar (Metrobali.com)-

I Wayan Sumiarta (42), asal Desa Marga, Kabupaten Tabanan setiap hari harus menempuh perjalanan sejauh 35 kilometer ke tempat kerjanya di sebuah hotel berbintang di Pantai Kuta, Kabupaten Badung.

Ayah seorang putra dan seorang putri itu telah bekerja di hotel sekitar 15 tahun dan selama itu pula menggunakan sepeda motor untuk berangkat kerja. Ia merasa sepeda motor adalah moda yang paling mungkin digunakan. Ia butuh waktu selama sejam dari Tabanan ke Kuta.

Suami dari Ni Nyoman Mingsih (37) itu adalah salah seorang dari puluhan ribu penduduk Bali yang bersepeda motor saat berangkat bekerja.

Jumlah sepeda motor setiap saat terus meningkat, bahkan dalam waktu lima tahun meningkat dua kali lipat, tutur Kepala Biro Humas Pemprov Bali I Ketut Teneng.

Sepeda motor sebagai transportasi andalan di Pulau Dewata pada tahun 2006 hanya tercatat 1,36 juta unit meningkat menjadi 1,48 juta unit pada tahun berikutnya dan bertambah lagi menjadi 1,64 juta unit pada tahun 2008, tahun 2009 1,83 juta unit dan sekarang melonjak menjadi 2,35 juta unit.

Selain itu jalanan di Bali juga disesaki kendaraan lain, seperti mobil penumpang 214.474 unit, mobil barang 88.174 unit, bus 7.003 unit, dan kendaraan khusus antara lain mobil tangki 428 unit.

Mobil pribadi dan sepeda motor adalah pemicu utama kesemrawutan dan kemacetan lalu lintas Bali, akibat ruas jalan yang ada tidak sebanding dengan semakin meningkatnya pertumbuhan kendaraan pribadi, khususnya sepeda motor.

Untuk mengantisipasi semakin parahnya kemacetan lalu lintas, Pemerintah Provinsi Bali, merintis transportasi umum di jalur dalam kawasan trans kota Denpasar, Kabupaten Badung, Gianyar dan Tabanan (Sarbagita).

Transportasi umum untuk kawasan trans Serbagita itu mengoperasikan belasan unit bus angkutan massal bantuan dari Kementerian Perhubungan. Bus tersebut masing-masing berkapasitas 40 tempat duduk, tahap pertama menghubungkan empat dari sembilan kabupaten/kota di Pulau Dewata, tutur Ketut Teneng.

Upaya ujicoba dan sosialisasi angkutan umum itu dilakukan selama lima bulan kurun waktu Agustus hingga Desember 2012 dengan memberikan pelayanan secara cuma-cuma untuk seluruh jalur di empat kabupaten Serbagita.

Namun sejak Januari 2013 dikenakan ongkosnya Rp3.500 per orang untuk jalur dekat dan jauh, sementara bagi pelajar dan mahasiswa mendapat keringanan dengan tarif Rp2.500 per orang, setelah mendapat subsidi dari Pemprov Bali.

Bus trans Sarbagita yang berukuran besar dengan kapasitas 40 tempat duduk antara lain melayani jalur-jalur utama antara lain di kawasan By Pass Ngurah Rai, sementara jalur yang masuk ke tengah kota dilayani bus berukuran sedang.

Kendaraan pribadi berkurang Ketut Teneng menjelaskan, hasil evaluasi terhadap pengoperasian bus trans Serbagita yang meliputi Denpasar-Badung-Gianyar-Tabanan (Sarbagita) mampu mengurangi 1.449 unit kendaraan bermotor pribadi di jalan raya setiap harinya.

Evaluasi yang dilakukan akhir 2012 itu akan lebih besar lagi setelah dioperasikannya jalur pengumpan oleh Wali Kota Denpasar Ida Bagus Rai Mantra dan Bupati Badung Anak Agung Gede Agung pada sejumlah titik tambahan, sehingga diharapkan mampu mengatasi masalah kemacetan lalu lintas.

Berkurangnya operasional kendaraan bermotor sebanyak itu dengan sendirinya akan mengurangi tingkat kepadatan dan kemacetan lalu lintas di jalur-jalur yang dilalui Trans Sarbagita yakni di Koridor II (Batubulan-Nusa Dua via Sentral Parkir Kuta) dan Koridor I (Kota Denpasar-Garuda Wisnu Kencana).

Jumlah penumpang yang dilayani bus Serbagita selama tahun 2011 sebanyak 205.101 orang (rata-rata 1.508 orag per hari), meningkat menjadi 855.580 orang pada 2012 (rata-rata 2.886 orang per hari).

Pemanfaatan bus Trans Sarbagita oleh 2.886 orang per hari pada 2012 itu menunjukkan bahwa pengoperasian bus berhasil mengurangi kemacetan dan menghemat konsumsi BBM cukup besar.

Terangkutnya penumpang sebanyak 2.886 orang per hari tersebut, setara dengan pengurangan 1.449 unit kendaraan yang terdiri dari 1.014 unit sepeda motor dan 435 unit mobil.

Itu juga berarti penghematan BBM setiap hari untuk motor dan mobil rata-rata 3.093 liter. Dampak lain Trans Sarbagita adalah meningkatnya citra Bali di mata pariwisata dunia.

Belum meluas Kepala Unit Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Fisipol Universitas Udayana Bali Ni Made Ras Amanda Gelgel M.Si menjelaskan, masyarakat Bali hingga kini belum mengenal secara luas transportasi umum Serbagita yang dirintis pemerintah setempat.

Pemprov Bali sejak setahun lalu mengoperasikan puluhan bus besar untuk mendorong masyarakat mengalihkan transportasi dari kendaraan pribadi ke kendaraan umum.

Fisipol Universitas Udayana melakukan penelitian dengan menyebarkan 1.020 daftar pertanyaan (koesiener) kepada masyarakat yang tersebar di delapan kabupaten dan satu kota di Bali.

Daftar pernyataan yang disebarkan kepada masyarakat dari berbagai latar belakang itu menunjukkan penggunaan bus yang menghubungkan jalur Denpasar, Badung, Gianyar dan Tabanan (Sarbagita) masih relatif rendah.

Responden yang menjawab pernah naik Trans Sarbagita sebanyak enam persen, tidak menjawab tiga persen dan 91 persen responen tersebut tidak pernah sama sekali naik Trans Sarbagita.

Dengan hasil kajian dan penelitian tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa ketertarikan warga memanfaatkan kendaraan umum, khususnya Trans Sarbagita yang melayani Koridor I dari Batubulan, Kabupaten Gianyar hingga Nusa Dua (Badung) dan koridor II dari dalam Kota Denpasar, Kampus Bukit hingga objek wisata Garuda Wisnu Kencana (GWK) belum efektif.

“Kami sarankan agar mampu mengurangi kemacetan, terutama di Bali bagian selatan pemerintah daerah supaya serius menangani dan menyosialisasikan kendaraan umum tersebut,” harap Amanda.

Hasil kajian dan penelitian yang dilakukan itu secara tidak langsung akan mengetahui minat masyarakat memanfaatkan kendaraan umum tersebut.

Walau waktu penelitian dengan menggunakan kuesioner atau daftar pertanyaan, namun keakuratan data akan dapat menjadi pertimbangan dan pengkajian lebih lanjut oleh pemerintah, tutur Amanda.